Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 5 Bab 134 - Lintas Ninja Translation

Bab 134
Apa yang Ingin Kamu Lakukan?

"Sajocchi. Pasti ada sesuatu yang terjadi di antara kamu dan Aichi, bukan?"

Itulah hari ketiga setelah aku mengetahui bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Panitia Pelaksana Festival Budaya. Ashida mengetahui soal situasi canggung antara aku dan Natsukawa. Dia menyeretku ke tangga dengan nada yang membuatku berpikir seakan-akan dia sudah yakin, dan yang mau tidak mau aku bingung. Tampaknya, terasa aneh buat Ashida, kalau aku tidak berbicara dengan Natsukawa padahal jarak posisi duduk kami di dalam kelas saling berdekatan. Bagaimanapun, dia agak menghindariku sejak aku membantunya secara terpaksa sepulang sekolah beberapa hari yang lalu. Paling tidak, Natsukawa tidak bicara denganku lagi. Aku ingin berubah saja jadi kerang.

"...Kok kamu tahu?"

"Kalian tampaknya selalu memasang wajah tidak nyaman."

Astaga, apa aku memasang wajah kayak gitu? Aku merinding membayangkan Natsukawa menatap bagian belakang kepalaku selama jam pelajaran. Di pagi hari, aku menghabiskan sebagian besar waktuku untuk merapikan bagian belakang kepalaku. Aku pun akhirnya menggunakan dua buah cermin genggam.

"Maksudku, Aichi itu tampak sangat jelas di wajahnya."

"Eh?"

Benar... ...Apa? Aku tidak tahu apa itu karena aku terlibat dalam itu atau tidak. Aku pikir itu yang akan lebih tampak di wajahku. Mungkin karena aku duduk yang di bangku depan, tetapi aku cuma bisa mendengar apa yang terjadi di belakangku. Paling tidak, untuk saat ini, aku bisa tahu apa seseorang itu menggunakan pensil mekanik atau pulpen. Menurutku aku pun dapat menebak nama perusahaan alat tulis itu saat ini.

"...Apa jangan-jangan dia mengingat soal hubungan di antara kami dan seluruh peristiwa menolak dan ditolak di antara kami, bukan? Iya, mestinya itu sudah jelas, tetapi... ...mungkin yang terjadi di antara kami sampai saat ini itu aneh."

Saat aku sedang berusaha menerima kenyataan itu, suasana di antara aku dan Natsukawa semakin tidak canggung, tetapi kami punya lebih banyak kesempatan untuk saling berinteraksi satu sama lain ketimbang sebelumnya. Pada awalnya, aku bertanya pada diriku sendiri, mengapa begitu dan mengapa tidak, tetapi aku rasa, itu karena Natsukawa yang tidak menyadari aspek itu. Pertama-tama, minat Natsukawa itu lebih terfokus pada hal-hal seperti keluarganya.

Cinta... ...ya? Beberapa waktu yang lalu, aku memang berpikir, "Apa ini yang dinamakan cinta!", tetapi... ...aku merasa saat ini ada yang tidak beres. Meskipun mau tidak mau aku akan terlibat lagi dengan cewek yang telah mencampakkanku, tetapi pada akhirnya aku masih tetap menyukainya... ...Aku rasa aku masih belum berpengalaman sama sekali dalam hal ini. Meskipun ada ketidakseimbangan yang sangat jelas di antara kami, tetapi mengetahui bahwa Natsukawa menyadarinya sudah sepadan dengan usaha yang aku lakukan.

"—Aku mungkin akan jadi karyawan tetap penuh waktu."

"Apa yang kamu bilang barusan?"

Kalau saat ini sedang hujan, aku pasti akan jadi lebih emosional.

Apa ini kayak sebuah tujuan? Apa ini kayak masyarakat telah menungguku setelah masa mudaku berakhir? Aku merasa kayak aku sudah menemukan jati diriku yang baru, dan aku mesti mulai dengan mengembangkan jati diriku yang sesungguhnya, bukan?

...Kalau dipikir-pikir, aku sudah sering bekerja terlalu keras. Aku pun tidak merasa sedang berada di tengah-tengah sesuatu, apalagi di tengah-tengah jati diriku yang baru. Aku memang ingin jadi karyawan tetap penuh waktu, tetapi aku tidak ingin jadi bagian dari OSIS ataupun Komite Disiplin. Mengapa? Tentu saja itu karena aku ingin digaji, aku ingin digaji.

"Aku rasa itu berarti... ...Sajocchi sedang baik-baik saja saat ini, bukan?"

Tidak, aku sama sekali sedang tidak baik-baik saja. Akhir-akhir ini, lukaku merupakan luka yang paling parah dalam beberapa waktu terakhir. Memangnya rasanya itu sakit sekali? Lagipula, aku sudah siap untuk menyelam 3 atau 4 kali lagi dengan luka di sekujur tubuhku. Jangan coba-coba kamu menganggap kalau aku ini karyawan tetap penuh waktu, loh! Aku ini bukan karyawan tetap penuh waktu.

"...Itu sulit sekali, ya."

"Ah? Ada apa?"

"Bukan apa-apa, kok, hanya saja sudah jelas kalau giliran Sajocchi itu sudah berakhir."

"Eh?"

Tunggu, memangnya ke mana giliranku pergi? Aku pun tidak ingat mendeskripsikannya. Aku pun belum memperbaiki apa-apa dan kata-kataku cukup kosong. Bukannya gawat kalau aku akan diserang dari mana saja?

"Mari kita kembali."

"Ah, oke."

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-5-ch-134-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Dia menarik lengan bajuku dan aku diajak kembali ke ruang kelas. Aku tidak tahu apa yang terjadi ini, aku merasa kayak dibawa pergi begini... ...Bukannya ada yang tidak beres denganku akhir-akhir ini? Aku mungkin terlalu banyak dikekang oleh OSIS, Komite Disiplin dan Kakak. Apa mereka bermain-main denganku di berbagai tempat? Aku bisa berjalan sendiri karena aku ini primata.

Terkadang bagian yang paling sulit itu ialah mengambil posisi bangkuku. Natsukawa duduk di bangku paling belakang dekat jendela di samping halaman, dan aku duduk di posisi bangku di depannya. Kalau aku menyerang dari depan, kami pasti akan saling berhadapan, begitu pula kalau aku menyerang dari belakang, dengan begitu, aku mesti menyerang Natsukawa dari samping. Apa yang aku maksud dengan "menyerang"...? ...Itu memang posisi bangkuku, bukan?

"...Ah—... ...Ada tugas Sastra Jepang Klasik hari ini, ya?"

"...Be-Begitukah?"

Saat aku dengan enggan memanggilnya tanpa menghiraukan reaksinya, Natsukawa, yang agak terkejut, menanggapiku dengan sikap waspada. Dia seakan-akan bilang, "Terus, memangnya mengapa?". Jangan terlalu jutek padaku, oke? Aku jadi semakin bersemangat, bukan? Apa yang aku lakukan padahal tadi aku bilang aku menemukan jati diriku yang baru.

Kesalahan yang kami lakukan yaitu kami saling memanggil dari posisi bangku kami. Pada akhirnya, tidak ada jalan keluar buat kedua belah pihak. Haha, apa yang mesti aku lakukan dengan kecanggungan ini? Bagaimana kalau kami bersenandung lagi saat ini? Strateginya yaitu dengan melibatkan bukan cuma Natsukawa, tetapi juga semua orang di sekelilingnya dan membuat keadaan ini canggung. Biarkan mereka memotong daging mereka dan mematahkan tulang mereka. Kalau aku akan terluka, aku akan melakukan itu dengan tampil mencolok!

"—Begini..."

"!"

Kata-kata dari Natsukawa datang secara tidak langsung saat suasana hatiku sedang baik. Meskipun itu cuma tiga suku kata. Getaran di udara yang disebut suaranya merembes ke sumsum otakku. Mau tidak mau tatapanku tanpa sadar jatuh ke bibirnya, dan aku yakin kalau aku sakit parah. Meskipun begitu, kalau itu Natsukawa, apapun boleh dia lakukan.

"Begini... ...Aku penasaran, apa yang akan terjadi di Festival Budaya, ya..."

"..."

Tiba-tiba, perasaan yang melayang-layang di tatapanku itu mereda. Apa ini karena kata-kata yang dia ucapkan sambil melihat ke mejanya cuma karena dia merasa canggung, ataukah itu karena dia memang benar-benar khawatir? Sebagai siswi kelas sepuluh, Natsukawa merasakan keterlambatan dalam kemajuan tugas yang dia kerjakan, meskipun dia mengerjakannya dengan tenang. Mana mungkin dia bisa berbuat apa-apa tidak peduli seberapa antusiasnya dia, tetapi dia ada dalam posisi yang tidak masuk akal di mana dia cuma dimintai pertanggungjawaban oleh sesama siswa kelas sepuluh.

Kalau saja aku sudah tahu sejak awal kalau situasi yang tidak dapat aku pahami ini akan terjadi, aku mungkin sudah menghalangi Natsukawa dari menjadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya. Mana mungkin aku bisa bahagia dengan kemalangan idolaku.

"Kakak... ...dan orang-orang di OSIS sedang mengusahakannya."

"...Begitukah?"

"Karena dia itu Kakak, sih." Ini bukan berarti Kakak mesti melakukan segalanya dengan benar, dan bukan berarti Kakak tidak mesti berlarian kayak anak kecil di acara yang diadakan setahun sekali ini. Aku dapat memahami hal itu dari melihat Kakak. Karena Kakak itu memang iblis yang terdefinisi dengan baik.

Tetapi tetap saja, sampai saat ini, Natsukawa masih tetap jadi seorang Dewi buatku. Menurutku dia itu orang yang sangat sempurna dan tanpa kelemahan, dan aku ingat saat melihat sikapnya yang tegas terhadap segala hal, membantuku saat aku pertama kali bekerja paruh waktu. Makanya, pada saat pikiranku cuma tertuju pada Natsukawa, aku sering memikirkan apa sih kekurangan dan kelemahannya. Pada saat itu, aku tidak dapat menemukan jawabannya, tidak peduli seberapa keras aku mencarinya... ...Aku penasaran mengapa aku cuma melihat sekilas saat ini.

—Aku cuma ingin ada di dekatnya agar aku dapat melindunginya.

"Kamu bisa memanggilku kalau kamu butuh sesuatu, loh!"

"Eh...?"

"Meskipun persiapan untuk kelas kita sudah dimulai, tetapi itu bukanlah di saat istirahat makan siang dan juga bukanlah setelah pulang sekolah, dan jumlahnya tidak sebanyak yang dikerjakan oleh Panitia Pelaksana Festival Budaya, bukan? Aku mungkin saja ada hubungan dengan OSIS lagi di sini, tetapi itu tidak apa-apa kalau aku memprioritaskan salah satunya. Jadi untuk saat ini, aku senang kalau kamu bisa mengesampingkan semua hal lainnya dan cuma mengandalkanku saja. Aku sudah terbiasa dengan hal itu."

"Kamu "sudah terbiasa dengan hal itu", ya...?"

Natsukawa pasti ingat dengan cerita soalku dan Kakak, dan mungkin menganggap itu kurang pantas, jadi dia tertawa kecil seakan-akan berusaha menahan diri. Sungguh... ...dia punya titik-titik tekanan di tempat-tempat yang tidak terduga. Kalau aku diperlakukan kayak gitu olehnya, aku lebih baik pergi dan dirundung oleh kakakku sendiri.

Aku tidak peduli dengan Sasaki. Aku tidak perlu menahan diri untuk tidak tertawa terbahak-bahak. Mau tidak mau aku ingin melihat suatu jenis senyuman yang bukan cuma membuat hatiku meleleh cuma dengan melihatnya, tetapi juga membuatku merasa kayak masa hidupku telah diperpanjang.

Di saat-saat kayak gini, aku pun menertawakan diriku sendiri karena aku begitu naif.

"Wataru, apa kamu baik-baik saja saat ini?"

"Hyoe."

Tiba-tiba, aku dihampiri oleh Ketua OSIS, Yūki-senpai. Dampaknya, ia benar-benar tampak berbeda dari cowok yang aku temui di Ruang OSIS. Penyimpangan wajah orang-orang di sekelilingnya sangat berbeda sehingga membuat ketampanannya semakin menonjol. Eh? Apa cowok ini tahu kalau ia itu setinggi ini? Aku benar-benar berharap kalau cowok ini tidak berdiri di sampingku.

Saat aku hendak jajan untuk membeli makanan saat istirahat makan siang, inilah yang aku dapatkan. Ada teori yang mengatakan kalau cowok ini dulu cowok yang sembrono berdasarkan pernyataan-pernyataan masa lalu dari Kakak dan dirinya langsung, tetapi melihat cowok ini bersandar di pintu masuk ruang kelas kayak gini membuatku berpikir kalau inilah sisa-sisa dari hal itu. Apa itu? Apa itu NON-NO*? Kalau aku seorang penata fesyen, aku mungkin akan memilihkan syal berwarna putih pudar.

(TL Note: NON-NO merupakan majalah fesyen.)

"A-Ada apa?"

"Ini soal masalah yang terakhir kali. Ini memang masalah yang mendesak, jadi aku telah mengajak orang-orang dari rumahku untuk menyelidikinya."

Selang waktu saat ia bilang "menyeledikinya", aku mendengar gema yang terngiang-ngiang dari belakangku. Aku berusaha bilang tsukkomi pada diriku sendiri, "Bukan itu yang ia maksud!," di dalam benakku, tetapi aku tidak 100 persen yakin. ...Bukan begitu, bukan? Ia tidak bilang "menyeledikinya", bukan?

"Ini soal berbagi informasi atau, begini, cuma ada beberapa orang yang dapat aku ajak bicara soal itu tanpa aku mesti memilih kata-kata. Aku pikir aku akan bilang padamu dulu, karena kamu itu orang yang paling dekat dengan Kaede."

"Aku punya firasat buruk soal ini..."

"Ke marilah."

Saat aku perlahan mencoba "menyatakan kalau aku tidak mau terlibat dengannya lebih jauh lagi" dan ia tidak bisa memahaminya. Ia bilang kalau ini masalah yang sangat mendesak, jadi mungkin ini masalah yang lumayan serius. Entah bagaimana, ia berhasil menekan tombol di kepalaku dan aku mengikuti di belakang Yūki-senpai.

...Tunggu sebentar? Aku tahu kalau ini memang agak terlambat, tetapi mengapa pinggangnya tampak sangat ketat padahal ia mengenakan seragam yang sama denganku? Apa celana seragam memang biasanya sangat longgar, ya? Mengapa semua yang ia kenakan tampak sangat bergaya? Apa ia juga ingin selalu tampak bergaya meskipun saat ia sedang melaksanakan tugasnya?

Author Note: Ada apa itu sebenarnya?

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

Lihat juga:

Nonton Perman Episode 5: "Pak Guru Datang!!" Takarir Bahasa Indonesia di Lintas Ninja Fansub

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama