Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 4 Bab 112.3 - Lintas Ninja Translation

Bab 112.3
Perasaan, Bertepuk Sebelah Tangan

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-112.3-di-Lintas-Ninja-Translation

(TL Note: Sama seperti sebelumnya, bab ini merupakan lanjutan dari Bab 112.2, dan berlatar sebelum Bab 112.)

"Hiyah...!"

Aku menusukkan gergaji yang sangat tipis ke salah satu kerang yang aku terima. Gergaji itu juga bukan sembarang gergaji. Gergaji ini punya ujung berlian yang tidak akan patah meskipun terbuat dari bahan yang kokoh. Meskipun begitu, karena aku tidak terbiasa dengan hal itu, pada dasarnya aku mendorong kakiku di atas meja supaya tidak mendorongnya menjauhiku.

"Maaf, kami tidak punya bahan yang sudah disiapkan sebelumnya..."

"Heuh... ...hah... ...Tidak, ini salahku, karena aku yang meminta bahan-bahan ini..."

Karena mereka tidak punya kerang hijau muda. Aku kira, aku cuma tinggal menyatukan semuanya pada akhirnya, dengan bahan yang sudah disiapkan dan sudah jadi, tetapi aku terpaksa menggunakan cangkang abalon. Warna di dalamnya sesuai dengan yang aku harapkan. Aku merasa kayak "Ini dia!", dan mulai bekerja, tetapi karyaku sama sekali berbeda dari Sasaki-san.

"Kamu pasti bisa, kamu pasti bisa!"

"Ah...!!!"

Sasaki-san duduk di sebelahku di bangku, bertepuk tangan sambil bersorak untukku. Apa ini...? Aku merasakan begitu banyak kekuatan yang memenuhi tubuhku...? Apa ini kekuatan dari seorang mahasiswi? Aku tidak bisa meremehkan mereka! Di lehernya, aku bisa melihat cangkang spiral merah muda samar yang berkilauan dalam cahaya. Dia telah mengukirnya jadi lebih bulat, memasang rantai aluminium emas melaluinya, untuk membuat kalung yang indah. Cuma butuh waktu sekitar satu jam, dan itu merupakan karya yang cukup sederhana.

Kami kira, jangan-jangan rantai emas itu agak terlalu mencolok, tetapi cangkang spiral kecil ini sungguh menonjolkan pesona dewasa Sasaki-san. Sederhananya, aku mau dia jadi sosok ibu buatku.

"Kayaknya sulit..."

"Aku akan melakukan itu..."

"Ah... ...Sajou-san punya semangat yang membara...!"

Di saat yang sama, aku terpaksa memulai dari seluruh proses pemotongan. Menggunakan penggiling elektronik, dan memotongnya sampai seukuran tangan pegawai itu. Sejak saat itu, neraka pun dimulai. Dengan bahan yang lebih kecil, aku tidak bisa menggunakan pemotong lagi, jadi aku mesti menggunakan lubang kecil dengan bor, dan bekerja keras dari sana.

"Kerang laut itu cukup kokoh, ya...!"

"Itu benar. Dengan kerang yang tipis, kalian dapat memotongnya dengan mudah, tetapi buat apa yang ada dalam pikiran kalian itu tidak sesederhana itu..."

"Yap, itu masuk akal!"

Aku benar-benar tidak menyangka akan sebanyak ini usahanya. Aku merasa tidak enak karena membuat Sasaki-san menunggu sekarang. Namun, saat aku meminta maaf, dia cuma menjawab, "Tidak usah khawatir, ini cukup seru!", dan tampak senang. Apa-apaan ini, calon istri yang sempurna? Aku bisa melihat gaun pengantin yang dia kenakan.

"Baiklah... ...lakukan yang terbaik?"

"Oke oce!"

Saat itu sedang ada pelanggan lain, jadi pegawai itu tidak bisa memperhatikanku. Setelah mengucapkan beberapa patah kata padaku, dia pergi untuk membantu pelanggan lain. Serahkan saja ini padaku...! (Bendera Kematian)

"...Eum, Sajou-san."

"Hmmm...!"

Sasaki-san angkat bicara, sambil memandangi tanganku. Dia menunjukkan gerakan seperti sedang kepikiran sesuatu, dan menatapku. Karena aku sedang berjuang, aku tidak sengaja mengeluarkan suara yang penuh semangat. Untungnya Sasaki-san tidak merasa terganggu dengan hal itu.

"Tepat setelah bertemu Sajou-san... ...kamu pernah bilang kalau kamu punya seseorang yang kamu sukai, bukan? Apa kado ulang tahun ini juga buatnya...?"

"..."

Kalau aku terus mengobrol kayak gitu, aku mungkin akan berteriak. Jadi, aku menggerakkan tanganku dengan tenang, dan menarik napas dalam-dalam. Anggota lawan jenis yang aku persiapkan kado ini, kayaknya Sasaki-san sudah mengetahui hal itu. Itu membuatku terkejut, karena aku cuma menyebutkan itu sekali.

"...Jadi kamu sudah tahu."

"Maksudku, kamu tidak akan melangkah sejauh ini kalau itu bukan..."

"Iya, mungkin."

Saat aku memberikan respons yang jujur, Sasaki-san menunjukkan reaksi yang agak kesepian, yang secara tidak sadar membuatku menghentikan tanganku.

"Eh, ada apa?"

"Maksudku, bukannya kamu bilang kalau kamu sudah menyerah padanya?"

"Ah... ...kamu benar."

"Kamu tidak berpikir kamu benar-benar bisa berkencan dengannya, bukan...? Namun, mengapa..."

Sasaki-san kayaknya tidak bisa menerima pendirianku dalam hal ini. Dia kayaknya belum paham alasan mengapa aku belum bisa menyerah pada orang yang aku cintai. Baiklah, aku paham. Namun, saat aku memikirkan Natsukawa, aku dapat bekerja sekeras ini.

"Kamu akan paham setelah kamu jatuh cinta, Sasaki-san."

"Se-Setelah... ...aku jatuh cinta..."

Pipi tembam Sasaki-san berubah jadi merah muda, saat dia mulai kepikiran hal itu.

Ah... ...itu benar-benar menunjukkan kalau dia memang masih SMP. Kata 'cinta' membuatnya bingung. Inilah pemandangan yang menghangatkan hati, namun itu dengan cepat lenyap, saat dia memasang ekspresi serius padaku.

"Jadi, apa sebenarnya 'cinta' itu?"

"Eh...!"

Mengapa kamu menanyakan hal itu padaku!? Maksudku... ...itulah yang mau aku ketahui juga... ...Aku juga sudah mencari jawabannya selama sekitar dua setengah tahun, dan aku masih belum menemukan jawabannya. Bagaimana aku mesti menjawabnya? Karena dia berteriak dengan suara yang cukup keras, tante-tante  di sekitar kami mengarahkan perhatian mereka ke arah kami, yang membuatku tersipu malu.

"Jadi, baiklah... ...Kok kamu bertanya begitu?"

"Euh... ...Iya, aku cuma mau tahu apa itu akan terjadi padaku..."

Cinta, ya. Ini cuma cinta. Tidak ada cara yang nyata untuk mengatasi hal itu. Jadi tenanglah, aku... ..Jadi tergila-gila tidak akan membantumu. Gerakkan tanganmu.

"Aku juga penasaran... ...Secara pribadi, ini bukanlah hal yang membahagiakan..."

"Eh! Mengapa begitu!?"

"Maksudku, aku memang cinta padanya, tetapi aku tidak bisa pacaran dengannya. Ini akan tetap bertepuk sebelah tangan selamanya."

"Ah... ...benar."

"Namun, cuma karena aku sudah menyerah dengan orang itu, bukan berarti cintaku sudah padam. Meskipun aku ditolak, cintaku padanya tidak akan pudar."

(TL Note: Ah, masak?)

Aku pernah jatuh cinta pada Natsukawa, ditolak, dan bertekad tidak akan mendekatinya lagi. Meskipun begitu, bukan berarti aku tidak mendapatkan apapun dalam kurun waktu dua setengah tahun terakhir ini. Aku banyak belajar, dan kalau bukan karena cintaku pada Natsukawa, aku tidak akan bekerja paruh waktu, dan bekerja untuk meningkatkan diriku.

"Inilah kepuasanku tersendiri. Aku mau merasa bangga karena sudah memberinya kado ulang tahun. Kalau dia tersenyum karena kadoku, maka aku menganggap diriku ini beruntung."

"Sajou-san..."

"Mendengar hal ini, kamu mungkin menganggap lebih baik tidak jatuh cinta sama sekali. Namun, kalau bukan karena itu, aku mungkin tidak akan datang ke sini hari ini bersamamu, Sasaki-san. Ini tidak selalu menyakitkan, kok. Aku cukup yakin kalau aku akan tetap jadi seorang bocil kalau bukan karena cinta ini."

"Apa... ...benar begitu...?"

Sasaki-san tampak seperti sedang kepikiran sesuatu. Dia mungkin sedang kepikiran soal ujian masuk yang akan datang, dan masa muda yang akan mengikutinya. Tentu saja, aku juga sama. Aku punya harapan yang tinggi untuk kehidupan SMA-ku. Namun, untuk saat ini, aku memutuskan untuk membiarkannya, dan dalam pikirannya sendiri.

Langit mulai menguning. Cukup banyak waktu yang telah berlalu, dan aku tidak bisa terus bersama Sasaki-san selamanya.

"Kita masih belum bisa menyelesaikan punyamu, ya, Sajou-san..."

"Aku bisa saja datang lagi. Belum lagi kamu dapat membuat sesuatu yang hebat, bukan."

"Ah, iya..."

Sasaki-san meletakkan dua jari pada kalung di lehernya. Kalung itu agak berkilauan dalam cahaya merah muda dan berkilauan. Berkat hal itu, Sasaki-san agak terhibur. Aku mohon, seseorang pukul saja aku.

Pada akhirnya, aku tidak bisa menyelesaikan kado ulang tahun buat Natsukawa. Tentu saja, aku akan kekurangan waktu. Untuk menyelesaikan kado itu secara tuntas, aku perlu mengunjungi tempat itu dua atau tiga kali lagi. Iya, aku masih punya banyak waktu sampai ulang tahun Natsukawa, jadi segalanya akan baik-baik saja.

"Benar... ...Oke, kalau aku datang ke sini lagi dengan Sasaki-san, itu mungkin akan terjadi tahun depan di musim semi. Kalau begitu, aku akan memberimu kado juga, Sasaki-san."

"Benarkah!? Itu janji, ya!?"

"Aku tidak akan lupa, tidak usah khawatir."

Bukannya Sasaki-san itu siswi terbaik yang pernah ada? Aku sangat berdoa agar dia lulus ujian masuk di SMA-ku. Kalau dia sudah sebahagia itu, aku pasti akan datang ke sini lagi. Dan pertama-tama, aku akan memberinya bel pencegah kejahatan.

"..."

"..."

Matahari mulai terbenam, dan suhu udara jadi agak lebih dingin saat kami berjalan di sepanjang pantai berpasir. Kami berdua terdiam secara aneh, dan berjalan bersebelahan. Kami seperti baru saja kembali dari perjalanan ke taman hiburan, dan ada agak penyesalan dalam diri kami. Secercah harapan muncul di dalam diriku, berharap hari-hari kayak gini akan datang lagi.

"...Aku penasaran, apa aku akan jatuh cinta juga."

"Eh?"

"Iya... ...aku merasa agak takut..."

"—Ahahaha."

"Hei! Mengapa kamu tertawa saat ini! Jangan menatapku kayak aku ini anak kecil!?"

Saat aku tertawa terbahak-bahak, Sasaki-san menunjukkan raut wajah cemberut dan marah. Setelah mengalami cinta, aku merasa agak lebih unggul dalam hal itu. Imut sekali, saat aku melihat Sasaki-san takut akan cinta. Buatku, itu terasa aneh.

"Segalanya akan berubah, jadi kamu tidak akan punya waktu untuk takut."

"Euh... ...Benarkah begitu?"

"Nantikan saja. Itu tidak akan apa-apa, kok."

"Kamu bilang begitu karena kamu gitu loh... ...Bertingkah begitu tenang!"

"Mempersiapkan waktu itu usaha yang sia-sia. Kamu tidak bisa mempersiapkan dirimu sendiri buat itu."

Memikirkan soal Natsukawa, kehadiran Sasaki-san di sampingku mulai terasa semakin lemah. Cinta terkadang memang kejam, dan mustahil untuk menjelaskan hal ini pada seseorang yang belum pernah mengalaminya. Namun, kalau dipikir-pikir lagi, semua rasa sakit dan kesedihan yang aku rasakan, serta kebahagiaan, sudah membantu membentuk diriku yang sekarang.

"Bagaimana kalau..."

"Hmm...?"

Sasaki-san tertawa kecil, dan mendongak. Saat ini, dia tersenyum bagaikan seorang remaja cewek yang polos. Angin membuat rambutnya bergoyang ke kiri dan ke kanan. Rasa tanggung jawab tumbuh dalam diriku, menyuruhku untuk mengantarnya pulang lebih awal.

"—Ah."

Dia menarik rambutnya ke belakang telinganya, tepat saat rambutnya akan jatuh ke arah mulutnya.

TL Note: Inilah akhir dari penerjemahan "Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN]" Seri 4, terima kasih sudah menemani kami dari awal Seri 1 sampai Seri 4 ini. Selanjutnya, akan dilanjutkan ke Seri 5, yang bisa kalian mulai dengan melihat ilustrasinya melalui tombol "Selanjutnya→" di bawah ini.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama