Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 4 Bab 102 - Lintas Ninja Translation

Bab 102
Kedatangan Pertamanya Sejak Saat Itu

Situasi Ichinose-san—, yang diceritakan padaku dengan sangat terus terang, merupakan sesuatu yang merangsang dorongan penghancur di dalam diriku. Aku jadi merasa lebih iba pada Ichinose-san ketimbang memanggil diriku sebagai b*jingan. Alasan "aku mesti melepaskan diri dari Abang" ini memang terlalu serius. Hal-hal yang berbau NTR* memang sangat buruk..., meskipun ini tidak bisa dibilang begitu sepenuhnya.

(TL Note: Pasti sudah pada tahu lah ya, tetapi akan kami jelaskan ulang. NTR merupakan singkatan dari Netorare, merupakan kisah soal orang yang ditikung pasangannya oleh orang lain, dan pelakunya bisa jadi merupakan orang terdekat si korban juga, tetapi pasangan yang dimaksud adalah yang sudah memiliki hubungan ya, seperti pernikahan, pertunangan, atau pacaran, kalau cuma gebetan tidak masuk kategori ini.)

Sejak saat itu, Ichinose-san jadi sulit untuk bertemu dengan abangnya dan mulai berhenti bicara dengan abangnya dengan baik. Meskipun begitu, saat dia merasa kesepian, dia berpikir kalau dia tidak bisa terus-terusan kayak gini dan mesti melakukan sesuatu, makanya dia memutuskan untuk bekerja paruh waktu di toko buku bekas ini.

"Kamu mesti jadi orang yang mandiri, kayak gitu, ya?"

"I-Iya..., ...Itu benar."

Aku paham. Menurutku, itu kayak home run dalam permainan kasti, itu melebihi ekspektasiku. Makanya dia merasa mesti melepaskan diri dari abangnya. Kalau aku mendapati Kakak sedang dalam situasi yang sama, aku mungkin akan mulai menghemat uang dan mulai tinggal sendiri di tempat lain.

Ah, tunggu sebentar, aku semakin bersemangat seiring berjalannya waktu. Yuri-chan-senpai, kamu itu sangat agresif, ya...? ...Aku sudah merasakan hal itu sekilas semenjak aku ke sekolah waktu itu... ...Wah, aku sangat iri padamu, Beruang-san-senpai! Tetapi aku penasaran perasaan macam apa ini sampai-sampai aku bisa dengan jujur mengucapkan selamat padanya... ...Apa ia itu tampan atau tidak, itu sangat tidak masalah.

Wah, tidak! Kerja, kerja! Hari ini—Tidak, aku punya banyak pikiran kotor sejak kemarin! Aku mesti mengalihkan perhatianku!

Sejak saat itu, kinerja Ichinose-san sungguh menakjubkan, dia bergerak dengan gesit dan lincah. Maaf, aku tidak bisa menahan senyumanku saat aku melihatnya.

Aku tahu kalau inilah kemandirian Ichinose-san — Iya, ini mungkin bukan kemandirian semata, tetapi aku paham betapa dia siap untuk melepaskan dirinya dari abangnya. Aku benar-benar diseret ke dalam kisah ini, segala perasaan burukku pada Ichinose-san menghilang akibat kejadian yang begitu tidak terduga ini. Setelah mendengar kisah semacam itu, aku benar-benar ingin mendukung Ichinose-san melepaskan diri dari abangnya. Kalau tidak, itu akan terlalu sulit buatnya...

Aku merasakan rasa solidaritas yang aneh telah tercipta. Aku mengucapkan selamat pada Beruang-san-senpai, namun di sisi lain, "Dasar abang b*jingan!" Aku yakin ada perasaan semacam itu juga di dalam hatiku. Aku rasa mungkin begitulah kesamaanku dengan Ichinose-san.

"Aku rasa hari ini kamu bisa melayani pelanggan."

"Melayani pelanggan..."

Ichinose-san agak terkejut pada kata-kata yang keluar dari mulutku. Peristiwa aneh yang terjadi kemarin— Dia mungkin masih trauma dengan bapak-bapak menyeramkan kemarin masih membekas. Mau bagaimana lagi, ia memang menyeramkan, tetapi masih ada loh, beberapa pelanggan yang tampaknya agak menyebalkan.

"Kamu mesti lebih akrab dan ramah tamah dengan mereka... ...Kalau ada pelanggan yang seperti kemarin, biar aku yang mengurus mereka saat mereka masuk, jadi aku akan mengawasimu sampai kamu terbiasa dengan mereka."

Dengan begini, dia tidak perlu waktu lama untuk bisa cepat terbiasa. Aku tidak peduli apakah dia mulai bekerja paruh waktu cuma untuk bersenang-senang, tetapi kalau dia punya alasan dan bertekad untuk melanjutkan pekerjaan paruh waktu ini, aku dapat mendukungnya dengan bilang, "Ba-Baiklah... ...kalau begitu.". Maksudku, aku tidak dapat menyangkal kalau hal ini semakin sulit untuk ditunjukkan. Iya, menurutku sejauh ini, dia sudah melakukan kinerjanya dengan baik hari ini, jadi aku rasa akan baik-baik saja.

"Ah..., ...Pelanggan— Pelanggan yang terhormat!"

"Eh? Se-Selamat datang di toko buku bekas ini—!"

Aku rasa dia cuma bilang "pelanggan" saja dan bukannya "pelanggan yang terhormat", Ichinose-san pun mengulangi kata tersebut sambil menunjuk ke belakangku. Aku berbalik untuk menyapa apa benar ada pelanggan, namun aku tidak bisa berkata-kata saat aku melihat wajahnya. Aku rasa dia belum pernah mengunjungi toko buku ini lagi sejak kami bertemu di SMA-ku terakhir kali, jadi aku pun menyapanya lagi.

"Selamat datang. Sasaki-san."

"E-Eum... ...Iya."

Apa ini karena ada Ichinose-san?

Apa ini tampak canggung? Dia mendekatiku perlahan-lahan dengan perasaan sangat gelisah. Apa ada sesuatu yang terjadi saat kami bertemu terakhir kali...? Bukannya waktu itu, dia duluan yang berpamitan padaku? Dia masih tampak kayak orang dewasa, dan aku masih tidak percaya kalau dia masih SMP dengan penampilan kayak gini—Ah....

Aku mulai bicara padanya dengan sangat terus terang, karena aku sudah tahu kalau dia itu seorang siswi SMP. Sebelumnya, aku kira dia itu seorang mahasiswi, makanya aku bersikap sangat sopan padanya. Aku penasaran bagaimana perasaan Sasaki-san kalau aku mengubah sikapku kayak gini..., ...aku sendiri juga tidak tahu.

"Ah—, ...Jadi begitu ya. Ternyata... ...kamu lebih muda dariku, ya?"

"...!?"

"Ah..., tidak apa-apa, aku harap kamu tidak usah terlalu khawatir, aku rasa itu wajar, kok..."

"Be-Begitu ya..."

"Hieh, bisakah kamu berhenti lakukan itu padaku..."

Saat aku bilang pada Sasaki-san, kalau dia lebih muda dari kami, Ichinose-san tiba-tiba mulai bersembunyi di belakangku. Aku paham perasaan itu, tidak peduli bagaimana Ichinose-san melihatnya, tetapi memang ada seorang cewek cantik di depan kami. Bukannya lebih bagus karena aku lebih tua? Saat seorang cewek yang lebih muda dariku berpura-pura jadi seorang Mbak-Mbak dan memperlakukanku kayak aku lebih muda darinya, itu akan lebih mudah untuk membuatku bersemangat. Iya, semangatku lebih mudah membara.

"Ah... ...apa ini tidak apa-apa?"

"Ah... ...Iya!"

Siswi SMP, siswi SMP..., ...Cewek ini masih SMP, loh. Cuma karena dia berpakaian kayak orang dewasa dengan blus berwarna merah muda terang dan rok berwarna putih, bukan berarti dia itu tidak tampak lebih muda. Tenanglah, niat nakalku yang membuatku ingin menggoda seorang mahasiswi yang lebih tua dariku dengan bicara padanya seakan-akan dia itu temanku. Aku bisa melakukannya... ...mulai hari ini, dia itu bagaikan Gunung Fuji...!!

"Eum, Ha-hari ini, aku! Maksud kedatanganku ke mari untuk meluruskan kesalahpahaman waktu itu..."

"Eh? Kesalahpahaman?"

Kesalahpahaman apa? Apa itu karena aku punya kesan yang aneh pada Sasaki-san..., Aku kira dia lebih tua dariku, tetapi apa benar dia itu masih SMP? Hah!? Kalian tidak menganggap kalau dia dan tiga orang temannya waktu itu merupakan para mahasiswi yang bercosplay dengan mengenakan seragam SMP, bukan!? Ah, ayolah, yang benar saja, tetapi aku sama sekali tidak mengenali mereka!? (Bersorak dengan gembira!)

"Sasaki-san..., ...aku benar-benar tertipu."

"Eh? Bu-Bukan kayak gitu! Aku bukanlah pembicara yang buruk dan aku bukan cuma baca manga shoujo, kok! Aku juga suka baca novel ringan, loh! Ke-Kebanyakan novel ringan bergenre romansa..."

"Eh?"

Eh, soal itu? Bukan soal kamu sebenarnya memang mahasiswi?

"Mes-Meskipun begitu, guruku baru-baru ini bilang padaku, "Apa kamu akhirnya mulai menyesuaikan penampilanmu sesuai dengan usiamu?" Bahkan dalam hal pakaian, aku pun sudah berhenti mengenakan pakaian dengan karakter animasi dan mulai mencari sesuatu yang lebih dewasa.— Kelihatannya...!"

"Ah, iya."

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-102-di-lintas-ninja-translation

E-Eh? Mungkin dia mulai merasa semakin tidak nyaman saat aku bicara padanya seakan-akan dia itu temanku. Apa Sasaki-san punya karakter asli yang kayak gini? Aku kira dia itu jauh lebih tenang... ...Iya, aku rasa itu tidak aneh sama sekali buat seorang siswi SMP.

Tidak, tunggu, akulah yang harusnya tetap tenang. Tidak peduli apakah Sasaki-san itu seorang siswi SMP atau mahasiswi. Ini semua soal kepolosan cewek yang melekat pada wanita dewasa—Inilah segalanya. Apa dia mengenakan pakaian dengan karakter animasi? Tolong tidak usah mengenakannya lagi!!!

"—Tidak usah khawatir, loh. Sasaki-san tampaknya sudah sangat dewasa, kok."

"Eh—! Be-Benarkah? —Ah, tetapi itu bukan berarti aku mau kamu memperlakukanku kayak gitu... ...Aku mau Sajou-san memperlakukanku layaknya seorang kouhai...!"

"Kamu memang seorang kouhai. Itu benar. Jadi tidak apa-apa begitu, iya."

"Itu bagus, bukan?"

Iya, iya. Hanya saja aku mendapati kesan kalau dia itu kouhai yang merupakan seorang siswi SMP yang punya gaya kayak seorang mahasiswi, tetapi bertindak dan bertingkah kayak anak kecil dalam beberapa kesempatan. Tidak apa-apa, aku akan membuat diriku jadi buruk kalau terlalu banyak berpikir. Aku akan menenangkan diriku. Aku menoleh ke samping dan Ichinose-san bilang, "Apa maksudmu?" Dia menyaksikan obrolan antara aku dan Sasaki-san dengan raut wajah begitu.

"Ichinose-san, biar aku perkenalkan, ini Sasaki-san. Percaya atau tidak, dia ini masih siswi SMP, loh, tetapi dia itu kayak seorang mahasiswi yang berencana untuk mengikuti ujian masuk ke SMA kita tahun depan."

"Eh?"

"Maaf, kayaknya aku salah bicara."

Iya, dia benar-benar mirip seorang mahasiswi. Kalau aku tidak memperlakukannya sebagai kouhai sama sekali. Kalau aku lengah, aku akan bersikap seakan-akan aku lebih muda darinya. Aku punya naluri sebagai seorang adik yang tinggi. Aku penasaran apa aku bisa lulus dari obsesi pengendalian ini.

"A-Aku ini masih SMP, loh! Sajou-senpai!"

Sasaki-san buru-buru mengoreksiku. Tunggu, eh? Sajou-senpai? Aku belum pernah diperlakukan kayak orang yang lebih tua sebelumnya, jadi itu membuatku bahagia. Aku akan bersikap baik padanya. Hei, itu merupakan hal yang lumrah terjadi di kalangan anak bungsu...?

"Siswi SMP..."

Ichinose-san menatap Sasaki-san dari ujung kaki ke ujung rambut dari tempat yang agak jauh di belakangku. Jangan cuma menatapnya! Perkenalkan dirimu, oke! Berhentilah memasang wajah kayak kamu merasa rendah diri. Aku juga merasa kayak gitu. Dalam banyak artian, tentu saja.

"Sasaki-san, ini Ichinose-san. Dia itu pekerja paruh waktu baru di sini, dan dia teman sekelasku."

"Ja-Jadi apa benar kamu teman sekelas Sajou-san? Senang bertemu denganmu! Ichinose-senpai!"

"Ah... ...E-Eum..."

Sasaki-san secara bertahap mulai menunjukkan agak lebih banyak kepribadiannya sebagai seorang cewek SMP yang energik. Tetapi kayaknya, dia masih tampak terlalu berlebihan buat ditangani Ichinose-san. Mungkin Sasaki-san merasa lega dengan ukuran tubuh Ichinose-san. Dengan begini... ...tidak ada tekanan, bukan, Ichinose-san.

Hmm..., kalau mereka berdua saling mengobrol, hubungan akrab di antara mereka mungkin itu akan terbentuk... ...Iya, ini tampak menarik. Aku mau melihat Ichinose-san bertindak agak seperti seorang senpai. Bicara soal Ichinose-san, dia menunduk, mungkin masih malu untuk dipanggil "Senpai", gelisah seperti Sasaki-san saat pertama kali bertemu denganku lagi. Sasaki-san memang tampak sangat dewasa... ...entah mengapa aku bisa memahami perasaan yang aneh itu.

Seakan-akan dia tidak keberatan dengan hal itu, Ichinose-san melangkah maju, tepat ke depan Sasaki-san pada saat yang sama aku memperkenalkan dirinya.

"—Se-Senang bertemu denganmu, ...Kouhai."

"Eh?"

Tunggu, Mbak!

Author Note: Berhenti!

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama