Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 4 Bab 106 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-106-di-lintas-ninja-translation

Bab 106
Tata Krama Itu...

"Hei, bangunlah."

"Hmm...?"

Saat aku membuka mataku, ruangan itu sudah berwarna jingga. Saat aku membiarkan mataku mengembara, jam dinding sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ruangan itu terasa sejuk, meskipun di bawah sinar mentari sore hari di musim panas. AC di ruangan ini kayaknya dibiarkan menyala. Televisi masih menyala dengan menampilkan layar gim yang aku mainkan. Kayaknya aku mengantuk di tengah jalan dan tanpa sadar berbaring di ranjang dan tertidur. Bayangan cahaya latar yang menatap ke bawah ke arahku membuat mataku tercengang.

"...Kakak? Selamat datang di rumah."

"Mengapa kamu setengah tertidur? Lagian, Kakak kan ada di rumah hari ini."

"...Oh, begitu."

"Kakak dengar makanan untuk makan malam sudah siap."

"Iya..."

Pada zaman dahulu, ada seseorang bernama Sajou Wataru, itu aku. Aku baru berusia 14 tahun saat Kakak, yang berambut pirang membangunkanku dengan menggoyang-goyangkan dadaku dan mengeluh soal betapa mengantuk dan rewelnya diriku. Sejak saat itu, suara Kakak sudah jadi alarm terkuat di muka bumi untuk membangunkanku. Meskipun aku tidak bisa membuka mataku lebar-lebar, setiap ujung kepalaku tersalurkan dan menerima sinyal penuh. Benar-benar dalam mode tidur. Kalau dia menekan "Sajo1234", aku akan langsung terbangun dan berdiri. Meskipun begitu, satu-satunya alasanku masih setengah tertidur yaitu karena masalah spesifikasiku sejak awal. Serius, XP.

"..."

"...Eh? Hei, itu ponsel pintarku!"

Saat aku mendongak, aku mendapati Kakak sedang memegang ponsel pintarku. Dia melirik ke layar dan menatapku dengan mata curiga. Kayak air yang merembes masuk, lambat laun, aku menyadari betapa gawatnya situasi ini, dan aku buru-buru mengambil ponsel pintarku darinya, meskipun tidak ada yang aku sembunyikan. Semestinya, ponsel pintar ini tidak bisa dibuka kuncinya sejak awal.

"Ah, tidak, tidak ada yang aneh dari ponsel pintar itu, kok.—"

"Tolong jangan kacaukan itu, oke."

"Ah? Eh?"

Kakak bilang sesuatu yang terdengar kayak saran dan meninggalkan ruangan. Setelah aku memikirkan hal itu, aku merasa aneh karena dia mengambil ponsel pintarku tanpa menghindariku. Mungkin dia memang tidak tertarik pada ponsel pintarku sejak awal. Tekad Kakak sudah jadi jauh lebih bulat sejak awal tahun lalu, loh!

...Tidak, tunggu. "Jangan kacaukan itu"? Aku memang penasaran apa maksudnya..., tetapi aku punya firasat buruk soal ini. Apa jangan-jangan dia tidak benar-benar membuka kunci ponsel pintarku dan melihat isi ponsel pintarku...? Eh, bukannya itu gawat? Itu membuatku berpikir kalau di zaman sekarang ini, kita dapat menemukan segala macam hal yang tidak bagus di internet, namun kemudian dia memergoki kita menyembunyikan sesuatu di kamar kita, berharap dia bisa teralihkan, dan ternyata dia mengetahui kalau kita sedang mengoceh di internet!?

Aku buru-buru memeriksa ponsel pintarku.

"Hieh?"

Ada banyak notifikasi pesan yang muncul di layar kunci ponsel pintarku. Dan, mungkin inilah fitur ponsel pintar ini, tetapi kalau kalian menjentikkan jari ke atas dan ke bawah pada layar, kalian dapat memeriksa semua pesan saat belum dibaca. Kita bisa memeriksa isi pesan itu tanpa mesti membaca pesan itu! Hahaha, sungguh fitur yang jelek.

[Aichi! Aku sangat merindukanmu...! Hiks, Hiks, Hiks (//∇//)]

[Astaga... Dasar kamu ini, Kei, jangan bilang sesuatu yang aneh-aneh, dong! (*'')]

Ashida!!! Berani-beraninya kamu muncul di saat-saat kayak gini! Awas saja nanti! (Benar-benar membuatku bahagia!! Terima kasih banyak!!)

Jadi Kakak melihat pesan ini! Kakak pasti berpikir, "Eh, cewek-cewek macam apa yang bergaul dengan adikku?". Apaan sih yang kalian lakukan, dasar bodoh! (Aku mohon lakukan lagi!)

Aneh sekali..., ...aku penasaran apa ini karena aku baru saja bangun tidur, namun aku tidak bisa marah melihat betapa itu membuatku iri..., ...namun di suatu tempat di lubuk hatiku, aku merasakan kesenangan dan kegembiraan. Aku punya gambaran di kepalaku soal mereka berdua yang sedang bermesraan, tetapi aku sudah pernah melihat sesuatu yang mirip dengan itu di sekolah sebelumnya, malahan lebih jelas, dan itu agak menyenangkan.

"Sudah Kakak bilang, makan malamnya sudah siap!"

"Yoi! Aku akan segera ke sana!!!"

Aku benar-benar sudah terbangun.

[Beri aku waktu sebentar!]

Setelah insiden 100.000 dolar, Natsukawa berhenti membalasku. Aku merasa kayak aku sudah melakukan sesuatu yang sangat salah, namun aku butuh beberapa waktu untuk menjernihkan pikiranku sejenak, jadi aku merasa itu bukan hasil yang bagus. Aku akhirnya bermain gim dan ketiduran.

[Eh, begini, kayaknya aku agak putus asa...]

Akhirnya, setelah 1 jam berlalu, itulah balasan yang dia berikan padaku. Aku lebih suka tahu apa yang dia pikirkan selama 1 jam. Atau lebih tepatnya, aku mau mengenal Natsukawa dengan lebih baik. Ngomong-ngomong, kayaknya tidak ada siswa SMA di Jepang yang berpenghasilan sebesar 100.000 dolar. Di zaman sekarang ini, kalau nama kalian sudah laku, kalian bisa mendapatkan 10.000.000 yen setahun dari pendapatan iklan. Muda-mudi yang bisa memanfaatkan hal-hal seperti akun sosial media dan situs video memang sungguh luar biasa. Berapa cangkir teh susu boba yang bisa mereka minum untuk membuat konten? Tidak bisakah mereka cukup makan sebiji makarun setiap hari? Ya ampun... ...aku benar-benar berpikir kayak cewek SMA.

"Aku makan ini, ya... ...eh!"

Aku mencerna pesan-pesan yang belum terbaca itu sampai tuntas, bersamaan dengan makanan yang menumpuk di perutku. Di bagian tengah cerita itu, aku menikmati obrolan antara kegembiraan dari Ashida yang seakan-akan memuaskan hasratnya dan rasa malu dari Natsukawa yang seakan-akan dia itu Dewi yang memandang rendah dunia ini dan menjelang akhir, aku menyadari kalau mereka sedang mengobrol soal pekerjaan paruh waktuku.

[Sajocchi, kamu tidak membuatnya menangis lagi, bukan?]

[Seperti yang diharapkan... ...tetapi aku punya bayangan kalau Wataru kayaknya tidak banyak bicara pada cewek pendiam itu...]

[Aku penasaran apa ia membicarakan sesuatu yang tidak peka pada cewek itu...]

Tidak, tidak, aku tidak membuatnya menangis, kok, baik itu kemarin, maupun hari ini, jadi itulah yang penting. Iya, aku juga tidak membuatnya tertawa. Tunggu, bukannya mereka harusnya membicarakan hal semacam ini dalam grup obrolan yang di dalamnya tidak ada aku? Hebat, ini sangat wajar kalau mereka memberiku kritik di tempat yang buruk.

[Tata kramanya itu... ...hmm.]

Wah! Ashida, dasar kamu s*alan!

Dia mungkin membungkus pesan itu dengan halus, tetapi pada kenyataannya itu tidak!! Dia baru saja mencungkil perutku dengan pukulan lurus tepat di tengah! Itu lebih buruk ketimbang jurus Cobra Twist milik Kakak!!

[Kalau Aichi yang bilang begitu, maka itu pasti benar! Sajocchi itu... ...Eh? Apa jangan-jangan Sajocchi sudah melihat obrolan kita? Pesan kita sudah dibaca olehnya...]

[Eh!?]

[Hah? Aku tidak melihat apa-apa, loh?]

[Kamu sudah melihat pesan kami, tuh!]

[Tidak, sungguh, aku tidak melihat apa-apa. Aku cukup peka untuk tidak menyela obrolan cewek-cewek. Malahan, aku itu tipe cowok yang membantu teman-teman sekelasku yang cewek,  yang sedang mengalami keraguan. Iya, aku memang cowok gagal yang bahkan tidak berpenghasilan 100.000 dolar per tahun dan mesti dibiayai oleh orang tuaku? Aku akan menantikan berhubungan dengan kalian, oke?]

[Wah, merepotkan sekali!]

[E-Eh, makanya...!]

[Ah, Ashida-san, kayaknya kamu belum menyelesaikan PR liburan musim panasmu, ya? Aku benar-benar minta maaf karena telah mengganggumu belajar.]

[Ih! Kamu membuatku sangat kesal!]

Tanpa sepengetahuanku, aku mendapati diriku sedang berdiri di tengah-tengah kamarku, dan dengan panik membuka ponselku. Memang benar, sulit untuk tidak merasa kesal saat seseorang tiba-tiba bilang begitu padamu. Maksudku, apa itu benar atau tidak? Iya, aku ini memang seorang cowok sejati. Kalau aku tidak punya tata krama di sini, aku mungkin sudah mengambil keuntungan dari Ashida dan mendiamkan Natsukawa juga. Iya, iya, apa aku yakin soal itu? Beberapa waktu yang lalu aku mungkin sudah melakukan itu tanpa berpikir panjang.— Ah... aku tahu ini sudah terlambat, tetapi aku sudah sering melakukan itu. Aku penasaran mengapa aku pikir dia tidak akan membenciku..., ...aku mengingatnya sendiri dan itu menyakitiku...

[Ka-Kayaknya Wataru bertingkah seakan-akan ia itu adikku...]

[Hnggh... ...Be-Benar sekali! Sajocchi sudah mentraktir kita minuman beberapa hari yang lalu! Cowok itu benar-benar tahu caranya memperlakukan cewek-cewek!]

[Ah! Iya, benar sekali! Atau lebih tepatnya, kamu bicara soal Airi karena kamu agak terbawa suasana!]

[Maaf, tenanglah. Aku agak menyesal soal itu. Terima kasih atas pujian kalian, itu sudah cukup. Aku sudah puas.]

[Apa-apaan cowok ini!?]

Tidak, aku sangat tertekan. Ibarat jadi orang bijak— Hmm, rasanya kayak sedang berada di zona tertentu? Sejarah hitamku ternyata kekuatan sangat merusak buatku. Anehnya, mungkin dengan melihat diriku sendiri di cermin itu akan efektif. Tiba-tiba saja, aku merasa tenang. Hebat, sekarang aku merasa seperti ingin memikirkan sesuatu. Aku bisa memikirkan soal organisasi gelap yang bahkan tidak ada.

"Hah...?"

Tarik napas dalam-dalam. Keluarkan.

Aku mesti menenangkan diriku. Setelah itu, kami berbicara soal betapa lelahnya kami, dan obrolan bergeser ke pekerjaan paruh waktuku. Pikiranku sedang kacau, tetapi anehnya, aku tidak terlalu memikirkan hal itu, dan kayaknya aku bisa lolos dari hukumanku.

[Jadi, pada akhirnya, apa yang terjadi pada cewek itu?]

[Abangnya, yang sangat dia sayangi, punya pacar. Makanya, dia tidak punya pilihan lain selain melepaskan diri dari abangnya, dan dia mulai bekerja paruh waktu dengan alasan "kemandirian", jadi dia tidak bisa menyerah begitu saja.]

[Wah... ...cewek itu banyak bercerita padamu.]

[Ah, jadi itu sebabnya kamu bicara soal Airi padaku...]

[Sajocchi... ...kayaknya ia salah menggunakan contoh...]

Diam-diam, aku juga sudah menyadari hal itu sejak tadi.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama