Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 5 Bab 115

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-5-bab-115-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 115
Pada Waktu Ini

Aku berjalan menyusuri koridor bersama Kai-senpai. Aku rasa ia terpaksa menolongku karena kami berjalan ke arah yang sama, dan aku jadi merasa kasihan padanya... ...tetapi tunggu dulu, kalau dipikir-pikir lagi..., bukannya aku yang menolongnya di sini? Mengapa aku merasa kasihan pada diriku sendiri? Ah, aku akan sulit untuk mendapatkan pekerjaan mulai sekarang, deh!? Kok bisa sih aku berpikiran sepositif itu...? Begitukah? Ataukah itu sudah jadi kebiasaan karena aku dulu mengejar Natsukawa? Ternyata, itu juga punya beberapa aspek positif yang tidak disangka-sangka... ...Kutukan macam apa yang membuatku sangat berpikiran positif, namun membuatku tidak punya kepercayaan diri pada Natsukawa lagi?

"Apa ini pertama kalinya sejak semester pertama kamu berjalan bersamaku kayak gini, Sajou-kun?"

"Ah, waktu itu..."

Waktu itu, tepat pada momen setelah itu, itu sangat tidak bagus... ...Aku kira aku tidak akan pernah terlibat dengan OSIS lagi... ...tetapi aku penasaran bagaimana bisa aku terlibat dalam kekacauan ini. Iya, kalau aku pulang ke rumahku pun, di sana juga akan ada Wakil Ketua OSIS. Mau tidak mau, ini merupakan sesuatu yang tidak bisa aku tolak...

"Fiuh... ...Ini membutuhkan banyak kekuatan fisik, bukan?"

"Ah, itu akan terasa lebih ringan kalau kamu menempelkan kardus ini ke perutmu seperti ini. Itulah metode penggerak."

"Fufu..."

"Ada apa?"

"Tidak, menurutku Sajou-kun sebenarnya cocok jadi anggota OSIS."

"Aku mohon berhenti bilang begitu!"

Apa cowok ini juga mendukungku untuk bergabung dengan OSIS? Aku merasa agak waspada. Kayaknya, ia punya kepribadian yang licik, jadi aku akan berusaha untuk tidak bicara terlalu banyak padanya soal diriku sendiri...

"Iya, begini, Kai-senpai, apa kamu tidak akan lanjut bergabung ke OSIS? Aku pernah dengar beberapa rumor soal itu, loh."

"Itu cuma rumor, kok..., ...Aku tidak suka itu."

"Aku paham perasaanmu, sih."

Siapa sih yang menyebarkan rumor itu? Aku lupa, sih. Kalau dipikir-pikir lagi, Kai-senpai itu memang agak seperti bayangan di OSIS, namun aku pernah dengar kalau ia cukup terkenal di kalangan siswa-siswi kelas sebelas. Terutama karena ia tampan dan berkacamata. Apakah itu faktor utama?

"Bukan berarti aku tidak menyukai OSIS. Aku cuma tidak suka jadi Ketua OSIS."

"Ah..., ...aku paham maksudmu..., mungkinkah kamu juga tidak suka Kakak?"

Kalau ia akan terus berlanjut di OSIS, ia mungkin akan berpikir, "Eh? Kalau begitu aku akan jadi Ketua OSIS, bukan?" pasti akan tercipta. Aku penasaran apa Kakak akan memintaku untuk melakukan apa-apa... K4—, begitulah aku menyebut mereka, tetapi aku yakin kalau salah satu dari mereka pasti akan mengangguk kalau Kakak memintaku jadi anggota OSIS.

"Dia memang mendekatiku, tetapi menurutku itu seperti yang diharapkan... ...Iya, aku senang karena dia segera mundur."

"...Maafkan aku, soal Kakak, ya. Dia memang tidak pernah menyerah padaku, dia selalu memberiku perintah."

Tampaknya, itu merupakan bagian dari Kai-senpai, yang ia tidak mau aku menyentuhnya. Saat ia bilang kalau ia tidak mau jadi Ketua OSIS, aku berkata, "Eh? Apa Senpai tidak mau jadi Ketua OSIS?", ia pasti sedang dalam suasana hati yang buruk... ...Gawat, gawat. Cowok ini sepertinya menakutkan kalau ia sedang marah.

"Perintah... ...Ehem. Ngo-Ngomong-ngomong, Sajou-kun."

"Iya?"

"Begini, So-Soal Kaede-san... ...Bagaimana pendapatmu soal penampilannya saat di rumah?"

"Iya?"

Mau tidak mau aku mengulangi jawaban yang sama berulang kali. Aku tidak paham maksud dari pertanyaannya. Tidak, sebenarnya, aku paham maksudnya, sih. Namun aku belum pernah mendapati citra mesum macam itu dari Kai-senpai sebelumnya. Topik macam apa ini, aku tidak mau menggali lebih jauh...

"”Pendapat macam apa” maksudmu...?"

"Heh...!? Be-Begitulah... ...eum, begitulah. Bagaimana dirinya saat menghabiskan waktunya di rumah, saat di depan Sajou-kun? Aku penasaran..."

Hei, apa-apaan ini? Seperti itukah? Apa aku sekarang dipaksa untuk mengikuti kecenderungan seksual Kai-senpai? Mengapa aku mesti memanfaatkan kakakku sendiri untuk menyenangkan hati cowok lain?

Ah, baiklah, hmm... ...Aku merasa berutang budi pada Kai-senpai... ...Ialah yang sebenarnya membuatku mendapat masalah, namun ia masih tetap sangat baik padaku... ...Hashimoto Kanna?

(TL Note: Hashimoto Kanna (Kanna Hashimoto) merupakan aktris dan penyanyi, tetapi sepertinya MC sedang bercanda di sini, soalnya kata "Kanna" tidak ditulis dengan tulisan kanji-nya.)

"Sebenarnya, begini..."

"Se-Sebenarnya...?"

"Kakakku, dia itu termasuk anggota suku yang mengenakan pakaian dalam."

"Su-Suku yang mengenakan pakaian dalam...!?"

Hei, mungkin ada baiknya kamu tidak berteriak sekeras itu? Aku mendapat tatapan curiga dari orang-orang yang kita lewati...! Berbisik saja. Iya, mari kita bicara pelan-pelan saja. Dengan begitu Senpai akan paham apa maksudku.

"Saat Kakak tiba di rumah, dia akan langsung melepas seragamnya di sembarang tempat. Kalau aku sedang berusaha duduk di atas sofa, dia akan melemparkan rok dan kemejanya di depanku..."

"Ro-Rok!"

"Suaramu terlalu keras."

"Ah, U-Uhuk. Setelah itu...? Bagaimana kalau kita lanjut mendengarkan sisanya?"

Aku mendapati citra yang buruk melekat pada Kai-senpai. Aku tidak mau melihatnya bernapas sekeras itu. Cowok ini ternyata sangat terbuka... ...mungkin karena aku ini adik dari Kakak? Tidak, biasanya aku akan menyembunyikan hal-hal semacam itu, bukan? Entahlah atau apakah aku biasanya tidak sadarkan diri? Apa aku juga kayak gini saat di depan Natsukawa?

"Musim ini, pada dasarnya, dia cuma akan mengenakan kamisol..., sudah aku duga, tetapi dia mungkin tidak akan mengenakan celana dalam di bawahnya tetapi melainkan dia mengenakan celana pendek — Atau kalau dia tahu kalau Ayah sedang tidak ada di rumah, dia akan mengenakan celana dalam."

"Kamisol...!? Celana dalam...!? Di depan Sajou-kun?"

"Hei, tidak bisakah kamu berhenti membuat keributan kayak gitu? Kakak cuma tidak melihatku sebagai seorang cowok. Lagipula, aku sudah terbiasa melihat Kakak kayak gitu sejak aku masih kecil. Saat aku masih SD, dia malah benar-benar bug*l di depanku."

"Be-Benar-benar bug*l...!"

Gawat...! Aku baru saja menciptakan kata-kata yang kuat yang aku tidak tahu apa itu...! Wajah Kai-senpai tampak mengerikan, walau tidak akan tampak aneh meskipun ia mimisan. Iya, dari sudut pandang akal sehat, ini memang agak aneh. Ini gawat, meskipun aku mengatakan ini dengan pelan sekali pun..., ...aku jadi merasa takut kalau teman-teman sekelasku mendengarnya, segala hidupku akan tamat...!

"Ka-Kaede-san berpakaian kayak gitu..."

"Tidak, memangnya Kakak seseksi itu, ya? Walaupun dia berpakaian kayak gitu, dia biasanya tetap saja akan menendang kakiku."

"Menendang kakimu... ...Benarkah begitu?"

"Menendang kakiku, itu benar..."

Tunggu? Apa kamu tidak bereaksi sejenak barusan? Aku jadi merasakan semacam kekuatan misterius di dalam dirinya. Apa itu cuma imajinasiku saja? Itu cuma imajinasiku saja. Anggap saja itu cuma sekadar imajinasiku. Ini demi Kai-senpai. Dan juga, demi aku.

"Apa lagi...?"

Ah, yang benar saja?

Eh... ...Apa kamu mau menggali lebih dalam lagi? Apa kamu mau mendengar soal kehidupan Kakak? Tadinya aku mau saja bercerita padanya soal seberapa banyak Kakak memamerkan tingkah lakunya yang tidak senonoh di rumah, tetapi tiba-tiba aku jadi merasa malu untuk membicarakannya. Ini bukannya karena aku malu mengungkapkan aib keluargaku atau semacamnya..., hanya saja aku merasa ia akan menggunakan Kakak sebagai bahan untuk hasrat seksualnya.... ...Aku sebenarnya hendak bercerita soal pakaian dalamnya dan bagaimana aku bisa melihat menembus celana pendeknya, tetapi aku memutuskan untuk berhenti...

"Kalau suasana hatinya sedang buruk, dan ingin bersikap sombong, itulah teknik penjepitan. Aku mesti menepuknya sebanyak 20 kali, kalau tidak, dia tidak mau melepaskanku."

"Dia tidak mau melepaskanmu... ...Hah..."

Eh?

E-Eh...? Itu aneh..., ...aku merasa ini malah jadi semakin buruk. Aku berusaha untuk menghindari topik soal warna kulit Kakak. Apakah begitu? Dalam benak Kai-senpai, pasti Kakak sudah benar-benar aneh, ya? Aku merasa sudah terlambat untuk bilang sesuatu padanya saat ini.

"Eum, iya, memang begitulah dia. Di depanku, dia itu akan sangat tajam..."

"Wah...!"

"Tunggu...!?"

I-Ia sudah meninggal!?

Me-Mengapa!? Mengapa kamu mimisan saat ini!? Apa itu hal yang membuatmu terangsang...!? Jangan bilang kamu sebenarnya seorang "М", Senpai...!? Aku belum pernah melihat kamu bertindak kayak gitu sebelumnya! Apa kamu menyembunyikannya dariku!? Apa kamu menyembunyikan sifat "M"-mu dariku selama ini!? Apa yang terjadi dengan Vajrapani kita di kepalamu!?

Tidak, tetapi mengingat para anggota OSIS lain kayaknya tidak secara eksplisit menunjukkan kalau mereka punya perasaan pada Kakak, itu membuatku merasa kalau mereka semua agak terlalu terangsang padanya... ...Dan meskipun Todoroki-senpai menunggu Kakak di dekat rumah kami, aku merasa kalau ia tidak akan terbuka soal bagian dari kepribadiannya itu.... ...Cuma saat di depanku?

"Ba-Baere-fuan sweperti iwtu dwi rwumahnya..."

"Kaede-san seperti itu di rumahnya." Ia mungkin sedang menyeka mimisannya dengan tisu sambil bilang begitu. Maafkan aku, kalau aku membuatmu merasa kecewa pada Kakak... ...Maaf, itu bohong, itu bukanlah wajah kecewa... ...Sebenarnya kamu senang dengan hal itu, bukan...? Pinggiran perak kacamatamu bersinar merah karena mimisanmu.

Eum... ...Barang bawaanmu. Kotak kardus itu berat, loh.

"Maaf, Sajou-kun. Bolehkah aku mampir ke toilet sebentar?"

"Bolehkah aku menurunkan ini dulu?"

Oke, biarkan aku menurunkan ini dulu. Zakarnya mungkin mulai terasa sakit akibat semua ujung kardus ini. Mau tidak mau ia merasa terangsang. Apa yang akan ia katakan di depan adik dari cewek di dalam benaknya? Decitkan kacamatamu.

Author Note: Tumis zakar.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama