Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 5 Bab 117 - Lintas Ninja Translation

Bab 117
Seperti Apa Adik Cowok Semestinya?

"Natsukawa bersaudari akan abadi selamanya."

Sekali lagi? Aku tidak pernah mengira kalau aku akan diminta untuk menyatakan keabadian mereka dua kali... ...tetapi aku tidak cukup berpengalaman untuk bicara soal Natsukawa bersaudari, terutama Natsukawa sendiri. Tidak, cinta itu memang buta, bukan? Di saat-saat aku masih cuma memfokuskan pandanganku terhadap Natsukawa saja, aku tidak terlalu peduli dengan adiknya, Airi-chan. Selama Natsukawa ada di sana, menurutku akan baik-baik saja... ...tetapi kalau dipikir-pikir lagi, perasaan cintaku padanya itu memang sia-sia. Jelas, pernah ada masa di mana aku memang menjadi seorang penguntit. Aku akan memuji cewek ini karena dia mau pulang bersamaku sehingga dia tidak kehilangan kesabaran.

"Bu-Bukan yang itu...!"

"Eh, bukan yang itu, hah? Hmm, mengapa kamu menjewer daun telingaku? —Aduhduhduh!"

Konon katanya, tenaganya itu tidak terlalu kuat. Tetap saja, janganlah naif, dan jangan menganggap bahwa daun telingaku yang sudah terlatih oleh Kakak ini akan mampu menahan kekuatan jeweran sekuat itu. Mungkin daun telingaku sudah tumbuh secara maksimal. Mengapa kamu menjewer daun telingaku? Tetapi rasa sakitnya terasa enak, loh.

Kalau dipikir-pikir lagi dengan tenang, kalau  daun telingaku sampai dijewer oleh Natsukawa, bukannya itu gawat? Aku mau menerimanya secara teratur. Ada sesuatu yang membuatku ketagihan, ini sudah seperti terapi pijat. Yang lebih gawat lagi, dia mungkin akan melakukan hal itu padaku kalau aku memintanya sebanyak itu. Begitu ya, jadi inilah yang terjadi...! Tenanglah kembali diriku!

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-5-ch-117-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

"Eh? Maaf. Bagian yang mana?"

"Su-Sudahlah lupakan saja!"

"I-Iya..."

Apa dia benar-benar marah padaku? Kayaknya dia tidak akan mengizinkan orang lain selain adiknya Airi-chan memanggilnya "Mbak". Tidak peduli seberapa besar rasa sayangnya pada adiknya, dia akan menjewer daun telingaku dengan lembut. Baguslah... kalau begitu, dalam hal ini, aku mungkin cuma akan memanggilnya "Mbak" dengan sengaja, bukannya meminta langsung padanya, mungkin bakalan ada satu kesempatan lagi untuk daun telingaku sebelah lain untuk dijewer olehnya. Aku mungkin satu-satunya cowok di dunia saat ini yang berpikir dengan serius soal bagaimana membuat seorang teman sekelas cewekku menjewer daun telingaku.

"..."

"...Eum."

Ini bukan waktu yang tepat untuk memikirkan hal-hal bodoh. Wajah Natsukawa yang tampak dari samping. Wajahnya memerah! Bukannya kemarahannya padaku perlahan-lahan meningkat saat ini? Tidak perlu sampai memukulku saat ini, bukan?

Apa jangan-jangan alasan dia tidak menjewer daun telingaku lebih keras yaitu karena ini ada hubungannya dengan Airi-chan...? Kebanggaannya sebagai seorang kakak tidak akan mengizinkannya menggunakan kekerasan yang brutal. Begitu ya, saat ini aku mulai mengerti sedikit.

"Tidak, Airi-chan beruntung sekali punya kakak sepertimu, Natsukawa."

"...Eh?"

"Dibandingkan dengan kakakku, ada perbedaan yang besar, loh!"

"A-Aku tidak ada apa-apanya..., ...dibandingkan dengan kakakmu..."

Eh? Kakak iparmu...? Bukan begitu, ya? Kamu tidak memanggilnya begitu, bukan? Kamu memanggilnya sebagai "Kakaknya Sajou Wataru". Jadi jangan salah paham!

Apa maksudmu, dibandingkan dengan Kakak? Apa Natsukawa sudah tahu sesuatu soal sisi "Mbak" dari Kakak...? Tidak, kayaknya dia belum tahu, karena Kakak tidak punya kualitas itu. Dia itu "kakak" sih (*Aku tidak bilang dia itu kakakku). Karena dia cuma satu-satunya, Sajou Kaede. Kurang lebih sama kayak Godzilla.

"Aku iri sekali pada Airi-chan."

"~~~~~~"

Ah, apa strategi pujian yang solid ini berhasil? Wajahnya masih memerah, tetapi dari cara tatapannya tertunduk canggung, kayaknya Natsukawa lemah saat aku memujinya soal sisi "Mbak"-nya. Aku tahu sesuatu yang bagus. Hah, dia sangat imut. Imut sekali...! Aku jadi tidak bisa melihat ke arahnya secara langsung...

Aku harap ini bisa membuat suasana hatinya jadi lebih mendingan. Akhir-akhir ini, dia sangat ekspresif saat dia membicarakan Airi-chan. Apa keinginanku untuk melihatnya juga bercampur aduk...?

"He-Hei..."

"Iya?"

"Ka-Kamu, begini... ...Bagaimana dirimu saat bersama kakakmu di rumah?"

"Eh?"

Aku, saat dengan Kakak, di rumah? Hmm, Apa maksudnya ini?

Apa ini hal yang sama seperti apa yang Kai-senpai tanyakan padaku kemarin saat makan siang? Eh, tunggu sebentar, jadi Natsukawa penasaran soal hubunganku dengan Kakak..? Kalau kemarin Kai-senpai bertanya padaku soal itu karena ia tertarik pada Kakak, bukan...? Kalau begitu, bagaimana dengan Natsukawa? Apa itu berarti Natsukawa benar-benar tertarik padaku?

A-Ah, tenanglah diriku! Itu tidak mungkin benar, dasar bodoh! Dari apa yang aku dengar, Natsukawa punya rasa perhatian yang tinggi pada Kakak, bukan? Mungkin itu alasannya, dia mencoba mendengarkan ceritaku soal kakakku dan menggunakan hal itu sebagai rujukan bagaimana caranya jadi seorang "kakak"? Tentu saja dia begitu...! Tidak ada alasan lain lagi selain itu, bukan?!

"Ti-Tidak, dengarkan aku. Aku sudah pernah bercerita soal Kakak padamu beberapa kali sebelumnya, bukan? Itukah yang kamu tanyakan?"

"I-Ini bukan soal kakakmu...!"

"Heh...?"

Ini bukan soal Kakak...? Kalau begitu, ini soal siapa...? Eh, aku? Apa Natsukawa mencoba untuk bertanya soal aku? Benarkah begitu, Natsukawa?

Tidak, tidak, memangnya apa yang mesti aku lakukan kalau dia memang bertanya soal aku? Maksudku, aku memang selalu tidak akur dengan Kakak? Tidak, itu memang tidak jauh berbeda dari saat kami membicarakan soalnya secara singkat sebelumnya. Tetapi Natsukawa soal menyukai cerita soal ini..., ...dia tersenyum saat mendengarkannya saat itu, serius deh. Kosakataku sudah mati. Namun, bagaimana dengan Natsukawa ini? Cuma dengan melihat wajahnya saja sudah cukup untuk memulihkan nyawaku.

"Wa-Wataru..., ...Begini, aku penasaran kamu itu adik cowok yang seperti apa..."

"Adik co- —Eh?"

Hmm? Apa kamu... ...mau punya adik cowok?

Oh, begitu ya... ...Tidak, aku tidak paham. Apa ini filosofi? Pertama-tama, apa aku ini benar-benar seorang adik cowok? Eh? Aku tidak pernah benar-benar memikirkan hal itu. Apa cuma aku saja...?

Tidak, tetapi itu benar. Merupakan hal yang wajar dalam cerita manusia untuk bertanya-tanya apa kamu seorang ayah atau seorang kakak yang baik. Aku penasaran apa aku bisa melakukannya dengan baik. Lagipula, Kakak pernah bilang sesuatu kayak gitu sebelum liburan musim panas. —Euh, aku jadi gila...! ...Aku tidak mau mengingatnya lagi...!

Tunggu sebentar...? Apa benar cuma aku satu-satunya orang yang tidak menyadari hal itu? Apa dia pernah berpikir kalau Airi-chan sedang memikirkan apa dia itu seorang "adik cewek" yang pantas? Eh? Aku agak kurang suka soal itu. Aku mungkin akan tidak mempercayai kemanusiaan lagi, kalau semua kepolosannya itu merupakan ulah Airi-chan.

Yuki-chan kayaknya berusaha untuk berhenti dari tugasnya sebagai "adik cewek"-nya Sasaki... ...Ah! Tetapi Ichinose-san kayaknya sering memikirkan hal itu juga, bukan? Abangnya sekarang sudah punya pacar, sih. Tampaknya, dia sangat sadar soal bagaimana abangnya memperlakukannya sebagai "adik cewek".

Ah? Tetapi seperti apa "adik cowok" yang semestinya...? Apa yang mesti aku lakukan untuk jadi seorang "adik cowok"? Abang dan Kakak memang kayak gitu, bukan? "Apa mereka mampu menjaga adik cowok atau adik cewek mereka?" "Apa mereka mampu menjadi panutan yang baik buat adik-adik mereka?", Hal semacam itu, bukan? Mungkin Kakak akan mengerti sesuatu soal itu... ...mungkin dia bisa memanjakanku pada jarak yang tepat dan wajar...? Eh, jadi adik cowok bisa mendapatkan perlakuan yang sama dengan adik cewek?  Apakah aku juga akan... ...dimanjakan oleh Kakak?

"—Aku... ...mana bisa aku punya seorang adik cowok...?"

"Eh...!? Apa maksudmu kamu tidak bisa? Apa ada sesuatu yang menghambatmu sehingga membuatmu tidak bisa...!?"

Apa aku mau dimanjakan oleh Kakak...? Bagaimana bisa aku melakukan itu? Tetapi ini sudah terlambat. Atau apa itu mungkin karena aku, adik cowoknya sendiri, makanya aku tidak tahu soal itu? Anehnya, orang-orang yang tidak terlibat dalam insiden tersebut mungkin lebih memperhatikan hal-hal semacam ini ketimbang mereka yang tidak terlibat. Mari kita bertanya pada Natsukawa agar dia bisa memberi tahuku bagaimana seorang "adik cowok" semestinya.

"Apa yang mesti aku lakukan sebagai "adik cowok"?"

"E-Eh...!? Meskipun kamu bertanya padaku...!"

Ah...! Itu benar sekali, Natsukawa tidak paham soal itu, makanya dia hendak bertanya padaku soal "adik cowok". Sebaliknya, Natsukawa hanyalah orang yang penasaran. Eh, tetapi meskipun aku seorang adik cowok, tetapi aku tidak tahu apa-apa soal adik cowok? Bukannya itu gawat...? Apa aku akan baik-baik saja? Apa aku tidak akan dicabut dari kartu keluarga?

"E-Eum...!"

"...!"

Ah...! Ini gawat! Wajah Natsukawa memerah lagi...! Ini menarik! Dia pasti sangat imut saat sedang marah! Dia pasti marah karena aku tidak bisa jadi seorang "adik cowok" yang semestinya! Benar, Natsukawa pernah membentakku saat aku bersikap keras pada Kakak sebelumnya! Apa menjadi seorang "adik cowok" merupakan gelar yang penting...? Aku pun belum pernah memikirkan hal itu sebelumnya...

"Bu-Bukannya aku sedang melakukannya..., tetapi ini lebih kayak aku dipaksa untuk melakukannya..."

"Dipaksa untuk melakukan apa...?"

"Dipaksa melakukannya"... Itu kalimat pasif? Natsukawa tidak menggunakan honorifik kata ganti orang, bukan? Aku paham, kalau aku itu adik ceweknya, aku akan dimanjakan, jadi tentu saja aku akan mendapat elusan di kepala dan kebaikan dari kakak atau abangku. Dengan kata lain, Natsukawa bertanya padaku, "Apa kamu mau dimanjakan?" Bukankah itu tidak benar? Pada akhirnya, aku itu tidak mesti jadi seorang "adik cowok". Agak mustahil buatku untuk bisa dimanjakan oleh Kakak. Aku tidak tahu mesti berbuat apa...

"Misalnya seperti apa?"

"Mi-Misalnya seperti apa...!? Be-Beginilah..."

Buat Ichinose-san, itu mendapatkan perasaan aman dan hangat dari bersandar di perut abangnya. Oh, begitu... ...Jadi itu permainan peran di mana dia akan mendapatkan kehangatan dari abangnya dengan berperan sebagai "adik cewek"? Hubungan antar adik-kakak memang sangat dalam...!

"—Mem-Membersihkan telingamu, atau semacamnya?"

"Membersihkan telingaku?"

Oh, begitu, membersihkan telingaku. ...Membersihkan telingaku...

Rasa-rasanya gendang telingaku bakalan pecah.

Author Note: Jleb "Ah!"

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama