Bab 133Kompromi
Apa yang dipikirkan orang-orang saat mereka tidak punya pilihan lain selain mati? Apa itu penyesalan atas apa yang sudah mereka lakukan di masa lalu, ataukah cuma sebuah kenangan akan muncul dalam benak mereka? Haha, mereka pasti tidak akan tahu sampai mereka jadi sandera perampokan bank terlebih dulu, bukan? Tidak, tidak.
Apaan sih... ...makanan yang terakhir kali aku makan?
"Glek, ah."
"Hei, es kopiku."
Aku ada di bantal pangkuan Kakak? Tidak, kepalaku dicengkeram oleh Kakak... ...Meskipun aku sudah berusaha untuk bangun sejak tadi, tetapi tangan yang perlahan diletakkan di tulang selangkaku tidak mau bergerak. Mengapa ini terasa sangat kencang padahal aku sedang tidak dipegang? Apa aku sedang terjebak di celah antara Buddha Agung atau semacamnya?
Sudah jelas kalau Kakak saat ini sedang murung dan egois, tetapi ini memang agak keterlaluan. Kalian tidak pernah mengira kalau aku akan membiarkan orang semacam ini masuk ke kandangku, bukan? Kalau begitu, Apa jangan-jangan aku sudah terlalu sering melakukan kejahatan... ...hmm?
"...Apaan itu?"
"Korek kuping."
Tunggu sebentar, aku mulai merasa jadi sangat takut. Apa yang hendak dilakukan oleh kakak s*alan ini? Apa Kakak mencoba membersihkan telingaku padahal dia tidak perlu melakukan itu? Eh? Mengapa? Maksudku, bukannya aku merasa yakin kalau itu memang benar, tetapi mengapa? Apa Kakak tahu? kalau aku ini lebih senang menggunakan korek kuping kapas setelah mandi.
"Sebelah kanan."
"Ah!!!"
Apa aku mesti mengangkat bahu kiriku? Apa aku mesti berbalik dengan suara gedebuk? Kanan...? Apa itu berarti aku mesti menoleh ke kanan, bukan telinga kanan? Atau apa menurut Kakak lebih baik aku mesti membalikkan sebelah telingaku? Tidak, apa Kakak benar-benar mencoba membersihkan telingaku dengan itu? Apa aku akan tuli mulai hari ini?
"Persiapkan dirimu."
"Tung-Tunggu, tunggu sebentar, ini serius!! Benar-benar serius!!"
Paling tidak, inilah batas kalau Kakak tidak sedang mencoba membersihkan telinganya. Saat aku mendengar hal ini, rasa takutku mencapai batasnya. Perawatan. Iya, ini memang operasi. Sebuah insiden yang melibatkan otakku yang disebut mumifikasi akan segera terjadi.
"Apa!? Ada apa ini sebenarnya!? Aku jadi takut, sih! Aku jadi takut, sih!!"
"Diamlah."
"Eungh."
Saat aku mencoba untuk bangun, tetapi aku malah dikembalikan ke posisi semula. Ada tekanan di bagian sebelah kiri kepalaku. Ini gawat, tidak peduli seberapa kerasnya aku berteriak dan meronta-ronta, Kakak telah mengunciku di tempat agar aku tidak bisa bergerak...!
Saat aku mendongak untuk menatap wajah jahat macam apa yang Kakak pasang, aku terdiam di tempat saat melihat wajah Kakak yang sangat datar tanpa ekspresi sama sekali.
"—Kita ini memang tidak seperti kakak dan adik cowok pada umumnya, bukan?"
"...Hah?"
Tiba-tiba saja, aku ditanyai suatu topik yang tidak dapat aku pahami apa maksudnya. Aku tidak mau Kakak menambahkan hal-hal yang tidak dapat aku pahami apa maksudnya ke dalam situasi saat ini yang tidak dapat aku pahami apa alasannya. Otakku mungkin akan meledak. Itu mungkin akan segera pulih saat ini.
"Di keluarga Tamao, dia dan adik cowoknya tampak lebih akur."
"Tamao?"
Siapa itu? Nakamura Tamao*? Apakah Tamao-san bilang sesuatu pada Kakak? Aku terganggu kalau Kakak tiba-tiba menjejalkan nama yang tidak aku kenal. Apa Kakak dan Tamao-san itu dekat? Seorang kakak dan seorang adik cowok yang akan bahagia di hari tua nanti, itu memang luar biasa.
(TL Note: Nakamura Tamao itu seorang aktris.)
"Kamu juga pernah bilang sesuatu soal hubungan kita yang tidak akur... ...Kakak juga tahu kalau suasana hati Kakak sedang buruk. Meskipun begitu, Kakak masih bisa berusaha untuk memperbaiki semua itu satu per satu."
"Heh...?"
Ini pertama kalinya aku mendengar Kakak bilang begitu. Aku tidak menyangka kalau Kakak akan menyadari kayak apa dirinya yang dulu. "Padahal Kakak itu bukan orang yang kayak gitu!" Aku kira Kakak akan menyangkal hal itu sepenuhnya kayak gitu. Menurutku pada intinya, segalanya memang tidak banyak yang berubah, dan hal-hal yang tidak aku pahami sebelum musim panas itu cuma permulaan buat hal itu....
"Hmm, begini, apa... ...yang Kakak lakukan ini dimaksudkan sebagai permintaan maaf."
"Tidak, dalam hal ini—"
"Diamlah."
"Eungh... —Astaga."
Telinga kiriku merasakan ada yang kasar. Sebuah korek kuping menyerbu masuk ke dalamnya. Akhirnya aku mulai gugup, apa-apaan ini? Apa ini tidak apa-apa? Kakak, Bukannya Kakak terlalu banyak mengeluarkan kekuatan dan menyimpannya jauh di dalam hati untuk diam-diam menikamku dari belakang? Aku jadi terlalu takut buat bergerak. Sekarang karena sudah kayak gini, aku tidak punya pilihan selain berubah jadi patung batu...!
"Kamu terlalu takut. Kakak tidak akan melakukan kesalahan semacam itu."
"...Benarkah? Memangnya Kakak pernah melakukan ini pada orang lain selain aku sebelumnya...?"
"Tangan Kakak terasa seperti tergelincir."
"Tolong berhenti dimasukkan kembali."
Ujung korek kupingnya saat ini jadi semakin dalam 5 milimeter. Aku merasa kayak itu sudah memasuki zona sensitif. Aneh sekali... ...Aku tidak ingat kalau aku pernah mengalami momen membersihkan telingaku semenegangkan itu sebelumnya. Saat Ibu dulu memasukkan itu ke telingaku, menurutku rasa-rasanya jauh lebih nyaman meskipun sudah lama, sampai-sampai aku tertidur.
"Kamu, Kakak tahu kalau Kakak sudah pernah menanyakan ini sebelumnya, tetapi sebenarnya hubungan macam apa yang kamu punya dengan Rin?"
"Eh?"
Ada apa lagi kali ini? Apa Kakak khawatir dengan hubungan antara aku dan Shinomiya-senpai? Tidak, hubungan kami itu tidak perlu dikhawatirkan... ...Memang benar kalau alasan kami bertemu tidak ada hubungannya dengan Kakak, sih.
"Meskipun Rin itu menyebalkan hari ini, atau bahkan setiap hari, tetapi dia itu bukan tipe cewek yang mendambakan seorang cowok. Kakak sangat tidak suka dengan ide bahwa seorang kenalan Kakak ternyata berpacaran dengan adik cowok Kakak sendiri, sih."
"Tidak, bukan kayak gitu. Dia tidak punya perasaan hangat di mana aku dipandang sebagai seorang 'cowok' olehnya, bukan?"
"... "Kalau kamu tetap tidak akur dengannya, berikan saja ia padaku." Kakak diberi tahu begitu."
"Itu fakta yang sangat mengejutkan buatku."
Apa dia menganggapku sebagai hewan peliharaan? Ini soal Shinomiya-senpai yang "hari ini", bukan? Mengapa orang tersebut jadi sangat depresi? Apa itu benar-benar sesuatu yang dapat Kakak lakukan saat seseorang meminta Kakak untuk memberikan hak Kakak kayak gitu? Hmm, lagipulu aku tidak merasa kalau dia memandangku sebagai lawan jenis.
"Saat Kakak bicara dengan Tamao, "Aku kira kamu itu anak semata wayang." dia bilang begitu pada Kakak."
"Tamao?"
"Dia bilang "Kamu tidak tampak kayak seorang kakak, tetapi kamu terasa punya aura kayak seorang majikan yang dapat menjinakkan anjingnya (Wkwk).". Dia bilang begitu pada Kakak."
Tamao-san, bukannya kamu agak terlalu suka memprovokasi orang lain? Bukannya kalian membicarakan soal para anggota OSIS, dan bukan soal aku...? Sejauh ini, aku mendapat kesan kalau Kakak-lah yang telah menendang bokong semua orang di OSIS.
"Jadi itu membuat Kakak frustrasi."
"Setelah itu, tidak juga."
"Ah!?"
"Berbaliklah ke sisi lain. Jangan menghadapkan wajahmu ke perut Kakak!"
"Aku tidak peduli apa yang Kakak lakukan, tetapi bisakah Kakak berhenti membalikkan wajahku kayak sedang membalik lemari?"
Eum, dengarkan aku. Iya, bersihkan saja telingaku. Ini memang tidak terlalu awal. Aku paham apa yang hendak Kakak katakan, jadi tidak usah repot-repot melakukan sesuatu yang memang bukan sifat Kakak sebagai seorang cewek. Aku mesti segera berbalik. Aku akan segera berbalik dan meletakkan kepalaku di pangkuan Kakak lagi.—
"..."
"Hei, kamu, Apa yang terjadi padamu dan cewek yang sangat imut itu?"
"Apa yang Kakak bicarakan sebagai Mbak-Mbak Salon...?"
"Kakak menanyakan hal ini padamu sebagai kakakmu."
Kali ini, telinga kananku.
Kami mulai mengobrol soal sesuatu, tetapi... ...ini bukanlah hal yang mau aku bicarakan dengan Kakak. Ada juga momen canggung hari ini, dan kalau Kakak bertanya padaku apa yang terjadi, yang bisa aku katakan cuma kami semakin renggang. Aku sangat senang karena kami duduk di depan dan di belakang setelah pertukaran posisi bangku, tetapi yang aku cari bukanlah kedekatan posisi bangku semacam itu, yang aku cari itu posisi bangku di mana aku dapat melihatnya terus menjadi Dewi pada jarak yang wajar. Dengan kata lain, hal terbaik yang bisa aku lakukan cuma melihatnya saja. Saat ini, aku tidak bisa melakukan itu lagi.
Posisi bangku kami itu di depan dan di belakang, kalau salah satu dari kami tidak berbicara dengan yang lainnya, itu mungkin tidak jauh berbeda dengan saat kami bertatap muka. Selama masih ada kecanggungan di antara kami, aku masih belum siap bertukar kata-kata lagi dengannya....
"—Aku lebih tertarik pada hubungan Kakak."
"Hah...?"
"Aku tahu kalau Kakak suka cowok-cowok tampan. Dan cowok-cowok kayak gitu ada banyak di OSIS, sih... ...Sudah waktunya buat Kakak untuk memberi tahu adikmu siapa cowok yang lebih Kakak sukai. Jangan dimasukkan lagi, dasar Kakak!"
Dasar Kakak s*alan...! Saat keadaan memburuk, Kakak diam-diam berusaha memecahkan gendang telingaku...! Tolong buat ini jadi terasa lebih enak buatku! Kakak mungkin akan melakukan ini juga pada pacar Kakak suatu hari nanti, jadi mengapa Kakak tidak menunjukkan kekuatan Kakak sebagai cewek dengan serius!
...Tidak, tunggu. Meskipun Kakak tidak akan meninggalkan adikmu sendirian, kekasarannya, tidak akan hilang, dan mungkin Kakak mesti mengembangkan kekuatan Kakak sebagai cewek dengan serius. Aku tidak tahu apa itu benar atau tidak, tetapi menurutku Kakak tidak memandang para anggota OSIS sebagai "cowok"... ...Aku penasaran apa yang terjadi sampai-sampai itu mungkin dapat merusak cowok-cowok berwajah tampan kayak gitu...? Tidak, aku punya sedikit ide.
Iya, kalau aku mau membantu Kakak berlatih untuk jadi seorang pengantin, maka aku mungkin tidak perlu malu... ...Tidak, jujur saja, aku benar-benar kayak merasakan campuran antara perasaan takut, canggung dan malu. Kalau dipikir-pikir lagi, Kakak tidak akan melakukan hal semacam ini tanpa adanya alasan khusus, bukan?
"...Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan keluarga Tamao-san, tetapi seorang kakak dan seorang adik cowok normal tidak akan melakukan hal ini, bukan?"
"Tetapi mereka melakukan ini."
"Memangnya berapa usia adiknya?"
"Berapa usia adiknya...? ...Dia bilang kalau adiknya itu kelas 5 SD."
"Hei."
Sang adik itu masih SD, loh! Iya, itu memang perbedaan usia yang besar antara dirinya dan kakaknya, jadi aku yakin kalau sang kakak cukup menyayanginya untuk membersihkan telinga sang adik! Ini benar-benar berbeda dari hubunganku dengan Kakak!
"Kakak? Aku akan berusia 16 tahun pada bulan Maret ini. Usiaku sangat jauh berbeda dari adiknya Tamao-san. Lihatlah? Aku lebih tinggi dari Kakak. Aku sudah dewasa, aku sudah gede, loh."
Kakak tidak bisa memperlakukanku sama kayak anak SD... ...Aku sudah pernah punya beberapa pekerjaan paruh waktu sebelumnya, jadi tidak berlebihan kalau aku bilang bahwa aku sudah punya pengalaman kerja. Aku ini bukan tipe cowok imut yang akan membiarkan kakakku membersihkan telingaku!!!
"—Tetapi kamu masih tidak suka suntikan dan paprika hijau, bukan?"
"Hahaha!"
Iya, kalau yang itu tidak dihitung (Wkwk).
Author Note:
[Hal-hal yang tidak aku sukai].
• 404 Tidak ditemukan.
• Suntikan ← BARU
• Paprika hijau ← BARU
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain: