Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 6 Bab 151 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-6-bab-151-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 151
Perbedaan

"Natsukawa!"

"Ah, Sasaki-kun..."

Baru setelah aku dipanggil, aku sadar kalau aku sedang menatap ke bawah. Kayaknya aku telah memikirkan masa lalu dan telah menundukkan pandanganku. Sasaki-kun, yang berlari ke arahku, memasang ekspresi agak khawatir di wajahnya.

"Eum... ...Maafkan aku, apa aku membuatmu bosan?"

"Tidak, kok, sudah lama sekali aku tidak menonton hal semacam ini, jadi ini menyenangkan."

"Begitukah...? Kalau begitu, bagus, sih."

Sasaki-kun duduk agak jauh di sampingku, memegang sebotol minuman olahraga di tangannya dan menyeka keringatnya dengan handuk di lehernya. Meskipun ia berlumuran keringat, melihatnya tampak bersenang-senang membuatnya terasa segar. Menurutku itulah seberapa besar ia sangat mencintai sepak bola.

"Fufu, kamu keren, loh!"

"Eh!? Ah... ...eum, be-begitukah?"

"Iya. Aku bisa mendengar cewek-cewek bersorak untukmu."

"Euh... ...Begitu ya."

Cewek-cewek sering bertanya, "Cewek kayak apa tipemu?" merupakan topik yang sering muncul. Saat aku mendengar jawaban "Seseorang yang punya minat terhadap sesuatu", yang terpikirkan olehku dulu cuma "Begitu ya", tetapi saat ini aku merasa kalau aku agak mengerti alasannya. Sasaki-kun selalu punya wajah yang tampan, tetapi meskipun orang itu bukan Sasaki-kun, semua orang punya wajah yang bersinar cerah.

"...Natsukawa, apa yang sedang kamu pikirkan?"

"Eh...?"

"Tidak, kayaknya kamu sedang memikirkan sesuatu barusan. Ah, tidak, itu tidak apa-apa kalau itu merupakan sesuatu yang tidak bisa kamu bilang padaku."

"Ah..."

Kalau dipikir-pikir lagi, Sasaki-kun terkadang menatap ke arahku dan melambaikan tangannya ke arahku. Aku mungkin terlalu tenggelam dalam pikiranku sehingga tanpa aku sadari aku telah mengabaikannya. Yang terpenting, aku merasa kasihan saat aku berpikir kalau Sasaki-kun, yang sedang bermain sepak bola, datang dari jauh ke sini cuma untuk memastikan apa yang aku pikirkan.

"Semua orang hebat. Sasaki-kun, Inoue-senpai, dan Ogawa-senpai juga."

"Hebat...?"

"Iya. Sasaki-kun dapat menangkap bola tinggi dengan dadamu."

"Tidak, semua orang dapat melakukan itu, bukan?"

"Itu kalau mereka bergabung dengan Ekskul Sepak Bola, bukan?"

Sekalipun semua orang dapat melakukannya, performa yang profesional tetaplah sesuatu yang hebat. Kemampuan tersendiri untuk mencetak gol. Agar mampu melakukan hal tersebut diperlukan sebuah bakat dan keterampilan tersendiri. Tentu saja, aku terlalu takut untuk melakukan hal itu.

"Inoue-senpai mengawasi seluruh anggota tim dan memberikan handuk pada mereka yang membutuhkannya, dan Ogawa-senpai memberikan instruksi pada cowok-cowok kelas sepuluh."

"Ah, cowok-cowok..."

Untuk melihat keseluruhan gambarannya, untuk menggerakkan orang lain selain dirimu sendiri. Sekalipun dia tidak punya kemampuan atau bakat dalam bermain sepak bola, namun kontribusinya terhadap Ekskul Sepak Bola tetaplah signifikan. Aku penasaran berapa banyak anggota Ekskul Sepak Bola yang dapat memperoleh manfaat dari hal itu. Aku belum pernah melakukan hal semacam itu sebelumnya.

"—Aku penasaran apa aku dapat melakukan sesuatu juga..."

Dalam benakku, diriku yang tenang menegur diriku sendiri, "Mengapa sih kamu menanyakan hal itu?". Ini merupakan tindakan yang menyita waktu Sasaki-kun, merusak kesenangannya, dan melanggar apa yang telah ia usahakan dengan susah payah. Dan isi obrolan yang tidak jelas ini... ...pasti sangat mengganggunya.

"Apa maksudmu...? ...Apa ini soal Panitia Pelaksana Festival Budaya? Natsukawa sudah bekerja dengan keras, bukan? Aku malah keluar di tengah-tengah persiapan Festival Budaya, bukan?"

"Itu semua kamu lakukan demi Ekskul Sepak Bola, bukan? Kalau memang benar begitu, Sasaki-kun mestinya tidak perlu jadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya. Kamu ada di sana cuma untuk menggantikan posisi Tabata-kun, bukan?"

"I-Itu... ...Begini."

Aku tidak menyalahkannya, kok. Aku cuma iri padanya. Ia punya sesuatu yang ia sukai, dan ia juga punya tenaga untuk mengambil tindakan dan jadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya. Ia punya ketenangan pikiran. Ia mampu menghadap ke depan.

Berhenti di tengah-tengah tugas yang dipercayakan padanya jelas merupakan perbuatan yang buruk. Tetapi tetap saja, Sasaki-kun tetap kembali dan berkontribusi sebanyak yang aku kerjakan pada akhirnya. Yang terpenting, ia saat ini sedang aktif tanpa mesti khawatir kayak yang aku rasakan. Menurutku, itu sangat hebat. Tetapi, saat aku menontonnya, mau tidak mau aku merasa kayak ada di pihak yang dipecundangi. Mengapa, sih? Aku mestinya punya lebih banyak waktu untuk dapat mengerjakan lebih banyak tugas darinya.

"Begini, aku rasa Natsukawa itu jauh lebih hebat dariku, bukan? Kamu itu siswi yang pintar dalam belajar, jago dalam berolahraga, dan mendapat reputasi yang bagus di mata para guru."

"..."

"Ah—... ...E-Eum, Natsukawa...?"

Aku juga punya kepercayaan diri kayak gitu.

Aku pintar dalam belajar. Mungkin karena aku berusaha sangat keras saat aku masih SMP, aku dapat menyerap banyak hal di kepalaku dengan cepat. Aku juga jago dalam berolahraga. Mungkin karena aku selalu bermain dengan Airi sambil menjaganya, dan aku ternyata punya refleks yang sangat bagus dan kaki yang sangat cepat. Tidak heran kalau para guru sangat memujiku. Aku cuma melakukan apa saja yang diperintahkan padaku dan berusaha agar tidak membiarkan hal itu merusak suasana hatiku.

Tetapi, itu saja.

"—Apa aku itu, sudah membantu buat siapa saja...?"

"Kamu membantu, kok... ...Eum."

Sungguh hal yang merepotkan untuk dikatakan. Ini cuma akan membuat Sasaki-kun terganggu. Kami berdua cuma sepasang anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya, dan kami benar-benar tidak saling berinteraksi satu sama lain. Kalau aku mesti berkata begitu, kami berdua baru saja "mengenal" satu sama lain. Di saat kami baru saja mulai saling mengenal apa yang ada dalam hati dan pikiran kami masing-masing, mana mungkin kami akan saling memahami satu sama lain saat kami mengajukan pertanyaan semacam ini.

"Tetapi, begini... ...Natsukawa, begini."

"..."

"Eum, makanya..., ...Natsukawa itu..."

—Aku mesti berhenti. Aku mesti minta maaf.

Ini cuma akan menjengkelkan saja. Hal ini bukanlah sesuatu yang perlu ditanyakan pada siapapun. Pertama-pertama, aku cuma perlu lebih meningkatkan diriku sendiri sejak awal. Dengan tepat, dengan cara yang akan membantu buat orang lain. Meskipun kalian bisa mendapatkan jawabannya saat ini, jawaban apa yang akan kalian berikan? Itu cuma sanjungan yang dipaksakan. Aku rasa aku belum pernah mendengar cerita yang lebih tragis dari cerita ini.

Saat ini, mari kita anggap saja kalau kita belum pernah mendengar cerita ini.

"—Andaikan saja aku itu Sajou... ...Kamu sudah tahu apa yang aku maksud, bukan?"

"...Eh?"

Tanggapan yang tidak terduga.

Aku tidak pernah menyangka kalau Sasaki-kun akan menyebutkan nama Wataru. Namun, aku tidak paham mengapa Sasaki-kun beranggapan kalau "Wataru akan mengerti". Aku memutuskan untuk menanyakan alasannya, ketimbang berhenti bertanya padanya dan berpura-pura kalau aku tidak mendengarnya.

"Mengapa...?"

"Tidak, begini. Cowok itu, ia telah mengerjakan banyak hal."

"Banyak hal... ...Iya, aku rasa begitu."

Kali ini, ialah yang memandu kami, siswa-siswi kelas sepuluh. Itulah Wataru. Wataru, yang secara praktis ada di posisi yang lebih tinggi dari kami berdua, pasti dapat melihat bagaimana kalau aku dibandingkan dengan orang-orang di sekitarku. Namun yang mau aku ketahui bukanlah perbedaan antara aku dan orang-orang di sekitarku.

"...Dan selain itu, begini, mungkin saja... ...ia mengenal Natsukawa lebih baik ketimbang aku...?"

"...!"

Itu... ...memang benar.

Wataru memang mengenalku jauh lebih baik ketimbang Sasaki-kun. Aku yakin ia sudah tahu soal itu. Kami sudah saling mengenal sejak kami masih SMP, dan kami telah menghabiskan banyak waktu di sekolah bersama-sama. Bukan cuma itu, ia juga punya pengalaman yang sangat banyak, dan aku sudah sering melihatnya memberikan saran pada orang lain mengenai masalah ini berkali-kali. Untuk pertama kalinya, aku tahu kalau aku dapat mengandalkannya.

...Mengapa?

Mengapa aku baru mengetahuinya saat ini? Padahal aku sudah menghabiskan waktu dengan Wataru sejak SMP. Selain itu, saat itu ia sering membicarakan soal dirinya sendiri meskipun aku tidak bertanya. Sebanyak yang Wataru ketahui soalku, aku juga mengetahui soal Wataru. Jadi mengapa baru "saat ini"...?

"—Karena ia... ...selalu menyukai Natsukawa."

"Ah..."

Sasaki-kun tampak agak tertekan saat bilang begitu.

Wataru menyukaiku.

Saat pertama kali kami bertemu, ia memang sudah menyukaiku. Aku ingat dengan jelas kalau ia menatap mataku dan bilang, "Aku menyukaimu". Namun, pada waktu itu, aku sedang tidak berminat untuk menjalin hubungan asmara atau semacamnya, dan mau tidak mau aku mendorongnya menjauh dengan jutek. Meskipun begitu, Wataru tidak menyerah dan terus muncul di depanku berkali-kali. Kalau dipikir-pikir lagi, ia mungkin satu-satunya cowok, yang berinteraksi denganku, yang terbuka soal emosi dan perasaannya pada saat itu.

Pada saat aku memasuki masa SMA, aku sudah merasa lebih santai. Di saat yang sama, aku bersemangat membayangkan akan kayak apa kehidupanku di SMA nantinya mulai saat itu. Aku memang tahu kalau Wataru juga ada di sana, tetapi pada saat itu aku pikir ia cuma kehadiran yang mengganggu. Meskipun aku tertarik dengan kehidupan sekolahku yang baru, tetapi aku sama sekali tidak tertarik untuk punya pacar atau menjalani kehidupan asmara. Tidak ada yang lebih aku sayangi ketimbang Airi.

Kehidupan SMA-ku dimulai dengan baik. Ia masih tetap menonjol, dan alasannya yaitu karena ia selalu mengikutiku ke mana-mana. Aku juga jadi ikut menonjol dengan cara yang sama, jadi tentu saja orang-orang di sekitarku mengingat wajah dan namaku, dan aku mendapatkan sahabat karib bernama Kei. Kalau dipikir-pikir lagi, aku rasa hubunganku dengan Kei mungkin tidak akan terjadi kalau Wataru tidak ada di sana.

Alasanku tidak menyadarinya sampai saat ini yaitu mungkin karena aku cuma menganggapnya sebagai sosok yang aku anggap remeh.

Ia merupakan sosok yang berisik. Meskipun ia merupakan orang yang saya anggap remeh, namun ia tetap merupakan orang yang selalu ada di sisiku. Makanya aku tidak paham mengapa ia tiba-tiba menjauhkan dirinya dariku. Aku tidak peduli terlepas dari apa ia sudah menyerah padaku, kalau begitu, mengapa ia tidak bisa setidaknya jadi "teman"-ku saja lagi?

Kalau tidak, aku akan merasa kesepian.

Wataru merupakan satu-satunya alasan aku punya tempat kembali. Ada sebuah celah di hatiku yang tidak dapat diisi oleh Kei maupun Airi. Pertama kali aku benar-benar memahami bahwa makna "kesepian" yaitu saat Uji Coba Kunjungan Sekolah pada liburan musim panas. Ia itu bukanlah sekadar sosok yang berisik, tetapi juga sudah jadi bagian penting dalam kehidupanku sehari-hari. Makanya aku mulai merasa takut cuma karena hubungan kami itu akan terputus.

Suatu hari saat sepulang sekolah di semester kedua. Wataru dengan tegas menyangkal hubungannya denganku pada seorang cewek dari SMP yang sama dengan kami. Itu merupakan tatapan yang belum pernah aku lihat keluar darinya sebelumnya. Di saat itulah, aku berpikir mungkin Wataru sudah tidak menyukaiku lagi. Lalu, aku sadar kalau Wataru memperhatikan perasaanku dan berusaha agar tidak membuat keadaannya jadi canggung denganku. Aku sadar kalau aku tidak pernah memikirkan perasaan Wataru sama sekali. Aku tidak tahu apa yang mesti aku lakukan.

Aku tidak mencoba untuk mencari tahu. Aku benci pada apa yang tidak aku ketahui. Aku jadi takut untuk mengetahuinya.

Meskipun aku mengulurkan tanganku, tetapi kakiku tetap terdiam.

Tentu saja, aku tidak tahu mengapa.

TL Note: Anggap saja kami merilis ini pada tahun 2020, hehe. Ada beberapa pengumuman Author Note soal versi Light Novel Jilid 2, ya. Silakan disimak.

Author Note:

[Pengumuman]

HJ Bunko telah mengumumkan penawaran khusus toko untuk [Light Novel] "Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha" (Si Cowok Pemimpi Ternyata Seorang Realis) Jilid 2. Informasi ini tersedia di Twitter (TL Note: Sekarang X) dan situs web resminya. Untuk informasi lebih lanjut, silakan lihat Laporan Aktivitas.

TL Note: Laporan Aktivitas Okemaru-sensei akan kami terjemahkan setelah kami selesai menyelesaikan penerjemahan web novel ini secara keseluruhan. Kita akan lihat perjalanan Web Novel ini dari saat pertama kali dapat penghargaan sampai mendapat adaptasi anime melalui Laporan Aktivitas Okemaru-sensei. Nantikan juga penerjemahan Web Novel ini mulai dari Bab 152-180.1 ke Bahasa Indonesia, dan Bab 152-210 serta Bab 1-50 ke Bahasa Inggris hanya di Lintas Ninja Translation dan Ninja Cross Translation.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

Baca juga:

 [Manga Short Story Special Extra] - Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha - Okemaru-sensei Cerita Pendek Manga Jilid 5 Edisi Spesial

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama