Bab 68Kunjungan Sekolah
Mengapa pada tanggal 6 Agustus aku mesti datang ke sekolah? Untuk menjelaskan alasannya, kita harus kembali ke masa-masa perang, tetapi tampaknya buat SMA Kōetsu, ini cuma alasan yang tepat untuk membuat siswa-siswi kelas dua belas yang menganggap sekolah itu merepotkan, untuk tetap masuk sekolah. Iya, SMA itu sendiri memang bukanlah pendidikan wajib.
(TL Note: Pemerintah Jepang menerapkan sistem pendidikan wajib nasional hanya 9 tahun, dengan kata lain hanya sampai jenjang SMP/sederajat, dan SMA/sederajat bukanlah pendidikan wajib.)
"Iya, lama tidak jumpa... ...Sajou."
"Iya. Mengapa kamu jadi sangat canggung begitu? Aku sudah tidak peduli soal apa yang terjadi di rumah Senpai lagi."
"Apa? Itu berarti kamu akan bergabung dengan Komite Disiplin, bukan!?"
"Tidak, bukan begitu."
Tidak ada kewaspadaan maupun kecerobohan.
Saat aku tiba di sekolah untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Shinomiya-senpai sudah menungguku di gerbang sekolah. Tampaknya, beberapa siswa-siswi kelas dua belas menghabiskan waktu mereka untuk mempersiapkan materi pelajaran untuk mengikuti ujian masuk kampus, di luar kelas mereka. Ada begitu banyak hal yang terjadi saat datang ke acara ini.
Dia bicara padaku dengan cara yang membuatku merasa tidak nyaman, tetapi... jujur saja, kejadian di dojo waktu itu tidak terlalu penting setelah aku tidur dan bangun lagi. Manusia memang kayak gitu, aku bahkan lupa namaku sendiri saat menyeruput sup miso sebelum bekerja paruh waktu. Tetapi bukankah kamu terlalu dini untuk beralih ke apa yang aku khawatirkan..., ini bagaikan pusat kota saat sehari setelah natal.
"Aku dengar dari Kakak, dia tidak menyangka kamu akan cukup peka untuk mengetahui suasana hatiku. Apa aku tampak seperti tipe cowok yang kayak gitu?"
"Benarkah begitu? Aku bisa melihat masa depan di mana kamu tidak senang padaku dan Kaede dan Yuyu akan membenciku, tetapi..."
"Iya, tidak masalah karena aku akan ada dalam suasana hati yang bagus."
Aku memberinya sebuah teguran verbal dan dia mengungkapkan perasaan pribadinya yang jujur padaku. Terlepas dari sejauh mana eksistensiku, kalau dia dapat melihat masa depan di mana senpai yang mirip anak kecil, Inatomi-senpai, akan membencinya, maka aku bisa paham mengapa Shinomiya-senpai jadi begitu peka. Karena orang itu sangat menyayangiku...
"Menurutku, spiritualitas itu tidak ada hubungannya dengan angkut-mengangkut. Bahkan orang yang tidak berpengalaman pun bisa berguna, bukan?"
"Iya, sudah aku duga, kamu masih menyimpan dendam!"
"Aku bisa tidak bercanda kayak gini kalau aku masih menyimpan rasa dendam di hatiku."
Oh, begitu. Jadi cewek ini tidak cocok dengan cowok yang terlalu terus terang, ya? Aku dapat merasakan sisi kikuknya, kayak saat dia meminta nasihat saat pertama kali aku bertemu dengannya. Aku tidak tahu cara Senpai dapat memenangkan hati Kakak di masa-masa gyaru-nya yang sangat mencolok, tetapi aku rasa aku mesti segera bertugas.
"Kalian akan mengadakan rapat di pagi hari di ruang konferensi yang kosong, bukan? Terima kasih sudah menjemputku. Bisa tidak kita pergi sekarang?"
"A-Ah kamu sangat bersemangat."
"Ini memang sudah sesuai dengan sifatku yang lebih cocok digunakan secukupnya. Aku ini tipe orang yang akan bekerja lembur di masa depan."
Apa menurutku itu sudah sesuai dengan sifatku atau taraf manusiaku? Aku punya tampang seperti anak bungsu yang setengah dipaksa bekerja oleh kakak-kakakku. Aku rasa begitulah caraku dibesarkan.
"Itu memang bukan moderasi, ...tidak apa-apa, ayolah."
"Baiklah."
Jujur saja, aku juga merasa canggung. Tetapi, aku tidak tahu mengapa, bertemu satu sama lain untuk pertama kali setelah sekian lama, itu membantu kami dalam menempatkan segala sesuatu dalam berbagai cara.
Saat aku memberikan senyuman sementara pada Shinomiya-senpai, yang memasang ekspresi kosong di wajahnya, dia memberiku senyuman masam dengan ekspresi kecewa.
Entah mengapa, kemampuanku untuk mengutuk cowok tampan telah diaktifkan.
♦
Komite Disiplin ditugaskan di sebuah ruang kelas di lantai dua di gedung utara sekolah. Saat berjalan menyusuri koridor, aku mendapati bahwa ada orang-orang yang aktif berperan di beberapa ruang kelas lainnya. Saat aku bertanya, katanya, Panitia Pelaksana Festival Budaya sudah aktif, di sebelah mereka ada ruang konferensi yang sudah dibuka untuk pendaftaran uji coba kunjungan sekolah ini, dan di belakangnya ada Markas Komite Disiplin yang asli.
Mengapa perlu membuat ruang terpisah dari Komite Disiplin? Alasan utamanya, kata mereka, yaitu untuk meletakkan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan, dan agar dapat mengadakan pertemuan pada saat yang sama saat mereka dibagi jadi dua kelompok. Aku tahu kalau ini agak terlambat, tetapi ada lebih banyak anggota Komite Disiplin ketimbang yang aku kira.
"Lama tidak jumpa! Sajou-kun!"
"Halo, kalian berdua."
Karena kami saling kenal, aku menemui Inatomi-senpai dan walinya ── Mita-senpai ─ ─ di Markas Komite Disiplin. Inatomi-senpai sangat lincah sampai-sampai aku mau menggendongnya tanpa sengaja, sementara Mita-senpai menatapku dengan tangan disilangkan dengan sikap jutek. Aku hampir tidak bisa menahan diri untuk tidak menatap lengannya. Lalu aku teringat saat aku dikekang di kantin sebelum liburan musim panas. Itu aneh, bukan? Mengapa tanganku selalu ada di samping kepalaku setiap kali aku melihat Mita-senpai?
(TL Note: Admin gak bisa berhenti ngakak!)
Setelah aku berdiri, aku langsung pergi ke ruang konferensi.
"Apa kalian berdua yang akan menuntun siswa-siswi SMP?"
"Aku dan Yuyu itu satu paket. Kalau aku meninggalkan anak ini sendirian, nanti siapa yang tahu apa yang akan dia lakukan?"
"Ah, aku paham."
"To-Tolong jangan terlalu percaya begitu saja..."
Beberapa hari yang lalu, di hari aku bertemu Sasaki-san untuk pertama kalinya, aku melihat sekelompok siswa SMP sedang merundung adiknya yang masih SD. Sangat mudah untuk memprediksi apa yang akan terjadi kalau kalian melemparkan Inatomi-senpai, sang maskot, ke dalam kelompok semacam itu. Aku bisa melihat siswa-siswi SMP berjalan ke sana ke mari, mengganggu perilaku kolektif ini.
Manusia itu punya sesuatu yang mereka suka dan tidak suka, jadi mau bagaimana lagi, Senpai. Jadi silakan gembungkan pipimu dan elus aku dengan cara yang lebih imut... - Jangan memukulku atas kesalahanku. Tidak, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menginginkan hal itu karena dia sangat imut.
"Kami juga merekrut pemandu lain dari Panitia Pelaksana Festival Budaya dan siswa-siswi umum. Aku yakin ada satu atau dua dari kelasmu..."
"Apa?"
Pintu itu setengah terbuka, jadi aku menuruti apa yang dia katakan dan benar-benar melihat ke dalam. Di ruang konferensi, meja-meja panjang disusun dalam bentuk huruf U kapital. Aku melihat siswa-siswi yang duduk di bangku mereka masing-masing, dan napas tersengal-sengal keluar dari belakang tenggorokanku.
"Tidak ada orang yang lain selain yang cantik dan tampan di sini... ...dan ini tidak bagus buat jantungku, jadi bolehkah aku pulang?"
"Hei, jangan terlalu merendah diri begitu, lah. Bukannya salah satu cewek yang duduk di sana itu orang yang menjengukmu sebelumnya?"
"Eh?"
Saat Shinomiya-senpai menunjuk dengan matanya sambil menjelaskan, aku melihat ke sana, ada seorang cewek cantik yang tampak seakan-akan negeri ini akan terbalik. Tidak perlu dikatakan lagi, sudah pasti itu Natsukawa. Dia tampak cantik juga hari ini... ...Apa kulitnya jadi agak kecoklatan? Dia tampaknya datang ke sekolah dua kali sepekan.
Natsukawa sedang mengobrol dengan ramah dengan seorang siswa yang tampan di sebelahnya.
"...!"
Itu Sasaki. Ia juga punya wajah yang tampan dan diperlakukan kayak seorang siswa kehormatan, jadi bisa dimaklumi mengapa ia terpilih untuk menuntun di uji coba kunjungan sekolah ini. Perasaanku yang lembut kurang setuju. Iya, aku bisa menekannya sesuka hatiku.
Oh, iya, tidak terasa sudah hampir setengah bulan sejak hari Sasaki menyatakan perang padaku...
Selama liburan musim panas, kegiatan para anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya diadakan dua kali sepekan. Mereka pasti sudah melakukan pertemuan sebanyak lima kali, dan aku rasa Sasaki dan Natsukawa sudah memperdalam bukan cuma kerja sama tim mereka tetapi juga persahabatan mereka selama itu. Paling tidak, Sasaki punya alasan positif dalam hal ini, tidak salah lagi.
"...Aku tidak mau menghalangi mereka, dan aku cukup berbicara pada kalian secara terpisah saja."
"Hmm? Begitu."
"Iya."
"Baiklah, silakan duduk di bangku yang kosong."
Tentu saja.
Meskipun aku ini cuma seorang tukang angkut, aku juga terlibat dalam pertemuan uji coba kunjungan sekolah hari ini. Tentu saja kami akan ada di pertemuan yang sama. Shinomiya-senpai bilang begitu, aku tentu saja diikutsertakan dalam hal ini. Ah, aku serius, loh...
Aku memasuki ruang di tengah sambil didorong oleh Shinomiya-senpai, dan aku melewati meja guru dan mengambil bangku kosong di sebelah Komite Disiplin. Seorang senpai anggota Komite Disiplin yang besar menatapku seperti "Eh, siapa kamu?' tetapi aku memutuskan untuk tidak menghiraukannya untuk saat ini.
Tidak, aku penasaran. Aku bisa merasakan tatapan tajam mereka padaku. Aku tidak perlu memberi tahu kalian dari mana asalnya.
...Hai.
Aku menyapa Natsukawa yang menatapku dengan wajah terkejut dan Sasaki yang menatapku dengan wajah serius seakan-akan menghujatku dengan tatapan dan anggukan. Jujur saja, aku tidak mau ketahuan, tetapi aku tidak punya pilihan. Iya, sejauh ini menyangkut Sasaki, selama ia tahu kalau 'aku tidak akan menghalangi mereka', ia akan baik-baik saja. Hei, berhentilah menatapku!
"Apa kita semua sudah ada di sini? Kalau begitu, mari kita mulai rapat awal."
♦
Biasanya, Komite Disiplin dikatakan sebagai organisasi yang sangat merepotkan. Namun berkat kehadiran Shinomiya-senpai, seorang Pangeran Takarazuka dalam artian tertentu, ada banyak sekali siswi yang mau bergabung di dalamnya. Pertama-tama, aku bicara soal pembagian jumlah siswa-siswi ke dalam kelompok-kelompok terpisah untuk cowok dan cewek.
Salah satu kasus yang paling meresahkan yaitu di mana ada banyak cewek-cewek yang tidak memenuhi kuota meminta cowok-cowok yang jadi anggota Komite Disiplin untuk menggantikan mereka. Tampaknya jadi anggota Komite Disiplin itu sebuah status tertentu buat siswi di SMA ini.
Tahun lalu, Shinomiya-senpai mulai menjabat sebagai Ketua Komite Disiplin, dan karena tidak mampu menangani banjirnya jumlah anggota cewek, dan menerima semuanya, hal ini mengakibatkan situasi di mana tidak ada cukup anggota cowok. Tampaknya inilah masalah yang dihadapi Komite Disiplin saat ini.
Itulah mengapa aku, yang bertanggung jawab atas angkut-mengangkut, membuka mataku pada cowok-cowok dalam kelompokku.
"Eum, kamu itu asistennya Ketua Shinomiya, bukan? Mohon kerja samanya."
"Ah, mohon kerja samanya."
Ichinose-senpai, satu-satunya anggota Komite Disiplin yang berkulit gelap, merupakan siswa kelas dua belas yang besar dan berat. ...Ichinose...? Apa ini sebuah kebetulan kalau ia punya nama keluarga yang sama dengan cewek sastra yang duduk di sebelahku? Bentuk tubuhnya sangat lain, bahkan tidak ada sedikitpun yang mirip dengannya... ...Karena poni Ichinose-san menutupi wajahnya, aku jadi tidak tahu pasti, sih.
Ichinose-senpai ini tampak seperti beruang dengan aura yang ramah. Ekspresi senyumannya tampaknya merupakan ekspresi standarnya, dan ia tampaknya jadi maskot bahkan karena ia dilemparkan ke dalam sekelompok siswi. Sebaliknya, ia tampak dapat diandalkan.
Alasanku bilang kalau ia itu satu-satunya yang berkulit gelap yaitu karena, bak kata pepatah, Ichinose-senpai itu satu-satunya cowok yang jadi anggota Komite Disiplin. Makanya sebagian besar kelompok angkut-mengangkut terdiri dari cewek-cewek. Tidak peduli bagaimana kamu melihatnya, ini memang tugas yang melelahkan...
"Kamu itu Sajou-kun, kan? Kami tidak punya banyak anggota cowok, jadi kami mengandalkanmu..."
"Mohon kerja samanya."
"Oh, iya. Mohon kerja samanya."
Senpai-senpai cewek menatapku dengan rasa penasaran dan menepuk pundakku. Apa ini, benar-benar budaya yang unik? Ichinose-senpai, apa kamu sering mendapat sentuhan tubuh kayak gini? Aku sedikit iri padamu, tetapi apa kamu cuma mengambil alih tugasmu saat kamu tidak sibuk?
Author Note: Pom-Pom.
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Baca juga dalam bahasa lain: