Bab 39Satu Saja Sudah Lebih dari Cukup
───Hari Selasa. Hmm, apa? Ini masih baru hari selasa?
Melihat tanggal di kalender yang tergantung di lorong, aku merasa sedih. Dengan segala yang terjadi kemarin, benar-benar membuatku kelelahan, aku tidak mengira kalau itu cuma hari kedua dalam pekan ini. Berpikir dalam hati 'Ah, aku lelah', aku memastikan penampilanku saat ini di cermin toilet. Meskipun aku memotong ujung rambutku, karena aku membiarkan rambut coklat yang aku warnai satu setengah bulan yang lalu sendirian saja, akarnya sudah jadi hitam. Dan karena bagian coklat rambutku berwarna coklat muda, itu benar-benar tampak seperti puding.
(TL English Note: Disebut begitu, di Jepang karena akarnya yang gelap tampak seperti karamel sampai-sampai membuat bagian rambut yang berwarna coklat atau keemasan tampak seperti puding.)
"Ini yang kamu sebut sebagai rambut dua warna."
Diri positif di dalam diriku membuatku bilang kalau… Iya, itu memang tampak cukup modis… aku mencoba menyarankan diriku sendiri. Sebelumnya, aku benci warna rambut alamiku, tetapi sekarang aku sudah tidak peduli lagi.
…Belum, aku butuh lebih banyak tenaga… ...Ingat Natsukawa yang kemarin… Wajahnya yang marah, wajahnya yang malu, wajahnya yang cemberut… fuhehe, Baiklah, aku jadi semangat lagi sekarang!
Aku juga merasa sudah cukup lama sejak aku terakhir kali mengalami pagi yang begitu santai. Aku mengambil jalan memutar ke toko swalayan, membeli bekal untuk istirahat makan siang, dan melewati gerbang sekolah. Untuk sekali ini saja, tidak ada yang peduli denganku atau memanggilku, jadi aku bisa keluar sepanjang pagi… Benar, yang kurang dariku yaitu waktu untuk diriku sendiri. Yang benar saja, semua orang sangat menempel~
Lorong itu menyegarkan. Berkat angin sejuk yang datang dari lorong, seluruh keringat menghilang dari tubuhku… Selamat datang, udara dingin. Selamat tinggal, ketiak berkeringat.
"A-Ah selamat siang, suasana nyaman."
"…Tetapi ini masih pagi?"
"Jangan terlalu memusingkan hal-hal kecil─ Ah, selamat pagi, Natsukawa-san."
Aku cuma berusaha bersikap normal setelah semua yang terjadi kemarin, Dewiku sayang? Pikirkanlah soal ini, aku yakin ini tidak jauh berbeda dari bagaimana kita biasanya bicara, tetapi tetap saja, aku tidak bisa begitu saja menyapamu, bukan? Ini agak canggung, Patrasche….
(TL English Note: Patrasche, aku yakin itu merupakan referensi dari anime Dog of Flanders, kata terkenal dari anime itu yaitu, 'Patrasche, apakah kamu tidak lelah? Aku sudah lelah, entah mengapa, aku sangat ngantuk ', yang dikatakan MC pada anjing itu sebelum dia dipanggil ke surga (wafat))
...Tidak, itu tidak bagus, cuma dengan kecanggungan ini saja, aku hampir dipanggil ke surga. Aaah. Kamu masih secantik biasanya.
"Aahー…Selamat pagi, Natsukawa. Dan, Ashida."
"Selamat pagiー, Hari ini panas seperti biasa yaー. Beri aku udara segar, Sajocchi. Kipasi aku."
"Ini benar-benar panas. Ya ampunー Apa aku sudah cukup mengoleskan tabir surya?" (Suara bernada tinggi)
"Kamu, cara bicaramu terdengar menjijikkan, hentikan."
Maksudku, mau bagaimana lagi aku akan bergabung dalam obrolan cewek kalian? Kalau aku tidak lakukan itu, aku tidak punya kepercayaan diri untuk berada di dekatmu. Eh? Tidak apa-apa jadi seperti biasa? Mari kita ceritakan dari awal.
Tidak jarang melihat Ashida berada di sekitar meja Natsukawa, tetapi sangat jarang melihat kebalikannya begini. Aku rasa Natsukawa juga tidak bisa menang melawan tekanan dari Ashida tadi malam. Iya, aku benar-benar paham. Dia sangat menakutkan tadi malam. Dan, Natsukawa seimut biasanya.
"Ahh, aku jadi ingat. Kapan kita akan melakukannya?"
"Eh!? A-Apa… maksudmu?"
"Kamu mau aku mengunjungi adik mitologismu, Airi-chan, bukan…?"
"Si-Siapa yang mitologis… Airi itu bukan─"
"Iya, dia buatku."
"Euhh..."
Buatku, dia itu eksistensi kayak, 'Kamu tahu lah'. Maksudku, meskipun tadi kamu menjawabku entah mengapa, terakhir kali aku menyebut namanya, kamu mengabaikanku selama sepekan penuh, bukan? Itu membuatku trauma, kamu tahu. Jadi, buatku, Airi-chan itu eksistensi yang mesti ditakuti. Iya, dilihat dari fotonya, dia pasti sosok bidadari, jadi bukan berarti aku mau mengabaikan eksistensinya. Dan, karena itu tidak pernah benar-benar muncul dalam obrolan, Natsukawa terasa lebih seperti anak tunggal. Pada saat yang sama, Airi-chan tidak tahu soal konsep 'kakakmu sendiri itu seorang Dewi'. Tetapi memang iya, lebih baik pergi untuk tidak bilang padanya soal itu.
"Tung-Tunggu saja! Se-Setelah aku selesai menyiapkannya, aku akan bilang padamu...!"
"Mempersiapkan keamanan rumahmu? Baiklah."
"Apa kamu tidak merasa sedih bilang begitu…?"
Maksudku, memasang peralatan, membuat kontrak dengan penyedia internet, atau mungkin jadwal 'Ratu Gulat' itu perlu diperiksa juga, ada banyak hal yang perlu dia persiapkan, bukan?
"Dan juga, Aichi, apa kamu berencana mengajak Sajocchi ke rumahmu berduaan? Bukannya itu sangat buruk?"
"Eh, ah?!"
Eh, sangat burut? Dalam artian apa…? Bagian mananya yang dia pasti takut aku menyerangnya padahal cuma kita berduaan? Tetapi, kalau dia mengkhawatirkan itu, maka dia tidak akan biarkan aku bertemu dengan Airi-chan, bukan? Maksudku, aku memang mau bertemu dengannya, tetapi…
"Ke-Kei! Kapan lagi kamu tidak ada ekskul…?!"
"Kami berada tepat sebelum turnamen besar… Jadi tidak untuk sementara waktu."
"…"
'Tahaha'... Ashida mengeluarkan tawa yang rumit, dan menggaruk bagian belakang kepalanya, cuma membuat Natsukawa kehilangan kata-kata dengan mata melotot dan mulut menganga.
Ehh... apa itu sangat mengejutkan? Sangat imu─t. Iya, Ashida memang sangat bagus sebagai perantara. Iya, di situasi semacam ini kehadiran Ashida sangat membantu. Lagipula, yang sedang kita bicarakan ini 'Natsukawa Aika dan Sajou Wataru loh'.
"Kalau begitu, berapa bulan lagi aku mesti menunggu…?"
"Sebelum bulan-bulan ini berlalu, bukannya ada kloter kedua yang mesti kamu khawatirkan?"
"Eh? Kloter kedua apa ini?"
"Itu menunjukkan betapa populernya Aichi dan Ai-chan."
"Eh…? Apa itu masalah besar?"
Kalau Shirai-san, Sasaki, dan beberapa orang lainnya merupakan kloter pertama, itu artinya semakin banyak orang yang mau ketemu dengan Airi-chan? Aku kira Yamazaki tidak ada di kloter kedua itu, ia terbawa suasana sejak mengobrol dengan Koga dan Murata, ia akan jadi pengaruh yang buruk. Itu berarti kloter kedua sebagian besar diisi oleh cewek juga, bukan? Kalau begitu, aku tidak keberatan menunggu kalau boleh jujur, cuma memikirkan cewek-cewek ini bersenang-senang saja sudah lebih dari cukup buatku. Iya, kalau bisa, bisakah kamu mengirimiku beberapa foto setelah itu? Oke?
"I-Itu... tidak akan mungkin."
"Eh?"
"Itu tidak akan mungkin! Karena, kalau itu terjadi… Airi cuma akan… Sasaki-kun─"
"Eh, Sasaki?"
"Ah, tidak, bukan apa-apa kok!"
"Haruskah aku membunuhnya saja?"
"Dia bilang bukan apa-apa, jadi jangan mulai deh, Sajocchi."
Sasakiiii…! Aku memang tidak terlalu mengerti, sih, tetapi aku pasti akan membuatmu membayar untuk ini! Cuma mendengar namamu keluar dari mulut Natsukawa saja sudah membuat darahku naik!
"Iya, bilang padaku kalau kamu sudah selesai bersiap-siap. Aku pasti akan meluangkan waktu, dengan biaya berapa pun…"
"Eh? Ka-Kamu tidak perlu sampai sejauh itu…"
"Tidak, aku pasti akan pergi."
"Memangnya kamu apa? Anak manja?"
Maksudku, iya, kamu tahu lah, hmm… Kedamaian itu yang paling penting buatku. Tetapi, aku tidak bisa melewatkan kenangan indah yang dapat aku buat, bukan? Kalau dipikir-pikir, aku memang senang diizinkan secara sah untuk bersama dengan Natsukawa… tunggu, apa itu berarti itu tidak sah sebelumnya?
"…A-Ada apa… Mengapa kamu tiba-tiba bersikap tegas…"
"Eh? Itu karena kamu bilang kalau kamu tidak apa-apa denganku saja."
"A-Apa kamu bilang!"
"Maksudku, jarak di antara kita ini ─Ah? Apa kamu mau menyerangku? Apa begitu? Sesuatu dalam diriku akan terbangun, kamu tahu? Benar, deh, itu akan terbangun, kamu tahu?"
"Menjijikkan! Dasar bodoh!"
"Terima kasih banyak!" (Terbangun)
Ahh, betapa bahagianya aku saat ini… Segala kelelahan dari kemarin sudah sirna sekarang. Cuma dengan membuat Natsukawa mengobrol denganku secara normal... apa ada yang lebih bagus dari ini? Sepertinya aku sedang bermimpi. Aku tidak mengira kalau ini akan terjadi lagi. Benar, deh, aku rasa begitu.
"Ah, Sajocchi, Aichi kabur, tuh."
"─Hahaha."
"Kamu tidak mendengarkanku, ya."
♦
Waktu terasa berjalan lebih lambat ketimbang biasanya. Setiap detik menjelang istirahat makan siang terasa seperti selamanya. Itu mungkin karena Natsukawa menyatakan bahwa dia akan mengajakku ke rumahnya kayak gitu (kemajuan yang mendadak). Momen yang entah kapan akan benar-benar terjadi, membuatku merasa waktu berjalan semakin lambat. Itu membuatku merasa mau melakukan supleks gulat punggung legendaris yang dilakukan Kakak padaku, pada Einstein, yang mengusulkan teori relativitas.
(TL Note: Mungkin karena MC terlalu tidak sabar, ia merasa mau mengalahkan cowok yang pada dasarnya bilang 'Waktu itu relatif')
Ngomong-ngomong soal saudari, Kakak tidak menyuruhku pergi ke Ruang OSIS hari ini. Karena aku mau menjauhkan diri darinya untuk sementara waktu, aku sangat menyambutnya. Apalagi dengan kehadiran Yūki-senpai akan membuat suasana di antara kami sedikit lebih canggung.
Karena itulah, setelah istirahat makan siang tiba, aku langsung menuju ke kantin, dan duduk di samping jendela yang biasanya penuh sesak. Aku pun jadi khawatir, melihat sekelilingku untuk melihat apa tidak apa-apa buatku untuk duduk di sana. Karena tidak ada yang keberatan, aku santai saja.
…Iya, memang benar-benar panas di luar… Aku tidak mau melihatmu lagi, kamu tahu. Eh? Siapa? Itu kamu, kelenjar keringat apokrinku.
Suasana hatiku cukup bagus, jadi aku membeli dua batang nutrisi* di toserba, meskipun biasanya puas cuma dengan satu batang. Izinkan aku bilang ini sekali lagi, aku makan dua batang. Selain itu, aku ada roti manis, jadi aku mungkin akan punya terlalu banyak tenaga dan tidak akan bisa menghentikan diriku segera.
(TL Note: Batang nutrisi itu kayak B*ng-b*ng, tetapi banyak nutrisinya, kalau di Indonesia yang terkenal itu merk S*yjoy.)
Ngomong-ngomong, bagaimana bisa aku puas cuma dengan satu batang saja…Tentu saja itu tidak cukup.
"Punggung itu… Apa itu kamu, Sajou?"
"Hmm...?"
Aku harusnya berpikir kalau aku cuma akan mengalami kerusakan karena meninggalkan rumah (ruang kelas)-ku begitu. Bagaimanapun, dunia ini memang penuh dengan gangguan. Tetapi tetap saja, tidak ada seorang pun di kelasku yang akan memanggilku kayak gini.
Berbalik arah, aku mendapati tiga orang cewek sedang duduk di meja untuk empat orang. Izinkan aku bilang ini lagi, mereka itu cewek-cewek. Dua dari mereka itu dua orang Senpai yang tidak lama ini aku kenal baru-baru ini. Bagaimanapun, aku terkejut karena mereka berhasil menemukanku.
"Ah, halo…"
Aku melihat ke belakang, meletakkan satu tangan di belakang kepalaku, dan sambil menggosok bagian belakang kepalaku, aku menyapa dengan canggung.
Sapaan yang datang dari kouhai cowok biasanya kayak gini, bukan? Ngomong-ngomong, mengapa aku memberi mereka perhatian sebanyak ini, aku tidak melakukan sesuatu yang aneh, kok. Memikirkan Komite Disiplin, biasanya siswa-siswi lain akan ketakutan kayak aku sekarang ini, bukan?
"…"
"Tung-Tunggu sebentar, mengapa kamu mulai makan makananmu lagi."
"Eeh… memangnya aku tidak boleh?"
"Biasanya, kamu akan meminta dengan sungguh-sungguh kayak, 'Bolehkah aku duduk dengan kalian?', bukan?"
"Mana mungkin, lihat anggota kelompokmu. Apa kamu tidak menyadari kalau kelompokmu cuma memberikan aura 'merepotkan' saja?"
Ada Shinomiya Rin-senpai, Inatomi Yuyu-senpai, dan cewek lain yang sama-sama mengenakan ban lengan bertuliskan 'Komite Disiplin'.
…Apa kalian harus mengenakan itu saat makan siang juga? Atau apa ban lengan itu punya kelumpuhan dan kekebalan terhadap racun? Kalau begitu, mah, aku juga mau minta satu.
"Halo, Sajou-kun!"
"Ah, iya, halo─eh?"
Salah satu cewek, dengan tubuh kecil dan pita merah di kepalanya, tampak seperti binatang kecil, dengan penuh semangat melambaikan tangannya ke arahku.
Et dah, anak-anak tidak boleh masuk SMA──Aaah… hmm? Shinomiya-senpai? bukannya kekuatan cengkeramanmu itu terlalu kuat? Maafkan aku!
Tidak peduli seberapa sering aku menggosok mataku dan mengedipkan mata karena bingung, dia tetaplah Inatomi-senpai yang pernah aku kenal sebelumnya. Alih-alih berani dan memaksakan diri, ekspresi yang dia tujukan padaku cuma kebahagiaan yang tulus.
Eh, apa kamu sangat senang bertemu denganku?
"Hei, Senpai? Siapa malaikat itu?"
"Perbaiki dirimu, dia itu malaikat agung."
"Eum... mengapa kamu tampak sangat serius soal itu sekarang?"
Tampaknya Inatomi-senpai mengalami banyak perubahan dalam beberapa hari terakhir aku tidak melihatnya. Suasana kilauannya yang nyaman berubah jadi suasana yang sangat berkilau. Boro-boro mau mengusap kepalanya, aku justru mendorongnya untuk mengelus kepalaku. Kemudian lagi, aku masih mau mengelusnya.
"Sajou-kun! Mari makan bersama!"
"E-Eh?"
"Sajou, Yuyu bilang begitu. Kamu mengerti apa maksudnya, bukan?"
"Ah, iya."
Koordinasi macam apa ini…? Bukannya kombinasi penyerang dan pendukung terlalu luar biasa? Lagipula, bahkan sebelum aku dapat bertindak, aku sudah menahan─ ─Ah, tunggu sebentar… apa aku sedang diundang ke suatu kelompok cewek sekarang? Kalau aku berpikir kayak gitu… entah mengapa, aku benar-benar bersemangat saat ini. Apakah batang nutrisi itu punya efek kayak gini, ya? Kalau begitu, aku sangat puas dengan itu.
Author Note: Dan yang kedua itu terasa seperti Doping!
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/