Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 6 Bab 138 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-6-bab-138-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 138
Roda Gigi Mulai Bergerak

Kontak yang sebenarnya antara aku dengan "kolaborator eksternal" akan dilakukan besok sore. Saat sepulang sekolah tiba, aku pergi ke Ruang OSIS. Di tengah-tengah semua ini, yang terlintas dalam benakku cuma pekerjaan paruh waktu pertama yang pernah aku kerjakan dalam hidupku, saat aku masih masih kelas delapan SMP.

'Kok bisa kamu kepikiran kalau kamu bisa melakukan itu dengan baik?'

Semua orang di pekerjaan paruh waktuku bilang begitu padaku. Pada saat itu, aku tidak memberi tahu siapa-siapa kalau aku masih SMP, dan aku sangat terjebak dalam rasa bersalah dan "status di bawah umur"-ku sehingga aku mempersulit diriku sendiri dalam berbagai hal. Mungkin aku masih begitu, tetapi aku cuma ingat kalau hal itu sangat mencolok sehingga itu membuatku jengkel. Meskipun begitu, alasanku dapat terus melanjutkan pekerjaanku sampai pertengahan masa kelas sembilan SMP-ku, mungkin karena tim di tempat yang menerimaku masih baru, dan aku memulai dengan sedikit sekali yang dapat aku ingat.

Ini pertama kalinya aku menggunakan komputer dengan layak. Sebuah sistem yang sedang disatukan. Tidak kayak saat aku menggunakannya di sekolah, segala yang aku lakukan punya tujuan yang jelas, dan tidak butuh waktu lama buatku untuk terpikat pada hal itu, tentu saja selain Natsukawa. Aku tahu kalau aku mungkin tidak semestinya bilang kayak gini karena aku dibayar dengan upah paruh waktu, tetapi buatku, yang tidak ikut serta dalam ekskul mana pun karena kelembaman, itu merupakan sesuatu yang membuatku berkembang lebih dari apapun.

Pengetahuan sejak saat itu masih terpatri di dalam benakku. Bagaimana aku dapat memanfaatkan pengetahuan tersebut dan terlibat dalam proyek Festival Budaya ini? Paling tidak, menurutku aku memang belum punya cukup informasi untuk mempermudah segala hal.

Saat aku mempercepat langkahku dan mendekati Ruang OSIS, aku menyadari kalau ruangan itu berisik.

'—!'

'—sik! —!'

"Kakak...?"

Ini memang bukan yang aneh... ...tetapi sudah lama sekali aku tidak mendengar suara keras Kakak. Saat aku mempercepat langkahku, aku melihat seorang cewek berambut pirang yang terkadang aku temui di depan Ruang OSIS sedang mendekati Kakak.

"Te-Tetapi kalau aku dapat melakukan—"

"Aku tidak punya waktu buat meladenimu!! Cepat menyingkirlah dari jalanku sebelum kamu menghalangi jalanku!"

"...!"

Shinonome-Apalah Marika. Kayak biasanya, dia itu seorang nona muda yang nama lengkapnya masih tidak dapat aku ingat. Meskipun dia punya penampilan yang mencolok, aku merasa kalau aku belum pernah melakukan obrolan yang penuh makna dengannya. Meskipun begitu, sangat disayangkan, karena itu membuat Kakak menunjukkan emosinya. Ini memunculkan esensi dari sosok wanita yang mirip dengan sosok wanita pada beberapa tahun yang lalu.

Shinonome, yang ditekan di depannya seakan-akan dia sedang diancam, mengubah ekspresinya karena frustrasi, dan dengan gerakan yang anggun kayak seorang nona muda, meninggalkan lokasi tersebut, lalu pergi menuju Gedung Barat.

"Aku melihat sesuatu yang membuatku nostalgia lagi."

"...Wataru."

"Aku paham kalau Kakak sedang kesal, tetapi memangnya seburuk itu?"

"Berisik..."

Pengejaran yang mendalam itu memang berbahaya. Titik didih Kakak tiba-tiba melonjak dari momen satu ke momen berikutnya. Kalau Kakak punya firasat buruk sekecil apapun, maka diam saja. Pada saat-saat kayak gini, akan lebih baik kalau kita membicarakan sesuatu tanpa emosi agar Kakak dapat menjernihkan pikirannya.

"...Apa? Kamu ada perlu apa?"

"Ada sesuatu yang ingin aku ketahui."

"..."

Kakak menyipitkan matanya padaku. Aku tidak suka kalau Kakak menatapku dengan curiga kayak gitu. Aku di sini untuk membantu menyelesaikan tugas Kakak.

Tugas dari Panitia Pelaksana Festival Budaya telah tertunda, dan pengurus OSIS lainnya sudah meninggalkan Ruang OSIS dan mengerjakan aktivitas yang disebut "di luar Ruang OSIS". Aku memang jarang mendengar soal aktivitas "di luar ruang OSIS" di sekolah ini, sih... ...Aku benar-benar merasa kalau sekolah ini bukan sekolah yang biasa...

"...Mengapa kamu mau melakukan ini?"

"Kakak-lah yang awalnya mencoba membuatku membantu Kakak, bukan?"

"Karena itu cuma tugas yang tidak penting..."

"Tidak, aku merasa kalau Kakak telah mengirim beberapa dokumen penting padaku..."

Seriusan? Memangnya itu cuma tugas yang tidak penting? Aku kira mereka yang ada di sini, termasuk Kakak, akan menyiapkan sesuatu yang serius dan mesti aku kerjakan. Ini agak mengecewakan, ini terasa kayak ketika seorang karakter pendukung antagonis kecil yang kalian kira sangat penting, ternyata cuma jadi pengganggu pada akhirnya.

"...Mengapa matamu sangat penuh motivasi?"

"Karena aku sedang menantikan imbalannya."

"Kotak bekal Hayato? Apa kamu tidak bosan dengan itu?"

"Itu tidak benar, Kakak barusan membicarakan sesuatu yang berlebihan..."

Eh? Akankah suatu hari nanti aku bosan dengan kotak bekal itu? Menurutku kotak bekal ini paling tidak 200 kali lebih enak ketimbang bakpao daging. Benar-benar suatu kemewahan saat aku berpikir kalau aku akan mendapatkan kotak bekal ini lebih banyak ketimbang membeli Ekiben (kotak bekal rumahan di stasiun kereta) setiap hari... ...Itu bohong, aku tarik kembali pernyataanku sebelumnya. Itulah imbalan dari sebuah tenaga kerja. Iya, itu memang hak yang wajar buatku. Lagipula, Yūki-senpai bukanlah orang yang membuat kotak bekal itu sejak awal.

Tujuanku datang ke sini. Ini merupakan persiapan pribadiku untuk mempersiapkan Panitia Pelaksana Festival Budaya. Peranku dan Ishiguro-senpai yaitu bertindak sebagai sebuah jembatan. Ishiguro-senpai dapat memberikan informasi yang kami butuhkan untuk memahami kondisi terkini dari Panitia Pelaksana Festival Budaya. Saat aku bertanya padanya apa yang mesti aku lakukan, ia berkata dengan suara enggan, "Lakukan saja apa yang bisa kamu lakukan.". Itulah yang paling membuatku terganggu.

Aku memeriksa data yang aku terima di ponsel pintarku terlebih dahulu. Tugas apa saja yang mesti diselesaikan oleh Panitia Pelaksana Festival Budaya secara keseluruhan? Berapa jumlah langkah yang diperlukan? Apa yang sangat rahasia? Berdasarkan informasi itu, aku akan menjawab pertanyaan apapun yang aku punya di OSIS, sehingga dapat dengan mudah aku teliti saat ini. Kayaknya Yūki-senpai dan Kakak selalu berusaha mengerjakan hal-hal yang cukup rumit karena mereka menghindari semua ini.

"Aku akan pulang."

"Hah?"

"Tidak, begini. Kayaknya OSIS sedang berhenti bekerja karena Panitia Pelaksana Festival Budaya, jadi menurutku kalian tidak membutuhkanku sama sekali."

"...Kamu boleh melakukan apa saja yang kamu mau. Lagipula, kamu itu orang luar sejak awal."

"Oke. Sampai jumpa."

Saat aku merasa kalau aku sudah tenang, aku memikirkan posisiku lagi. Aku membantu OSIS kayak semacam antek-antek buat Kakak. Namun saat ini berbeda, ini merupakan hasil dari sebuah kesepakatan dengan Yūki-senpai — Ini merupakan sebuah kontrak. Kakak tidak ada hubungannya dengan hal itu. Yūki-senpai bilang kalau ini ketahuan oleh Kakak, maka pada akhirnya, Kakak akan memukulnya, jadi tidak perlu membeberkan situasinya.

Dalam perjalanan pulang, aku melewati sebuah ruang kelas untuk melihat kayak apa kinerja Panitia Pelaksana Festival Budaya saat ini. Aku berhenti dan mengintip dari kejauhan, tetapi aku tidak dapat melihat Natsukawa yang duduk di pinggir lorong. Iya, anggap saja kalau dia sedang bekerja keras dengan tenang dan teliti saat ini.—

"Ah, capeknya!"

"Aku tidak ingin melakukan apa-apa lagi."

"─!?"

Aku hampir menangis. Aku tidak menyangka kalau akan ada orang yang keluar dari dalam pada saat-saat kayak gini...?

Saat aku ketakutan, aku menengok ke arah "dua orang cewek dan Sasaki" di depan ruang kelas, dan benar saja, Sasaki memperhatikanku dan menatapku dengan tatapan yang bilang, "Mengapa kamu ada di sini...?".

"Sajou, mengapa kamu...?"

"Tidak, aku cuma sedang dalam perjalanan pulang setelah menjalankan tugas singkat."

"Ada apa? Apa itu teman sekelasnya Taka?"

"Eh? Kok? Bukannya kamu pernah datang ke mari sebelumnya?"

"Itu saat aku dijadikan antek-antek oleh OSIS."

Kalian mungkin tidak ingat, tetapi aku pastikan kalau aku sudah pernah melihat kalian dua kali. Pertama kali yaitu saat aku membantu Shinomiya-senpai saat pendaftaran uji coba kunjungan sekolah saat liburan musim panas. Kali berikutnya dan yang terakhir kali itu beberapa hari yang lalu, saat aku datang untuk mengambil hasil laporan tugas dari Hasegawa-senpai. Jadi ia dipanggil "Taka" oleh para senpai-nya.

"Apa kalian sedang istirahat? Kayaknya itu tugas yang banyak."

"Apa kami hendak istirahat? Kami cuma menghindari tugas yang berat."

"Itu benar. Aku tidak tahan kalau dipaksa mengerjakan tugas yang tidak masuk akal semacam itu."

"Heh... ..."Benarkah begitu?""

Aku menanggapi sambil menatap Sasaki. Seakan-akan ia paham apa yang ingin aku katakan, Sasaki menatapku tajam dengan wajah masam dan raut wajah bersalah. Mungkin karena aku sudah terbiasa melihat Yūki-senpai dan anggota pengurus OSIS yang lain, tetapi meskipun aku melihat sisi Sasaki yang "biasanya tampan", ia masih tidak terlalu tampan buatku. Karena melihat Sasaki yang kayak gini, jadi kalau aku bercermin nanti, aku yakin aku akan putus asa...

"Maksudku, kami ini anggota Ekskul Klub Sepak Bola, bukan? Aku tidak tahu mengapa aku tergabung di tempat ini padahal aku punya tugas sebagai Manajer Klub. Aku juga tidak bisa menghabiskan banyak waktu untuk bertemu dengan Taito. Ah, Taito itu Kapten Klub Sepak Bola."

"Berhentilah membual soal pacarmu. Hah... ...Aku pikir tempat ini akan jauh lebih menyenangkan."

"Haha."

"..."

Natsukawa pernah bilang. Bukan berarti mereka itu orang-orang yang jahat. Dia bilang kalau mereka mengikuti kegiatan ini pada awalnya. Iya, kalau memang benar begitu, aku dapat memaklumi situasinya, dan meskipun itu bukanlah alasan yang bagus buat mundur, aku tidak akan berusaha membujuk mereka dengan kata-kata yang kuat.

Tetapi.

"—Ah, tetapi menurutku hal itu akan agak berubah mulai awal pekan depan, jadi bisakah kalian berhenti melakukan "itu"?"

"Hah?"

"Eh?"

"OSIS akan mulai mengambil tindakan. Menurutku segalanya akan jadi lebih mendingan. Kalau memang benar begitu, tidak ada lagi yang akan kalian keluhkan, bukan?"

"He-Hei Sajou..."

Menurutku, aku memang mencoba untuk memperingatkan mereka, tetapi kayaknya menurut Sasaki tidak kayak gitu. Menurutku ia cuma berdiri di belakangku kayak kotoran ikan mas, tetapi lalu ia maju dan mendorong bahuku, seakan-akan ia sedang melindungi mereka berdua yang saling menatap dengan tatapan kosong.

"Menurutmu apa maksudmu melakukan itu? Kamu bahkan bukan anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya, dan terlebih lagi, kamu sedang bicara dengan para senpai-ku..."

"Menurutmu apa maksud kalian melakukan itu, s*alan?"

"Apa...?"

Seorang pemimpin yang tidak dapat melaksanakan tugasnya. Tumpukan tugas yang belum terselesaikan dan tidak ada habisnya. Itu wajar saja kalau kalian merasa muak dengan hal itu. Tetapi, bukan berarti itu alasan yang tepat untuk bermalas-malasan, tetapi kalau dibandingkan dengan kata-kata Natsukawa, menurutku kalian ini termasuk ke dalam kategori "Bicaralah pada mereka dan mereka akan mengerti". Yang dapat aku katakan pada mereka itu cuma apa yang barusan aku katakan.

Tetapi cowok ini, Sasaki ini memang agak lain.

"Sasaki, kamu itu anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya, bukan? Apa ada yang bisa kamu bilang padaku?"

"Te-Tetapi! Sajou itu orang luar, bukan? Tidak usah melakukan hal-hal yang tidak perlu!"

""Hal-hal yang tidak perlu"?"

Aku penasaran apa Sasaki akan merasa terganggu kalau aku ikut campur dalam mengatur cara kerja Panitia Pelaksana Festival Budaya? Kalau hal itu berjalan dengan baik dan Panitia Pelaksana Festival Budaya bisa merasa tenang dengan hal itu, apa itu akan jadi sebuah masalah buatnya?

"Hei, Sasaki. Yang kamu maksud dengan "hal-hal yang tidak perlu", itu misalnya, "mengikuti Natsukawa", bukan?"

"!"

"Kayaknya tugasmu itu lumayan banyak. Kayaknya kalian terlalu memaksakan sesuatu padanya. Sangat mustahil kalau aku tidak membantunya beberapa hari yang lalu. "Saat kalian tidak ada di tempat ini"."

"Da-Dasar kamu..."

Aku paham kalau sulit buatnya untuk melawan para senpai-nya. Namun, kalau perasaan Sasaki pada Natsukawa itu tidak lebih besar dari itu, maka itu lain lagi ceritanya. Sejauh itu, aku tidak suka dengan ide betapa beraninya ia berusaha untuk memenangkan hati Natsukawa dengan tingkat dukungan semacam itu. Aku tidak punya niat untuk mendukungnya sama sekali di masa depan, dan menurutku itu cuma kegagalan dengan tingkat tinggi.

"Sasaki... ...Mengapa kamu mau jadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya?"

"Euh...!"

Aku masih ingat saat cowok ini, yang mencalonkan diri sebagai Panitia Pelaksana Festival Budaya, menatapku dengan maksud tertentu di mananya. Ke mana perginya kenekatannya saat itu? Kalau ia memang melakukan ini dengan motif tersembunyi, bukannya ada semacam sikap pilih kasih di sini? Tidakkah ia berpikir kalau ia berusaha untuk dekat dengan Natsukawa dengan tekad yang sedemikian rupa sampai-sampai ia tidak akan membiarkan siapapun menyentuhnya? Iya, itu mungkin, cuma sikapku saja yang kurang normal...

"Oke, kalau begitu, ada hal yang mesti aku lakukan."

"..."

Tidak, hahaha. Itu kepribadian yang buruk. Merundung cowok tampan itu ternyata menyenangkan sekali, ya. Ini merupakan cara yang bagus untuk mengatasi rasa cemburu dan iri hati sehari-hariku — Bagaimanapun, aku memang merasa cemburu padanya, sih... ...tiba-tiba aku merasa kayak seorang pecundang.

Iya, lupakan saja. Ada yang mesti aku lakukan saat ini. Aku tidak peduli apa ia cowok yang tampan atau biasa saja. Kami berdua jelek kalau berhadapan dengan tinju Kakak. Kami berdua akan sama-sama bilang "Aku tidak bisa melihat apa-apa di depanku!", dan kami akan mendapatkan wajah yang sama.

"—Lakukan yang terbaik. "Sepak Bola"."

"..."

Ayolah, buruan kita cepat pulang.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

Lihat juga:

• Nonton Perman Episode 5: "Pak Guru Datang!!" Takarir Bahasa Indonesia di Lintas Ninja Fansub

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama