Bab 69Kouhai yang Baik
"Kita akan menayangkan VTR* yang memperkenalkan SMA kita di gimnasium, jadi kami membutuhkan beberapa peralatan yang tepat. Ada juga peralatan lain yang agak sulit dibawa oleh cewek-cewek, jadi kami sangat berterima kasih atas bantuanmu, Sajou-kun."
(TL Note: Video Tape Recorder)
"Iya, itu juga sudah jadi tugasku."
"Hmm, maafkan aku, tetapi terima kasih."
Seorang senpai kelas dua belas yang belum pernah aku temui sebelumnya memandu dan menjelaskan alurnya. Orang ini sudah datang ke sini bahkan sebelum Shinomiya-senpai, yang merupakan Ketua Komite Disiplin, jadi dia itu cukup baik. Senang rasanya dia tampak telaten dan langsung meminta maaf. Dia itu tipe senpai yang patut aku hormati.
Tidak usah ditanyakan lagi, aku ditugaskan berpasangan dengan Ichinose-senpai. Terutama bertanggung jawab atas peralatan besar, dan kami menggunakan gerobak untuk membawa peralatan yang tepat. Ada tangga lipat yang seperti anak tangga, jadi tampaknya tidak bisa diangkat kecuali dengan tangan cowok di sana. Begini saja sudah cukup buruk, tetapi bukannya Ichinose-senpai akan mengalami kesulitan kalau aku tidak ada di sini?
"Eum... ...Apa kalian yakin cuma Ichinose-senpai saja satu-satunya anggota cowok di sini?"
"Tidak, sebenarnya masih ada lagi seorang siswa kelas dua belas dan seorang siswa kelas sebelas, tetapi... ...mereka tampaknya belum bisa terbiasa dengan suasana di sini bersama cewek-cewek."
Aku tahu persis apa yang mereka rasakan. Kalau aku ini anggota Komite Disiplin, aku mungkin sudah mengendur sama kayak para senpai. Jujur saja, tetapi mau bagaimana lagi.
Melihat Ichinose-senpai tertawa terbahak-bahak membangkitkan semangat juang yang misterius dalam diriku, dan tugas mengangkut pun dimulai. Bagian sulitnya yaitu aku tidak boleh melepaskan seragam SMA-ku karena aku mungkin akan berpapasan dengan siswa-siswi SMP di koridor. Tampaknya ia biasa mengenakan kaus hitam karena terlalu panas, dan Senpai juga tampaknya cukup lelah.
Aku tidak tahu untuk apa alasan senpai-senpai lainnya bergabung dengan Komite Disiplin, tetapi aku tidak tahu apa itu wajar bagi seorang cowok untuk mendapatkan motivasi ekstra saat seorang cewek menatapnya dengan dipenuhi dengan ekspresi kasihan. Aku tahu aku tidak mendapatkan imbalan apa-apa, tetapi aku merasa mesti melakukannya. Karena cowok itu makhluk yang sangat sederhana.
"—Ah, biar aku yang mengangkatnya."
"Apa? Terima kasih."
Aku pikir aku cuma bilang kalau aku berlatih di tempat kerja paruh waktuku, tetapi tampaknya aku benar-benar terlatih dengan memilah-milah buku-buku bekas. Jumlah buku yang bisa aku angkat terus bertambah dari hari ke hari, dan cowok itu cenderung mudah berotot. Aku sudah memperbaiki diri melalui keterlibatanku pada Natsukawa sebelumnya, dan aku rasa, bagian itulah yang banyak membantuku.
"Ah, Senpai, masih ada satu langkah lagi di sana."
"Baiklah, aku akan mengangkatmu sedikit!"
"Oke. tu, a..."
Tugas lain-lain itu memang mudah. Aku sudah terlatih melalui pengalaman kerja paruh waktuku dalam mengatur dokumen dan data kantor, tetapi tugas lain-lain ini tidak membutuhkan banyak kekuatan otak. Kalau kalian sudah tahu sejak awal kalau kalian mesti mengerahkan banyak tenaga, kalian bisa menghadapinya dengan motivasi yang sama, dan beban yang tidak terduga pun jadi lebih berkurang, sehingga secara mental juga akan lebih mudah. Menurutku, hal ini jelas merupakan bagian dari tugas berupah rendah yang membutuhkan banyak tenaga.
"—Hei, anak kelas sepuluh di sana—? Ambil yang ini juga."
"Iya."
Kami bolak-balik antara gimnasium dan lantai dua Gedung Utara. Aku jadi sesak napas dan berkeringat, tetapi itu sih masih biasa saja. Ichinose-senpai mungkin berlatih secara teratur, tetapi ia tidak banyak berkeringat karena fisiknya. Meskipun ia itu seorang senpai, saat seseorang dengan tipe budaya menunjukkan rasa ketenangan, itu membuatku merasa agak kuat.
"Ah, dan tolong yang satu ini juga."
"Iya."
Aku tidak tahu apa tepat untuk bilang "seorang diri", tetapi kalau aku cuma menggunakan otot lengan dan punggungku, tugas pun beres. Tentu saja, aku dan Ichinose-senpai yang paling banyak berkeringat. Ini merupakan tugas yang sulit untuk menyembunyikan kelelahan kami dan jalan-jalan di depan siswa-siswi SMP tanpa menyekanya dan mengganti seragam kami. Aku akan agak curang.
Aku dapat waktu istirahat, jadi aku langsung jajan. Aku membeli handuk dan deodoran, yang belum aku siapkan, dan menyelinap ke balik bajuku di luar, menutupi kepalaku dengan air. Aku menyeka rambutku dengan handuk dan menyelipkan deodoran ke dalam celana dalam hitamku, menghilangkan sebanyak mungkin bau keringat dari tubuhku. Aku pasti akan lebih cepat untuk mandi dan berganti pakaian, tetapi sayangnya cuma siswa-siswi anggota ekskul yang diizinkan untuk menggunakan kamar mandi...
Kembali ke gimnasium, tim angkut-mengangkut dialihkan jadi tim peralatan. Aku merasa tidak berguna sekarang, jadi aku berkeliaran sambil membawa pulpen dan lakban seperti iklan di stasiun televisi, mengantarkan obeng dan gunting dan melakukan tugas serabutan lainnya. Oh, tidak, aku punya begitu banyak bakat jadi bawahan sampai-sampai aku mulai menangis.
Setelah tugas selesai, lokasi pun dibersihkan. Tim angkut-mengangkut dan peralatan menyelesaikan tugas mereka dan menghabiskan sisa hari itu dengan bersantai-santai di Markas Komite Disiplin. Pembina Komite Disiplin bilang kalau ada sejumlah unit kipas angin, jadi aku dan Ichinose-senpai membantu membawakan kipas angin tersebut. Tampaknya ada lima unit kipas angin, jadi aku bertanggung jawab atas tiga unit kipas angin sebagai kouhai. Dibandingkan dengan alat berat itu, tiga unit kipas angin itu kayak bulu.
Aku juga meminjam kompres es dari Dokter UKS, yang biasa aku ajak bicara sebentar setelah pilekku. Aku membawa kantung plastik ke Markas Komite Disiplin, dan kali ini bantuanku sudah lengkap.
Setelah aku menyebarkan kompres es, para senpai membungkusnya dengan handuk dan mengalungkannya di leher mereka... Iya, itu memang pertanda yang bagus... Iya, sangat seksi. Aku mau memotretnya. Kipas angin membuat pusarnya tertiup angin... Apa? Tunggu, tidak, kalian tidak mengenakan pakaian dalam? Apa kalian serius? Komite Disiplin sedang dalam masalah, bukan?
Aku dan Ichinose-senpai memukul kipas angin yang tersisa setelah aku menyingkirkan pikiran jahatku... memukulnya? Tidak, itu mustahil, ia itu mirip beruang. Tampaknya yang kami punya cuma handuk, jadi aku menjauh dan menggunakan angin tambahan yang berhembus dari tempat lain. Deodoran ini menenangkan, jadi aromanya cukup harum.
"Ah, hei, anak kelas sepuluh. Kamu itu Sajou, kan?"
"Eh, iya."
"Kerja bagus. Terima kasih banyak atas bantuanmu, kamu itu kouhai yang baik."
Salah satu dari dua orang senpai memberiku sebatang es krim yang dibelah dua. Aku agak... ...merasa malu karena kami terasa seperti pasangan. Maukah kamu meneleponku lain kali? Aku akan bekerja sangat keras, deh?
Senpai itu menatapku, dan melewatiku sambil tertawa saat aku memikirkan sesuatu yang bodoh. Tampaknya, dia suka caranya memujiku. "Apa yang kamu maksud dengan 'kouhai yang baik'?" Kata mereka. Aku ingin tahu secara spesifik siapa yang dimaksud dengan "kouhai yang baik".
Aku lelah dan duduk di lantai, dan salah satu senpai anggota Komite Disiplin yang memandu tim angkut-mengangkut menghampiriku. Eum...? Bukan Ichinose-senpai, tetapi aku?
"Terima kasih untuk hari ini, Sajou-kun. Ichinose-kun juga."
"Ah, tidak, tidak. Terima kasih juga untukmu."
"Begini, anggota-anggota cewek kita agak kurang serius, jadi aku penasaran apa kami membuatmu tidak nyaman. Ada bagian dalam diri kami yang tidak mau ambil pusing dengan hal itu, jadi kami memaksakannya padamu, Sajou-kun."
"Apa?"
Aku? Apa aku sedang dipaksakan...? Aku tidak tahu kalau itu benar atau tidak? Aku mengangkat barang bolak-balik ke gimnasium rasanya biasa saja, jadi aku tidak menyadari hal ini sama sekali. Seriusan, aku cuma mengerjakan itu tanpa memikirkan itu, jadi aku tidak tahu. Aku juga benar-benar tidak mau tahu...
"Karena Sajou-kun begitu terbuka dan penurut pada kami, anggota-anggota cewek kami mungkin agak merenungkan hal itu, tetapi mereka merasa kasihan. Mereka semua bilang kalau kamu itu 'anak yang baik'."
"Oke, iya, senang rasanya karena aku bisa membantu kalian."
Tepat saat rasa dendam datang di dalam hatiku, aku juga menerima kata-kata pujian. Itu merupakan kejadian yang langka yang membuat tubuhku gatal. Aku belum pernah dipuji kayak gini sebelumnya. Tetapi, hei... 'anak yang baik'. Agak miris karena aku sendiri pun tidak menyadarinya...
"Aku kira itu karena kamu itu asisten Rin dan juga adiknya Sajou-san, tetapi mungkin itu cuma prasangkaku saja. Minumlah ini, kalau kamu suka, terima kasih."
"Eh?"
’Pom’, dan sebuah jeli nutrisi diserahkan ke tanganku. Aku sangat tersanjung dengan hadiah yang tidak terduga ini. Ada apa denganku hari ini? Apa aku ada di peringkat pertama dalam ramalan horoskop? Aku belum pernah punya peringkat yang lebih bagus. Mana mungkin... ini bukan waktuku untuk jadi populer, bukan? Apa aku ini sudah populer?
"Ah, Ichinose-kun. Dengar, setelah hari ini, bisa tidak aku pergi ke rumahmu, Ichinose-kun?"
Ups, ini perkembangan yang mendadak.
Author Note: Disiplin.
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Baca juga dalam bahasa lain: