Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 5 Bab 114 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-5-ch-114-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 114
Iblis di Dalam Ruang OSIS

Aku berhasil mengatasi suasana canggung yang disebabkan oleh pernyataan bombastis dari Shirai-san dengan mengatakan kalau "Aku sedang dipanggil". Mau tidak mau aku bersyukur, karena Ashida dan Kawai yang tadinya menatapku dengan tatapan kosong, kini sudah melanjutkan obrolan mereka soal Ekskul Bola Voli. Shirai-san memang seperti itu... ...Dia  itu tipe cewek yang apabila dia diajak ke restoran keluarga, dia akan bilang "Aku sedang diet" di depan cewek-cewek dan kemudian dia  akan bilang "Kalau begitu aku akan pesan parfe jumbo!" di belakang mereka. Dia itu tipe cewek yang dengan santai akan bilang, "Aku tidak punya niat jahat, kok!"

Aku jadi bisa memaklumi mengapa teman yang sering nongkrong dengannya itu Okamocchan. Menurutku dia itu tipe cewek yang tidak akan bilang, "Aku sedang diet!" melainkan dia akan naik ke atas timbangan setelah makan banyak manisan, lalu bilang, "Eeeh!". Menurutku dia itu tipe cewek yang seperti, tidak, ini memang sudah jadi kebiasaanku...

"Jadi? Ada apa Kakak memanggilku kemari?"

"Terima kasih sudah datang, tidak apa-apa bukan? Kakak pikir kamu juga sudah tidak melakukan apa-apa sejak sehari sebelum liburan musim panas berakhir."

Jam istirahat makan siang sudah tiba. Setelah makan siang, aku pun langsung menuju ke Ruang OSIS dan Kakak memberikanku dokumen yang berbeda dari yang sebelumnya. Kayaknya dia mau aku mengerjakan dokumen itu untuknya. Aku memang ingin berbalas budi karena dia telah menyelamatkan nyawaku sebelumnya, tetapi... ...Apa Kakak memang mencoba merebut waktu luangku yang berharga dariku...!?

"Tidak apa-apa, bukan? Toh, bagaimanapun juga kamu akan bergabung dengan OSIS."

"Tidak, tidak, apa sih yang Kakak bicarakan?"

Aku jadi ingat aku sempat diminta untuk bergabung dengan OSIS saat liburan musim panas. Apa itu sungguhan? Tidak, tetapi aku juga tidak ingin bergabung dengan OSIS, cuma karena aku tidak mau. Melihat situasi saat ini saja, tampaknya Kakak sangat sibuk. Sekarang aku baru saja tuntas dari pekerjaan paruh waktuku, jadi menurutku agak bodoh kalau aku tidak dibayar untuk hal ini.

"Adiknya Kaede akan bergabung dengan OSIS juga! Itu akan menarik!"

"Itu bagus. Menurutku, menarik sekali kalau melihat posisi dari seorang kakak diambil alih oleh adik cowoknya."

Teriakan itu berasal Todoroki-senpai, cowok tampan dan terampil. Lalu disusul oleh Hanawa-senpai, seorang cowok tampan, yang juga menunjukkan persetujuan atas pernyataannya sambil mengumpulkan dokumen-dokumen Todoroki-senpai dari samping. Kalian tidak perlu menyetujui hal itu, Abang-Abang. Siapa juga sih yang memilih untuk bergabung dengan organisasi yang merepotkan kayak gitu? Menurutku posisi ini lebih cocok diambil oleh cewek-cewek cantik yang sedang mengincar cowok-cowok tampan.

"Ayolah, di samping sana. Duduklah di samping Takuto dan silakan ambil dokumen-dokumen itu dari Yudai."

"Ah? Ta-Takuto...? Yūdai?"

"Kai Takuto. Yūdai itu orang yang energik di sebelah sana."

"Itu aku."

Ah, ternyata yang Kakak maksud itu Kai-senpai dan Todoroki-senpai. Bagaimana aku bisa langsung tahu nama panggilan mereka tiba-tiba soalnya aku belum pernah dengar nama panggilan mereka sebelumnya? Jadi Kakak memanggil semua orang di sini dengan nama panggilan mereka... ...Todoroki-senpai, kamu tidak punya niat untuk melaksanakan tugasmu, bukan? Hanawa-senpai saja yang mengerjakan semuanya? Apalagi karena Kakak sudah memanggilku, jadi biar aku saja yang mengerjakan tugasmu. Apa? Aku sebagai penguat?

"Kalau Kakak menyerahkan tugas itu pada Todoroki-senpai, mungkin masih akan ada beberapa kekurangan, jadi tidak apa-apa aku yang mengerjakannya saat ini."

"Eh...?"

Seakan-akan memahami perasaanku, Kai-senpai, seorang cowok jenius dan tampan, menepuk pundakku seraya menegurku sambil membetulkan posisi kacamatanya. Tatapannya seakan-akan menyuruhku untuk menyerah. Pada kenyataannya, malah Kai-senpai yang menyerah. Aku penasaran apa Todoroki-senpai -lah yang jadi maskot di sini dan bukannya Kakak...

"Maafkan aku, Wataru. Aku juga akan berterima kasih padamu, jadi bisakah kamu membantuku sebentar saja?"

"...Oke."

Ia ditundukkan oleh Ketua OSIS yang keren dan tampan, Yūki-senpai, dan punya banyak sekali keunggulan. Secara pribadi, menurutku orang ini merupakan orang yang paling baik kedua setelah Kai-senpai. Astaga, namun ia masih tetap cowok yang paling tampan... ...Apa maksudnya aku menetapkan posisi itu padanya? Serahkanlah posisimu itu pada Dewi Natsukawa. Dengan begitu, akulah yang akan jadi sang guru.

Memang benar kalau Kakak yang membantuku, jadi aku bisa dengan tenang menggunakan laptop ini sambil dibimbing oleh Kai-senpai. Kalau dipikir-pikir lagi, kata "laptop" itu kayaknya terdengar seperti sesuatu... ...Aku tidak bisa bilang apa-apa. Itu benar, pikiran jahatku memang sudah jadi daya pendorongku.

"Oh, maaf, Kaede-san. Di mana aku bisa menemukan format khusus untuk ini?"

"Ah, itu dia. Salin berkas keempat di folder "Festival Budaya" dan gunakan itu."

"Oke, terima kasih banyak."

Kai-senpai menanyakan sesuatu pada Kakak. Tampaknya para senpai cuma mengetahui intinya saja, tetapi mereka akan mempelajari detailnya mulai dari sekarang. Dari apa yang aku dengar, bukannya kalian mencoba membuatku melakukan sesuatu yang belum kalian mulai? Tunggu sebentar, itu akan jadi tugasku sepenuhnya mulai sekarang, bukan? ...Oke, aku mohon beri aku istirahat.

"...Eh? Apa ini? Kalian mengubah isi tulisan tangan itu ke dalam bentuk format...? Bukannya itu mungkin akan sama bagusnya kalau ditulis tangan?"

"Tidak, kalau itu sih yang akan disusun oleh anggota Panitia Pelaksana dari luar. Bukan tidak mungkin untuk melakukan itu, tetapi kalau kita tidak terampil menggunakan laptop, para pendukung dan sukarelawan mungkin akan menghindar dan meninggalkan kita. Apalagi para lansia yang berduit."

"Aku tidak yakin apa itu sopan atau tidak..., saat kalian menyebut mereka 'para lansia yang berduit'."

"Hmm, kami mohon kerja samanya denganmu. Sajou-kun."

"Eh, iya."

Saat aku hendak mengeluh pada Kakak, namun Kai-senpai, yang punya bayangan di wajahnya, mendekati wajahnya ke wajahku. Aku belum pernah mendengar "mohon kerja samanya" yang terdengar begitu mengancam sebelumnya. Memang sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan K4, namun mereka lama-kelamaan sulit sekali untuk dianggap remeh.

Saat aku mengambil hasil cetakannya, aku mendapati isinya sama seperti yang ada di dalam berkas di laptopku. Tampaknya yang perlu aku lakukan cuma tinggal mengunduh dokumen tersebut ke dalam laptop ini sebagai data. Bukannya mereka itu pejabat sekolah... ...Jadi, berkas ini ternyata bukan berasal dari sekolah, tetapi aku rasa itu dari sekelompok orang yang dibayar oleh berbagai sumber yang berbeda. Aku rasa aku bisa memaklumi mengapa sekolah ini beberapa waktu lalu memberikan perlakuan khusus pada siswa-siswi yang berasal dari gedung sebelah barat. Keluarga siswa-siswi dari gedung sebelah sana memang penuh dengan orang-orang yang berkuasa.

"Hei, Kakak. Aku tahu ini memang agak terlambat, tetapi kita ini berasal dari Sisi Timur, —bukan!?"

"Sudahlah, gerakkan saja tanganmu!"

Kakak, yang sedang duduk di sebelah kiriku ini merangkul kepalaku. Hei, aku bisa mendengar suara "pletek" dari leherku sekarang...! Kedengarannya sakit sekali!

"...? Apa yang kalian bicarakan?"

"...Bukan apa-apa, kok. Silakan lanjutkan tugas kalian."

Aku menggerakkan tanganku ke depan, sambil mengusap leherku. Aku rasa ada alasan mengapa Kakak membungkamku. Kalau aku cuma diam saja dan menggerakkan tanganku dengan tenang, aku rasa akan baik-baik saja...

Meskipun ukuran cetakan yang kami kumpulkan itu cukup besar, namun kami dapat menguranginya dengan cepat. Seperti yang baru saja aku ketahui bahwa sangat mudah buat kami untuk mendapatkan alamat dan nomor telepon para sukarelawan. Contohnya seperti para alumni sekolah ini atau orang-orang yang ada hubungannya dengan sekolah ini, jadi mesti aku tinggal mencari nama mereka dari daftar tahun lalu, setelah itu menyalin dan menempel nama mereka.

"Jadi ternyata tidak terlalu sulit, ya?"

"Memang tidak, hanya saja akan sangat sulit karena kita mengumpulkannya saat jam makan siang. Rasanya kayak sedang kerja lembur namun tidak dibayar."

"Hah...!?"

"Kamu punya semangat yang kuat untuk jadi seorang pekerja perusahaan, bukan? Makanya Kakak mendorongmu kayak gini."

"Hentikan itu..., ...Kakak pasti bercanda, bukan?"

"Kaede, itu akan membuat kami tertekan juga... ...Jadi aku mohon berhenti menggunakan istilah 'bekerja lembur dan tidak dibayar'."

Apa kamu serius? Apa kamu serius...?

Aku sangat terkejut saat mendengarnya sampai-sampai aku mengulangi kata-kata itu sebanyak dua kali. Menjadi budak perusahaan memang sangat memalukan, tetapi itu sangat berbahaya. Yūki-senpai juga merasa agak tertekan. Apa itu aneh...? Aku pikir sebelumnya bahwa aku tidak akan termotivasi kecuali kalau aku dibayar seperti saat bekerja paruh waktu.

"Kamu sepertinya punya banyak uang di kantongmu..."

"Ah!? Ko-Kok Kakak bisa tahu?! Kakak selalu mengambil keuntungan dariku, sih!?"

"Aneh saja kalau kamu yang bekerja paruh waktu tidak meminta upah atas pekerjaanmu. Itu merupakan bukti kalau kamu punya banyak uang. Kakak jadi tahu hal itu dengan baik... ...Itu kurang lebih sama seperti apa yang kamu lakukan saat kamu masih SMP..."

"Hei, serius, berhentilah memikirkan hal-hal yang aneh itu! Berhentilah membuatku mentraktir Kakak minuman lebih banyak dari yang sebelumnya!"

"Tetapi sejauh ini kamu baik-baik saja, bukan...!?"

"Hah...!?"

Kata-kata Yūki-senpai punya daya penghancur seperti bom nuklir.

Ketimbang jadi seorang budak perusahaan, aku malah mengembangkan naluri sebagai seorang budak...? Aku tidak bisa meningkatkan kekuatan apapun ke dalam tubuhku dan ini sangat gawat. Rasanya seperti sekujur tubuhku langsung terasa memar. Aku mungkin sudah benar-benar kelelahan saat ini. Ada apa sih dengan awal semester baru ini? Bisakah aku menghadapinya...?

"Maafkan aku, Wataru. Sebagai tanda ucapan terima kasih, nanti akan aku buatkan makan siang untukmu besok."

"Iya? Eh...?"

"Silakan datanglah ke Ruang OSIS pada besok siang."

"Eh...?"

Ada banyak sekali kejutan buatku dari kalian, tetapi sebelum itu, bolehkah aku menanyakan satu hal pada kalian? Selain itu, aku cuma bisa melihat masa depan di mana aku akan terpaksa membantu mengerjakan tugas kalian lagi, bukan? Kalau aku mau makan makanan buatan tangan, paling tidak aku akan mau dapatkan itu dari seorang cewek. Aku tidak bermaksud merendahkan Kakak atau semacamnya..., tetapi lebih tepatnya, ada apa sih dengan OSIS di sekolah ini!? Kalau sekolah ini cuma punya satu orang cewek anggota pengurus OSIS saja, bukannya itu aneh?

"Ah, kalau kamu hendak kembali ke kelasmu, tolong kamu ke Ruang Referensi sambil mengangkat kotak kardus di sebelah sana."

"Kakak ini iblis, ya?"

"Walaupun kamu bilang begitu, tetapi kamu tetap mau mengangkatnya, bukan...!?"

"Hah...!?"

"Maafkan aku, tetapi bisakah kamu membantunya juga, Takuto?"

"Iya, aku mengerti. Serahkan saja padaku."

Author Note:

[K4] ————

Singkatan dari 4 Orang Kaede (Kaede's 4 People). Nama itu diberikan oleh Sajou Wataru (15). Terdiri dari 4 orang pemuda tampan, dan mereka diperkirakan berkumpul demi Sajou Kaede (18), seorang cewek anggota OSIS di SMA Kōetsu. Orang-orang sering keliru dan menyalahartikan itu sebagai "4K".

«Makna Lainnya» ————

Istilah lain untuk kendaraan beroda empat ringan (Keiyon / Mobil Kei).

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama