Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 4 Bab 94 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-94-di-lintas-ninja-translation

Bab 94
Di Sebelah Sang Dewi, Bagian 4

(TL Note: Sama seperti di bab sebelumnya, ini berbeda dengan versi LN, karena menggunakan sudut pandang Kei, bukan sudut pandang Wataru.)

"Sa~-jou~!"

"Tunggu sebentar, Airi-chan. Aku mau menyeka keringatku."

"Ini bukan hakku untuk bilang begini, tetapi mengapa kamu tidak masuk ke dalam saja? Ruang tamunya ber-AC, loh."

"Apa tidak apa-apa? Bagaimana denganmu Natsukawa?"

"Eh, ten-tentu saja."

Sajocchi menghentikan Ai-chan yang sedang melompat-lompat dan masuk ke rumah Aichi. Pakaian yang ia kenakan hari ini yaitu kemeja berkancing biru tua dan celana panjang yang longgar... ...Eh, bukannya itu pakaian yang cukup bagus? Mungkin karena pekerjaan paruh waktunya, ia tidak berpakaian seperti cowok yang tidak punya hari libur.

"Apa kamu berpakaian rapi untuk hari ini, Sajocchi?"

"Aku selalu berpakaian rapi, kok."

"Apa yang kamu bicarakan?"

Aku cuma bisa merespons secara refleks saat ia bilang begitu padaku tanpa melirik ke arahku. Nalar macam apa yang bisa jawab fakta yang kamu putar kayak gitu? Ekspresi wajahnya memang normal, dan ia tidak memikirkan apa yang ia bilang. Aku rasa kecepatannya berubah dari normal jadi sangat cepat.

"Sa~-jou~!"

"Ah, kamu masih energik kayak biasanya, Airi-chan."

"Kok rambutmu tidak aneh lagi!?"

"Mengapa kamu marah saat ini?"

Ai-chan melompat ke Sajocchi setelah ia selesai menyeka keringatnya. Ai-chan tampak tidak nyaman karena rambut Sajocchi tidak lagi berwarna coklat dan hitam kayak sebelumnya. Dengan wajah kesal, Sajocchi menarik kedua kuncir rambut Ai-chan dan membentangkannya karena dia diangkat dengan keras di bagian pinggang.

"Rambut yang aneh!"

"Tidak–!"

Boom, Ai-chan menggelengkan kepalanya dan melepaskan tangan Sajocchi. Amboi, apa kamu mau lakukan itu sesekali, Sajocchi? Dia itu adiknya Aichi, loh, aku pikir kamu akan menunjukkan sentuhan lembut atau lebih tepatnya, perasaan yang menyeramkan seakan-akan dia itu bidadari.

"Hmm~~... ...Menyingkirlah!"

"Aduh! Airi-chan, aku tidak akan memberimu permen kalau kamu lakukan itu."

"Tidak~!"

Obrolan antara Ai-chan yang agresif dan Sajocchi yang jago dalam bercakap. Pada akhirnya, Ai-chan memeluk Sajocchi karena dia tidak mau tidak mendapatkan permen. Sajocchi mengelus Ai-chan dan bilang kalau ia cuma bercanda.

Hmm...? Apa kamu agak lelah, Sajocchi...? Apa itu sepanas itu?

Aku rasa tidak ada banyak kelelahan Sajocchi yang biasa di dalam dirinya. Saat aku menyipitkan mataku untuk memikirkan hal itu, Aichi mendongak dan mulai melihat sekelilingnya seakan-akan dia menolak. Kalau dipikir-pikir, dia terdiam karena beberapa alasan.

"Ma-Maafkan aku..., ...dia agak bersemangat."

"Oh, eh, tidak, ...Ti-Tidak usah khawatir, oke?"

"Mengapa kamu malah bicara dalam dialek Hakata...?"

Aku menarik kembali pertanyaan yang aku katakan sebelumnya. Sajocchi selalu gugup ...kayak biasanya. Suaraku sudah serak.

Tidak, itu terlalu jelas, aku yakin Sajocchi pasti senang melihat sisi baru Aichi. Aku juga, b*jingan, Aichi, kamu sangat imut, batin Aichi mulai terisi kembali.

"Kalau begitu, eum... ...mau masuk?"

"A-Ahh..., permisi, mohon maaf mengganggu."

"Mohon maaf mengganggu!"

"Airi itu putriku!"

Ai-chan menirukan suara Sajocchi. Itu memang imut, tetapi Aichi dengan tegas mengoreksi itu, yang berarti dia tidak suka itu. Memang benar, Ai-chan terdengar seperti adiknya Sajocchi. Tampaknya hal ini penting buat Aichi, karena dia memisahkan Ai-chan dari Sajocchi.

Tanpa disangka-sangka, Sajocchi memakai sepatunya setelah masuk ke pintu masuk. Ia cukup sopan..., ...aku tidak tahu soal itu di sekolah.

"Ashida! Terima kasih sudah mau membawakan kantung plastiknya."

"Iya—, kamu membeli banyak barang, ya."

"Banyak sekali... ...Pasti mahal, bukan?"

"Tidak, bukan kayak gitu, kok, ini cuma permen murah. Tidak usah khawatir soal itu."

"I-Iya..."

Sajocchi diajak ke ruang tamu. Ia masuk dengan ekspresi segar di wajah yang seperti bilang "Apa? Aku boleh masuk, nih?" sambil melihat ke sekeliling. Ai-chan senang bertemu dengan Sajocchi, atau mungkin dia cuma menarik-narik celana Sajocchi tanpa alasan.

"...Dinginnya."

"Apa itu kesan pertamamu?"

"Permen! Aku mau makan permen!"

"Astaga, tunggu sebentar, Airi."

Sajocchi, Ai-chan dan Aichi hampir kekurangan stamina. Buatku, ini merupakan kombinasi yang hebat. Anehnya, Sajocchi tidak tampak gugup kayak yang aku duga. Aku kira ia akan lebih kesal. Apapun itu, Aku merasa kalau ia selalu gugup akan sesuatu sepanjang waktu. Tidak ada hantu di sini, loh.

Aichi pergi ke dapur dengan membawa oleh-oleh dari Sajocchi. Ai-chan juga tidak sabar dan mengikutinya. Lalu Sajocchi menghampiriku dengan tampak ketakutan.

"Be-Begini, Ashida. Apa mungkin orang tuanya akan muncul setelah ini...?"

"Ayahnya sedang bekerja, dan ibunya juga sedang bekerja."

"Oh..."

Ia tidak secara terang-terangan merasa lega. Ah, aku mengerti maksudmu.

Sajocchi santai dan mulai tersenyum sambil menatap Aichi dan Ai-chan. Apa-apaan cowok ini? Ia tampak seperti diberkahi dengan hujan di padang pasir. Ia menatapku kayak ia habis dipulihkan. Bukannya pandangannya yang suci soal Aichi itu terlalu serius? Apa ia pikir ia melihatku dengan cara itu juga?

"Sajocchi? Apa kamu tidak punya sesuatu untuk dikatakan saat melihat kami?"

"? Ah..., begitu ya, aku lupa."

"Itulah yang penting, loh."

Ia akan bertemu dengan seorang cewek di waktu luangnya, meskipun tujuannya itu untuk bertemu dengan Ai-chan, ia mesti bersikap layaknya seorang cowok! Untuk saat ini, aku memilih pakaianku dengan asumsi kalau aku akan bertemu dengan seorang cowok! Meskipun yang akan aku temui itu lebih banyak cewek, aku mesti pintar-pintar dalam bersikap!

Sajocchi berbalik dan mulai melihat penampilanku. Jarak di antara kami juga agak jauh, jadi ia mulai menatapku dari bawah kakiku.— Tidak, hei, aku tidak suka kalau kamu menatapku sedekat itu... ...atau lebih tepatnya, bagaimana bilangnya ya? Itu memalukan.

"Kakimu sangat indah."

"Kamu mau aku pukul, ya?"

"Tendang saja deh!?"

Dasar mesum. Tidak ada ampun. Kamu bisa saja bilang padaku apa pakaianku itu tampak cocok buatku atau tidak, atau apa sebenarnya bagian yang imut dariku. Ada sih yang cowok ini lakukan dengan bakatnya? Tidak, iya, aku memang senang dipuji, tetapi...

"Tidak, bukan begitu, Ashida, kamu memakai celana pendek kayak gitu..., Kalau kamu telanjang kaki kayak gitu, aku akan lebih tertarik buat melihat kakimu ketimbang pakaianmu. Mustahil aku tidak melihatnya."

"Tendangan Kaki Telanjang!"

"Bukannya kamu mau memukulku!?"

Ia mundur untuk menghindari tendanganku. Apa yang kamu lakukan untuk melindungi kepalamu? Mengapa gerakanmu tampak begitu hebat? Aku mengenakan celana pendek untuk memaksimalkan tinggi badanku, tetapi kamu malah bilang begitu...

"Ah, tetapi dalam hal ini, kamu memanfaatkan karakteristikmu sendiri. Kamu punya selera fesyen yang bagus, Ashida."

"Hngh...!"

Bukan begitu, woi!!!

Siapa yang menyuruhmu untuk menganalisisku!? Aku memang senang, tetapi paling tidak kamu agak tahu malu lah! Iya, kamu tidak tertarik padaku, bukan? Kaki telanjangku, kaki telanjangku! Kalau aku langsung menendangmu, aku akan menyentuhmu! Di wajahmu!

"Bum!!!"

"Geuh!"

Tiba-tiba Sajocchi menghilang dari pandanganku. Eh, aku menengok dan mendapati Sajocchi terbaring di sofa, dengan Ai-chan ada di atasnya. Mata Sajocchi berkedip-kedip seakan-akan ia tidak tahu apa yang terjadi. Inilah yang terjadi kalau kamu melihat cewek-cewek dengan cara yang aneh! Sadarlah, Sajocchi!

"Tung-Tunggu... ...apa yang kamu lakukan?"

"Bergulat dengan Sajocchi."

"Apa yang sekarang kamu lakukan?"

Aichi kembali dengan terburu-buru, jadi aku menceritakan sebuah lelucon. Aichi, wajahmu memerah. Iya, apa kamu punya imajinasi yang aneh, bukan? Hmff! Aku sengaja melakukan itu!

Sementara aku melakukan itu, Ai-chan mulai meninju Sajocchi sambil tetap ada di atasnya. Tampaknya, dia ikut bergabung dengan niat berperan sebagai heroin.

"Hei, Airi! Kakak tidak akan memberimu permen kalau kamu begitu!"

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, Natsukawa, aku yakin dia cuma mau bermain saja."

"Eh, Te-Tetapi..."

"Tikitikitik..."

"Kyahahahahahaha!!!"

Sajocchi menghentikan upaya Aichi untuk menghentikan Ai-chan. Tampaknya Sajocchi berencana untuk memanjakan Ai-chan sebanyak mungkin. Hah, kalau dipikir-pikir, hal itu membuatku iri pada Sajocchi, yang mendapat begitu banyak "perhatian" dari Ai-chan. Aichi mulai memperhatikan dengan menaruh jarinya di mulutku.

Sajocchi membalasnya. Itu membuat Ai-chan senang. Aku tidak melakukan serangan gelitik karena aku merasa itu tidak profesional, tetapi Ai-chan sangat senang, jadi aku kira itu tidak masalah. Aichi agak gelisah, kayak tidak tahu mesti berbuat apa.

...Tunggu sebentar? Kamu bilang pada Aichi, "Aku datang untuk menyerap tenaga dari Ai-chan.", bukan? Aku tidak bisa melakukan itu sama sekali!

"Tung-Tunggu sebentar!"

"Wah!?"

"!?"

Sajocchi dan Ai-chan terkejut dengan mata mereka terbuka lebar. Fufufu. Aku tidak akan membiarkanmu menyerahkan tenagamu begitu saja, Ai-chan, jangan cuma Sajocchi saja! Selanjutnya giliranku!

"Ai-chan! Pukul aku juga!"

"Fueh!"

"Apa yang kamu katakan?"

Aku merentangkan tanganku, bersiap untuk menerima tenaga Ai-chan kapan saja. Ayolah! Ai-chan! Beri aku kelitikan sebagai hadiah!

"...Eh?"

Aku juga mau dimanjakan! Aku menunggu, tetapi Ai-chan tidak bergerak. Dia tetap duduk di atas perut Sajocchi, lalu menatapku dan Aichi. Eh? Aku juga mau dimanjakan, loh?

"Karena kamu itu teman Kakak, jadi..."

Aku hampir menangis.

Tidak, Ai-chan, bukannya kamu cewek yang terlalu baik? Aku sangat terharu sampai tidak peduli dengan wajah Sajocchi yang mengucapkan, "Kalau aku...?". Ai-chan, tenagaku sudah terisi kembali..., kayaknya, aku bisa mengikuti ekskul selama 3 malam saat ini. Aichi, kamu juga tampak sangat bahagia, kamu tampak sangat penuh perhatian. Dia mungkin lebih bahagia ketimbang aku.

"Ai-chan! Mari kita makan permen!"

"! Permen!"

"Geuh!"

Itu merupakan hadiah tersendiri buat Ai-chan!

Sepiring penuh berisi permen dari Aichi. Pasti tampak seperti harta karun buat seorang anak kecil, Ai-chan melompat dari perut Sajocchi lalu dia datang ke meja. Maksudku, ini sangat menarik bahkan buatku setelah ekskul... ...Ah, sesuatu yang manis....

"I-Itu... ...Apa kamu baik-baik saja? Wataru."

"Ah, tidak apa-apa, tidak apa-apa."

"Aku akan menegur Airi nanti."

"Tidak usah khawatir, cuma aku atau Iihoshi-san yang bisa bermain dengannya kayak gini, bukan?"

"Iya... ...iya? Iihoshi-san itu—"

Saat aku melihat wajah Ai-chan yang sedang makan permen dengan kedua tangannya dan tampak lega, aku mendengar Sajocchi, yang berbaring di tengah sofa, dan Aichi, yang mendekatinya lebih dekat, bermesraan. Tunggu sebentar? Sesuatu yang menarik sedang terjadi! Jarang sekali aku melihat Sajocchi dan Aichi yang sedang dalam mode kakak-nya!

Sajocchi! Ini merupakan kesempatanmu untuk membersihkan nama baikmu!

"Hei, Sajocchi? Apa ada yang ingin kamu sampaikan pada Aichi~?"

Sajocchi belum bilang apa-apa pada Aichi dengan pakaian biasa. Sebagai seorang cowok sejati, sudah jadi aturan baku untuk tidak pernah lupa bilang sesuatu yang cerdas pada seorang cewek! ...Eh? Ngomong-ngomong, Aichi, hari ini, kamu tidak berpakaian begitu modis dan antusias! Mungkin Aichi tidak mau jadi pusat perhatian...

"Hmm..."

"Eh, a-ada apa...?"

Begitu ya, gumam Sajocchi sambil menatap Aichi. Tiba-tiba Sajocchi terfokus pada Aichi dan dia menatapku dengan bingung. Maafkan aku, Aichi, aku mungkin sudah melakukan kesalahan. Itu Sajocchi, ia mungkin akan bilang sesuatu yang tidak sopan lagi. Ia pasti akan bilang sesuatu yang lucu, bukan?

"—...(Glek)."

"Sajocchi."

Sajocchi.

Author Note:

[Air liur mentah] —

Air liur yang keluar secara spontan saat kamu melihat atau membayangkan sesuatu yang lezat atau masam, atau saat kamu merasa mual, bersemangat atau gugup.

TL Note: Setelah ini Admin juga bakal terjemahkan POV Wataru yang cuma ada di versi LN, dijadikan Bab 94.1, tetapi kalau kalian ingin skip, bisa klik tombol ini.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama