Tomodachi no Imouto ga Ore ni Dake Uzai [LN] - Jilid 8 Interlud 2 - Lintas Ninja Translation

Interlud 2
Sasara dan Iroha

Hari ini tidak akan jadi hari yang biasanya. Aku, Tomosaka Sasara, memang tidak punya bukti yang nyata, tetapi aku mendapat firasat sebulan sekali — kalau ini merupakan hari yang aneh.

Kayaknya, aku tidak bisa masuk ke media sosialku kayak yang aku lakukan setiap pagi, karena masalah server. Atau ramalan bintangku di acara berita pagi akan buruk. Atau mekapku tidak dipasang dengan baik. Hal-hal semacam itu.

Itu belum pernah jadi sesuatu yang besar. Cuma sesuatu yang biasa saja yang jadi agak miring. Biasanya itu cuma firasat yang ternyata bukan apa-apa, dan hari-hari akan berjalan normal kayak hari-hari lainnya. Kayak yang dibilang oleh editor favoritku, Hoshino-san: ”Seringkali, bukan berarti ada sesuatu yang salah dengan lingkungan sekitarmu; itu cuma perubahan alami dalam hidupmu sendiri. Tidak ada hubungannya dengan hal gaib, seperti 'energi buruk', atau planet-planet jadi tidak selaras. Yang perlu kamu lakukan cuma memastikan kalau kamu ada dalam posisi yang tidak selaras di tempat yang bagus setiap saat, dan kamu akan berhenti mengkhawatirkan hal-hal semacam itu."

Saat seorang bintang keluar dengan sesuatu semacam itu, itu berada di level lain! Aku sangat menghormatinya.

Sekarang, Hoshino-san, aku bersumpah kalau aku selalu mempercayai hal itu, tetapi hari ini segalanya lain. Aku yakin kalau hari ini tidak akan jadi hari biasanya.

Bukan sesuatu yang kecil yang membuatku merasa kayak gini kali ini. Itu memang perbedaan yang besar, sesuatu yang akan disadari siapa saja begitu mereka masuk ke ruang kelas.

Aku menyelesaikan rutinitas pagiku dan sampai ke sekolah dengan banyak waktu untuk diluangkan, saat itulah aku mendapati Kohinata Iroha dengan wajahnya yang terkubur di mejanya dan getaran suram yang muncul darinya. Dia memang merintih pelan, tetapi bukan kesakitan, itu lebih kayak dia sangat frustrasi karena sesuatu. Itu merupakan masalah fisik, bukan masalah mental, tetapi kedua masalah itu sama-sama mengkhawatirkan.

Aku bukan satu-satunya orang yang khawatir—, aku juga memperhatikan orang lain melirik ke arahnya, seakan-akan mereka mau memeriksanya tetapi tidak yakin apa itu akan disambut.

Kohinata Iroha merupakan seorang siswi teladan yang populer, sopan dan ceria, selalu tersenyum apapun yang terjadi. Siapapun akan khawatir saat dia mengalami depresi. Maksudku, aku juga begitu.

Pertama, aku perlu mengetahui lebih dalam soal apa yang sedang terjadi, jadi aku memanggil beberapa cewek di sekitarku.

"Hei. Ada apa dengan Iroha?"

"Tomocchi, hai. Kami juga tidak tahu apa-apa. Dia sama sekali tidak baik-baik saja."

"Aku bersumpah dia belum pernah murung." Jawabku, "Aku agak merasa aneh, tidak tahu ada apa. Kayaknya aku mengkhawatirkannya."

"Iya, kan? Aku benar-benar penasaran karena khawatir."

"Sasara, kamu berteman dengan Kohinata-san belum lama ini, bukan? Datanglah ke sana untuknya."

"Oke, tentu saja. Tetapi aku akan berhati-hati agar tidak melewati batas apapun."

"Luar biasa, Tomocchi, kamu benar-benar hebat!"

"Serahkan padaku!" Aku melakukan tos tinju dengan cewek itu. Rasanya kayak bersulang, tetapi itu dengan tinju kami.

Tidak ada maksud sebenarnya dari obrolan kami, aku cuma menuruti apa yang mereka bilang. Hal yang sama berlaku untuk bahasa gaul. Semua orang mulai menggunakan kata-kata yang sama suatu hari nanti, dan aku sendiri memang sudah tahu cara menggunakannya, tetapi kalau boleh jujur, aku masih belum begitu yakin apa maknanya. Seperti, apa 'makna aslinya'?

Kadang-kadang kalian melihat acara-acara ini dan hal-hal lain yang mencoba menjelaskan bahasa gaul yang digunakan oleh remaja, dan meskipun mereka memahami beberapa kata, ada banyak kata yang benar-benar luput dari perhatian. Aku kira kami punya budaya sendiri di sini, dan lagipula itu bukanlah masalah besar.

Saat ini, aku lebih mengkhawatirkan Iroha. Cewek-cewek itu mengandalkanku, dan aku itu sahabatnya, jadi inilah saatnya aku turun tangan dan membantu.

Jadi aku putuskan kalau aku akan pergi bersamanya untuk makan siang.

Waktu makan siang tiba, dan aku berakhir di atap sekolah. Atap memang dilarang di banyak sekolah saat ini, tetapi Kouzai merupakan salah satu sekolah yang terbaik di area tersebut. Siswa-siswinya cerdas dan menjunjung moral dengan tinggi, sampai-sampai para guru mempercayai kami. Mungkin saja aku menaikkan nilai rata-rata sekolah, tentu saja, tetapi saat ini akulah yang menggunakan atap, jadi itu tidak jadi masalah.

Aku dan Iroha duduk membelakangi pagar, menggunakan sapu tangan sebagai selimut piknik, dan membuka kotak bekal kami. Iroha belum kembali ke dirinya yang biasanya; dia sama muramnya dengan saat dia ada di kelas. Bicara soal menjengkelkan.

"Jadi, beri tahu aku ada apa. Kamu bisa jadi dirimu sendiri di atas sini, karena tidak ada orang lain di sekitarmu, bukan?"

"Aww, tetapi kamu belum pernah punya pacar, Sasara, dan kamu itu seusiaku. Aku merasa tidak enak untuk memberi tahumu segala detail kecil soal kehidupan cintaku."

"Kamu mau memulai sesuatu?! Dan aku dapat mendapatkan pacar kalau aku mau! Cuma saja belum ada cowok yang cukup cocok di sini!"

Aku membutuhkan cowok yang tingginya setidaknya 180 sentimeter, punya skor TOEFL/ETIC antara 730 dan 870, dengan refleks yang sempurna, dan tahu caranya membuat obrolan yang seru. Ia tidak mesti berpenampilan total atau semacamnya, asalkan ia punya mata yang besar, tulang pipi yang indah, gaya rambut yang indah, dan tahu cara merawat dirinya sendiri.

Asalkan ia memenuhi semua kriteria itu, aku tidak masalah mengambil cowok biasa.

Tetapi tidak ada satupun cowok di sini yang mencentang semua kriteria itu, makanya aku belum pernah punya pacar. Kalau aku berkompromi pada beberapa hal, aku mungkin bisa dengan mudah mendapatkan satu atau dua orang saat ini.

Hah? Tunggu sebentar...

"Kehidupan cintamu? Di situkah masalahnya?" Aku bertanya.

"Yoi. Dan ini cukup serius."

"Kamu bercanda. Apa Ōboshi-senpai melakukan sesuatu yang di luar batas?"

"Ia sedang melakukan karyawisata romantis yang lama dengan beberapa cewek lain, dan meninggalkan kouhai kecilnya yang imut ini," gumam Iroha dengan nada masam, pipinya menggembung.

Karyawisata, ya? Bukannya para senpai kelas sebelas sedang melakukan karyawisata saat ini?

"Oke, jadi kamu sedang merindukan Ōboshi-senpai saat ini. Aku tidak tahu kalau kamu itu orang yang rentan."

baca-imouza-ln-jilid-8-interlud-2-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Iroha menghela napas. "Iya, Sasara. Aku tahu kalau kamu belum pernah sangat jatuh cinta sampai-sampai kamu sangat merindukan seseorang kayak aku ini. Maaf karena meminta bantuanmu padahal ini jelas merupakan masalah yang terlalu rumit buatmu."

"Gngh! Ada apa dengan serangan balik yang sangat panas hari ini? Aku mencoba mengangkat suasana hatimu di sini!"

"Iya. Kamu terbakar kayak kita sedang berada di bawah sinar matahari di gurun pasir."

"Jangan malah ditambahkan lagi!"

Apa dia benar-benar merundungku karena depresinya? Aku kira itu pertanda baik kalau dia masih jadi dirinya sendiri, tetapi kalian akan berpikir kalau dia dapat bersikap agak lebih baik pada temannya, bukan?

"Apa kamu selalu kayak gini saat ia pergi, Iroha? Kalau kamu terus depresi setiap kali Ōboshi-senpai pergi, kamu akan membuang banyak waktu."

"Aku ini bukan kelinci. Aku tidak akan mati kesepian kalau Senpai meninggalkanku sendirian selama sepuluh detik."

"Jadi mengapa saat ini kamu kayak sedang ada dalam malapetaka dan kesuraman?"

"Hmm, itu kayak... ...Itu karena ini merupakan ajang sekolah yang cuma diadakan sekali saja, loh?" Iroha bergumam dengan bibir cemberut, tetapi itu bukanlah jawaban yang tepat buat pertanyaanku.

"Eh, sebenarnya aku kurang paham."

Aku memang punya reputasi sebagai orang yang menyenangkan dan dewasa, tetapi aku pun dikecam. Tidak ada yang perlu dia sembunyikan, bukan? Mengapa dia tidak bisa melontarkannya saja?

Iroha mengaitkan jari-jarinya lalu menariknya lagi, berulang kali sambil mengumpulkan pikirannya. Sepuluh detik kemudian...

"Ini kayaknya... ...lebih berdampak di saat-saat kayak gini," kata Iroha sambil menatap ke langit seakan-akan tidak ada lagi yang dapat dia lakukan.

Aku mendongak dengannya. Tidak ada awan di langit sore itu, yang membuat kayaknya itu akan berlangsung terus menerus selamanya.

"Tidak peduli seberapa jauh aku mendaki, Senpai selalu selangkah lebih maju. Rasanya saat aku mendekatinya, ia langsung kabur lagi, jauh, jauh sekali."

"Hmm, iya. Ia itu kakak kelas kita."

"Aku cuma berharap ia bisa tinggal kelas satu tahun. Lalu kami bisa satu kelas, dan mungkin kami bisa duduk bersebelahan."

"Karena itu sama sekali tidak berlebihan."

"Hei, aku tahu kalau itu egois. Siapa yang peduli? Bukan berarti itu menyakiti siapapun kalau aku bilang begitu."

Berarti itu yang sebenarnya Iroha mau? Dia memasang raut wajah kayak gini seakan-akan dia tahu kalau itu merupakan hal yang bodoh untuk diharapkan, tetapi dia akan benar-benar mewujudkannya kalau seseorang memberinya lampu ajaib saat ini.

Aku rasa dia benar-benar jatuh cinta pada Ōboshi-senpai.

Aku melirik wajah Iroha yang masih menengok ke atas. Tiba-tiba, pemandangan dari upacara penerimaan SMA kami terlintas di depan mataku.

Ada kelopak bunga berwarna merah muda beterbangan di sekelilingnya, dan ada kehangatan lembut di udara yang membuat kalian tertidur kalau kalian tidak waspada. Aku ingat ada cewek cantik di sebelahku, memainkan ponsel pintarnya seakan-akan dia bosan.

Jelas sekali kalau dia tidak peduli dan cuma menghabiskan waktu; dia sudah lulus ujian masuk dengan nilai tertinggi, dan tidak ada sedikitpun ekspresi bahagia atau bangga di wajahnya. Sampai terdengar suara langkah kaki yang menandai kedatangan cowok itu:

Ōboshi Akiteru. Ia tampak kayak seorang cowok biasa, dan aku lupa wajahnya segera setelah aku melihatnya. Tetapi aku ingat pada Iroha, dan aku masih dapat mengingatnya dengan sangat jelas. Dia tersenyum gembira saat dia berlari ke arah cowok itu kayak seekor anak anjing yang menyapa majikannya.

Saat itu, aku pikir itu aneh. Apa masuk ke sekolah yang sama dengan Senpai kesayangannya benar-benar merupakan perkara yang besar? Tetapi saat ini aku sudah melihat bagaimana keadaannya padahal cowok itu benar-benar akan pulang dalam waktu kurang dari sepekan, aku dapat membayangkan betapa dia sangat merindukan cowok itu di Tah terakhir SMP-nya, di mana dia jauh dari cowok itu selama setahun lamanya.

Jadi kayaknya, dia tersiksa cuma karena cowok itu setahun lebih tua darinya? Astaga, bayangkan bagaimana jadinya dia kalau mereka benar-benar mulai berpacaran. Aku kira beberapa orang akan senang kalau pasangannya sangat membutuhkan, tetapi aku benar-benar akan mati.

Syukurlah kami cuma berteman saja.

"Eh, tetapi kamu tahu apa yang mereka bilang, bukan? Ketidakhadiran membuat hati kalian semakin dekat. Pertahankan saja, dan manfaatkan waktumu dengan sebaik-baiknya tanpanya."

S*alan, itu bagus. Aku benar-benar mengunggah kalimat itu ke story Pinstagram-ku nanti! Yang aku perlukan cuma foto indah untuk disertakan, dan aku akan membuat semua orang menangis! Aku pun dapat membuat seluruh album berisi kata-kata mutiara yang indah! Iya, aku pasti akan menanyakan pendapat Hoshino-san.

Iroha sungguh beruntung! Biasanya aku akan menagih seribu yen untuk kata mutiara semacam itu, dan di sini dia mendapatkan itu secara gratis! Aku menyeringai dan melirik ke arahnya.

"Bisakah kamu diam sejenak? Aku sedang melakukan sesuatu."

"Kamu sedang menggunakan ponselmu?!"

Dia sama sekali tidak mendengarkan! Apa ini benar-benar cara dia memperlakukanku, temannya?!

"Halo? Kita mestinya saling curhat di sini! Apa kita benar-benar berteman atau semacamnya?"

"Mengobrol dengan Senpai lewat LIME itu jauh lebih penting! Seorang teman sejati pasti akan menyadari itu."

"Maksudmu Ōboshi-senpai? Astaga, benar-benar cowok alim. Aku tidak percaya ia mengirimimu pesan LIME saat ia sedang melakukan karyawisata."

Iroha tertawa puas. "Mau bagaimana lagi? Aku yakin ia sangat ingin mengobrol denganku."

"Oh iya, aku yakin itu. Tetapi, hei, senang juga melihatmu kepedean."

Iroha tampak sangat mesra saat dia mengetik kembali ke Senpai sampai-sampai tidak heran kalau dia langsung berubah jadi selembut permen kapas. Tidak disangka-sangka kalau dia tadinya sangat sedih beberapa detik yang lalu, dan yang diperlukan cuma satu pesan dari Ōboshi-senpai untuk merubah segalanya. Bicara soal perubahan suasana hati. Mana mungkin aku bisa mengikutinya.

Pukulan emosionalnya membuatku haus, jadi aku menuangkan air mineral buat diriku sendiri (bagus buat kulitmu dan tubuhmu) dari botolku, dan menyesapnya.

"Ia langsung membalas cuma setelah beberapa pesan!" Iroha mengumumkan.

"Tunggu, jadi kamu mengirim spam padanya sebelum ia menjawab?"

"Iya, tetapi itu normal. Aku cuma mengiriminya dua puluh spam."

"Pfft!"

Itu dia air mineralku keluar.

"Iyuh, Sasara, jorok!"

"Itu salahmu!"

"Lah, kok? Kamulah yang memuncratkan air itu."

"Aku bersumpah, kamu akan membuatku menjentikkan jari! Aku tidak akan memuncratkan apapun kalau kamu barusan  tidak memberi tahuku kalau kamu mengiriminya dua puluh pesan!"

"Lebih dari tiga puluh malah, kalau kita menghitung stiker."

"Kamu benar-benar penguntit! Kamu benar-benar terobsesi!"

"Aw, ayolah, jangan bilang begitu! Sakitnya itu dua kali lipat lebih parah kalau itu datang dari seorang penguntit sungguhan."

"Aku itu bukan seorang penguntit!"

Aku tidak cukup keras kepala untuk jadi salah satu dari penguntit. Sekarang dia cuma bersikap kasar.

Lagipula.

Aku tahu kalau Iroha sangat menyukai Ōboshi-senpai, tetapi aku tidak sadar kalau dia punya sifat yang seburuk ini. Dia pun tidak dapat menahan diri untuk tidak menggoda cowok itu dari jauh saat mereka sedang berpisah. Itu tidak normal. Mungkin saja dia jadi sangat menyebalkan buatku hari ini karena rasa frustrasinya akibat tidak dapat mengganggu Ōboshi-senpai secara langsung. Kalau memang benar begitu, Iroha mungkin akan tetap tidak tertekan kayak gini selama beberapa hari ke depan...

"Hmm, begitulah, ini kayak..." aku memulai, mengakhiri olok-olok tidak berguna kami dan menatap kembali ke langit. Langit musim gugur yang luas yang membentang selamanya. Aku mencari jauh-jauh ke dalam lubuk hatiku, dan mengeluarkan kata-kata ini:

"Akan menyenangkan kalau Ōboshi-senpai pulang secepatnya."

...Karena aku tidak tahu berapa lama aku kuat dan dapat bertahan dijadikan samsak tinju oleh Iroha.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Lihat juga:

• Nonton Perman Episode 5: "Pak Guru Datang!!" Takarir Bahasa Indonesia di Lintas Ninja Fansub

←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama