Bab 40Cewek yang Tumbuh Dewasa
"Sajou-kun, apa yang kamu makan?"
"Hmm, cuma roti manis yang aku beli di toko swalayan…"
"Ayolah! Kamu perlu makan sesuatu yang lebih sehat!"
"Ah, iya."
Aku duduk di sebelah Shinomiya-senpai dan mulai mengobrol dengan ketiga senpai itu.
Hmm…? Aroma harum yang menggelitik hidungku ini lain dengan bau makanan. Aku dapat merasakan keberuntungan selama beberapa tahun terakhirku terus berkurang. Aku sangat khawatir soal jumlah yang tersisa, tetapi aku juga sangat senang…
Meninggalkan sisi jelek itu, situasi ini cukup membingungkan. Kurang beberapa hari yang lalu, aku dengan jelas mengeluh soal cewek kecil ini… Iya, meskipun dia punya tubuh yang kecil, dia itu tetap senpai-ku.
Ngomong-ngomong, apa sih yang terjadi? …Apa yang membuatnya jadi seceria ini? Dia dalam semangat tinggi sepertiku begitu aku melihat Natsukawa di sudut pandangku......Ah! Ja-Jangan bilang….?!
"Pacar─."
"Seakan-akan."
"Te-Te-Te-Telingaku…?! Itu akan copot, benar itu akan lepas!!"
Kamu terlalu cepat, Senpai. Bukannya telingaku jadi lebih panjang? Mana mungkin, aku tidak mau jadi elf dengan cuma satu telinga panjang saja!!
Saat telingaku terasa seperti ditarik, aku bertemu mata dengan Senpai yang duduk di sebelah Inatomi-senpai.
"─Begitulah adanya."
"A-Aku mengerti, aku sudah mengerti, kok…"
Terasa seperti mereka berdua menyayangi Inatomi-senpai lebih dari yang aku duga. Aku kira aku tidak akan mendapatkan permusuhan sebanyak ini dari Senpai dewasa yang aku temui untuk pertama kalinya. Malahan, dia mewaspadaiku sejak awal. Iya, tipe orang kayak gini memang ada, tetapi, orang ini juga sepertinya ada dalam 'hubungan yang merepotkan' dengan Inatomi-senpai.
"Ah, Sajou-kun… ini pertama kalinya kamu bertemu Aya-chan, bukan? Nama lengkapnya adalah Mita Ayano-chan! Dia teman masa kecilku!"
"Dia adalah kouhai-ku yang berbakat yang berhasil membesarkan Yuyu sedemikian rupa. Dia juga sesama anggota Komite Disiplin."
"Hah, Senang berkenalan denganmu."
"…Aku juga."
Benar-benar sikap yang jutek. Mungkin dia membenciku karena fakta bahwa Inatomi-senpai tiba-tiba jadi ramah pada orang lain. Maksudku, teman masa kecilnya yang penting yang kesulitan berurusan dengan cowok, tiba-tiba bersikap baik pada cowok, tentu saja dia akan berpikir, 'Kamu ini siapa sih?', bukan? Kalau aku ada di posisinya, aku akan segera menarik siswa itu ke belakang sekolah.
"Hei, Aya-chan! Kamu terlalu jutek, tahu!"
"I-Itu tidak benar!"
"Eehー, tetapi kamu terdengar sangat jutek, kamu tahuー"
Inatomi-senpai melemparkan keluhan ringan pada Mita-senpai.
Ada sesuatu yang salah di sana. Itu tampak seperti seorang siswi SMA yang sedih setelah ditegur oleh seorang cewek yang masih kecil. Iya, bagian pertama memang sudah benar.
Saat kedua teman masa kecil ini sibuk mengobrol di antara mereka berdua, aku diam-diam memanggil Shinomiya-senpai.
"Eumm ... bukannya Inatomi-senpai buruk dalam berinteraksi dengan cowok?"
"Memang iya. Bahkan sekarang pun masih. Tetapi… menurutku kamu istimewa."
"Hah? Is-Istimewa…? Aku?"
"─Ayolah, Aya-chan! Sekali lagi!"
Saat kami berbisik di antara kami berdua, Inatomi-senpai meraih lengan Mita-senpai, dengan paksa membuat wajahnya menghadapku lagi.
Wah, senyuman lebar yang dipaksakan! Sudut mulutnya berkedut! Luar biasa! Aku pasti akan dipukuli habis-habisan karena ini nantiー!
"A-Aku Mita Ayano! Senang berkenalan denganmu…!"
"Kamu benar-benar tidak perlu memaksakan dirimu atau semacamnya..."
"Ini demi Yuyu! Aku tidak bilang begini demi kamu!"
"Aya-chan!"
"Euh…"
"Inatomi-senpai, tidak apa-apa… aku tidak terlalu peduli soal itu."
Aku sudah disebut menjijikkan tepat di depan wajahku. Jadi, caci maki level Dewa ini tidak cukup keras. Namun! Berkat hal itu! Mungkin ada atau tidak ada saat-saat ketika aku benar-benar mulai merasa baikan karena hal itu! Aku harap tidak ada saat-saat kayak gitu!
"Yuyu! Dengarkan aku! Cowok-cowok itu semuanya mesum yang melihat cewek imut sepertimu dengan mata jelalatan! Kamu mesti lebih berhati-hati lagi pada mereka!
"Sa-Sajou-kun bukan orang yang kayak gitu!"
"Benar, Sajou itu cupu."
"Permisi? Bisa tidak kalian tidak bilang sesuatu yang tajam seperti itu secara mendadak saat aku duduk di dekat kalian?"
Itu mengejutkan buatku. Rasanya seperti aku didorong dari tebing batu dengan sangat tiba-tiba. Maksudku, aku tidak pernah berpikir kalau Shinomiya-senpai menyembunyikan pisau tajam itu di dalam dirinya…
Apa sih sebenarnya cowok itu…? Yah, ketiga orang senpai mengadakan diskusi panas soal itu di depanku, seorang cowok. Entah mengapa, aku merasa malu karena cuma Inatomi-senpai yang terus membicarakan aku. Itu bukan kayak kami sudah saling kenal untuk waktu yang lama...
Waktu yang tidak nyaman ini terus berlanjut, dan pada saat kami memutuskan untuk bubar, aku merasa ketakutan dalam banyak hal. Cewek-cewek, saat mereka membicarakan cowok itu sangat menakutkan… Aku merasa seperti akan berakhir dengan ginofobia.
(TL Note: Ginofobia adalah rasa takut yang berlebihan terhadap perempuan.)
Aku melihat mereka bertiga masih mengobrol saat mereka pergi untuk mengembalikan nampan makanan. Dalam banyak hal, aku merasa seperti mereka sudah dewasa. Hampir seperti aku melihat sekilas dunia wanita kantoran. Aku tidak berpikir kalau cuma dengan satu atau dua tahun, seseorang bisa sangat berbeda kayak gitu.
Saat aku melihat mereka dengan linglung, Shinomiya-senpai kembali ke arahku, dan menyeringai.
"…Ada apa?"
"Bagaimana perasaanmu? Melihat perkembangan Yuyu kayak gitu."
"Ini benar-benar misterius. Apa kalian menyuruhnya memainkan beberapa gim VR yang ditujukan untuk cewek?"
"Apa? Metode semacam itu… …Tidak, tidak, tidak, tidak akan membiarkannya. Yuyu itu pasanganku."
"Bagaimana dengan Mita-senpai?"
"Dia itu ibunya."
"Memangnya bisa begitu?"
Aku jadi ingat, dia bilang sesuatu kayak Inatomi-senpai dibesarkan olehnya. Tetapi, kouhai lain jadi ibu dari pasangannya, Inatomi-senpai, ya.. Aku tidak pernah menyangka kalau dia akan menghubungkannya begitu. Tidak heran dia punya (dada) yang boing-boing begitu… Tidak, tunggu, pertama-tama kamu bukan pasangannya! Jangan bodoh, deh!… Ngomong-ngomong, kalau kalian mau bermesraan, tolong lakukan di depanku!
Sementara masih berpikir soal hubungan aneh yang mereka punya, aku mengajukan pertanyaan yang jujur pada Shinomiya-senpai, memikirkan kalau sekarang itu waktu yang terbaik.
"…Jadi kamu tidak bilang pada Inatomi-senpai."
"Hmm... ...Soal apa yang kamu bilang padaku sebelumnya? Apa aku perlu bilang padanya?"
"Tidak juga… Tetapi, kamu harusnya paham kalau aku tidak menghormati Inatomi-senpai. Aku pikir kalau itu kamu, Senpai, kamu tidak akan biarkan kouhai cowok yang mendekatinya lagi."
"Mustahil aku lakukan itu. Belum lagi─"
Mungkin karena aku memutuskan untuk tidak mengingat apa yang aku lihat saat itu, aku tidak bisa mengingat ekspresi galau Shinomiya-senpai saat itu. Namun, aku juga tidak perlu melakukan itu, karena di depanku saat ini, Senpai sedang tersenyum lembut seakan-akan dia tidak punya kekhawatiran di dunia ini.
"Kamu itu donatur yang mengubah Yuyu. Aku pasti tidak akan meremehkanmu."
"…Hah? Donatur?"
Donatur? Mengapa aku jadi pengaruh besar kayak gitu? Aku tidak ingat kalau aku pernah melakukan apa-apa buat Inatomi-senpai, aku cuma menghindari apa saja yang mengganggu dengan respons yang tidak jelas saja. Tetapi, seorang donatur…?
"Seperti yang kamu bilang, dalam anggapan Yuyu mungkin ada sedikit rasa sombong. Tetapi, Sajou... yang dibutuhkan itu bukanlah kebenaran atau rasionalitas. Itu merupakan eksistensi yang menerimanya…. Yuyu membutuhkan penuntun yang akan membuatnya mulai berpikir kalau cowok yang sulit dia tangani pun, punya bagian yang bagus di dalam diri mereka."
"Penuntun, ya..."
"Kata-kata dan anggukan yang kamu berikan pada Yuyu sebelumnya ini mungkin begitu… Tetapi begini, dalam jangka panjang, itu akan memberi Yuyu kepercayaan diri. Sejak saat itu, dia membiarkan dirinya lepas seakan-akan dia mulai menaiki tangga untuk jadi manusia yang lebih baik. Aku tidak tahu ini kedengarannya bagaimana, tetapi untuk seseorang yang sangat pendiam, tindakan semacam ini mungkin cocok buatnya yang mau jadi manusia yang lebih baik."
"…"
"Mengesampingkan prosesnya… Orang yang menuntunnya untuk mulai begini tidak lain tidak bukan itu kamu, Sajou."
"Itu, cuma murni kebetulan."
"Aku tidak peduli. Lagipula, tanpa campur tanganmu yang tidak perlu, ini tidak akan terjadi sejak awal."
"…"
Seorang cowok yang tidak pandai bicara sama sekali, memanggil seorang cewek di tempat yang tidak ada orang lain di sekitarnya cuma akan membuatnya ketakutan. Pemikiran itu tidak akan berubah sampai sekarang, jadi aku tidak akan lakukan hal yang sama lagi. Kalau aku melihat seorang cewek berjalan-jalan membawa sesuatu yang berat, selama aku tidak mengenalnya secara pribadi, aku mungkin akan mengabaikannya.
"Aku rasa aku tidak akan memanggilnya lagi, kamu tahu?"
"Itu tidak masalah. Itu bukan berarti hal buruk juga akan terjadi. Dalam hal ini, itu menuntunnya ke arah yang lebih bagus."
"Iya... hasilnya memang bagus, aku rasa."
Dia takut pada cowok… Dalam skenario terburuk, dia akan memanggil seorang guru, dan akulah yang akan menderita. Mungkin, ketimbang Inatomi-senpai, sebenarnya akulah yang beruntung.
"Percayalah pada dirimu sendiri, Sajou. Kamu bukan cuma menolong Yuyu, tetapi juga menolong aku menyelesaikan masalahku."
"Memangnya aku sudah melakukan apa?"
"Seperti yang kamu sarankan, aku cuma menepuk bahu kouhai-ku, yang tampak bermasalah, dengan 'Jangan khawatir soal itu'. Kalau begitu, kamu tahu… Yuyu… Yuyu tersenyum bahagia saat dia bersandar padaku… Serius, deh, dia cuma terlalu… Ahhhh…!"
"…"
Aku bisa membayangkan Senpai mengusap kepala cewek yang memakai pita merah itu. Cuma karena itu saja, aku bisa merasakan mimisan yang datang… Maaf mengganggu ucapanmu, tetapi bolehkah aku memiringkan kepalaku sejenak?
"...Tetapi tetap saja, benar-benar kejadian yang luar biasa."
"Aku kira frasa itu milik sinetron (sinetron historis) yang sudah tayang sejak lama."
"Iya, pokoknya, aku tidak akan pernah membayangkan kamu jadi adiknya Kaede. Aku terkejut mendengar itu langsung darinya."
"…! Sudah aku duga, kamu kenal Kakak, ya."
"Kami sudah saling kenal sejak masa kelas sepuluh kami. Kamu tahu, aku mengalami banyak kejadian yang buruk dengannya saat itu."
Kakak, dua tahun yang lalu, ya… itu memang debut SMA-nya, dia mewarnai rambutnya jadi pirang tepat setelah dia masuk SMA.
Ah, kapan Kakak memutuskan untuk debut sebagai 'gyaru', ya? Iya, aku tahu kalau aku bukan orang yang suka bicara, tetapi aku benar-benar berpikir Kakak sudah gila saat itu.
"Ah… waktu dulu, ya."
"Itu benar, kamu pasti tahu soal itu, mengingat kamu itu adiknya. Aku tidak bisa diam saat melihatnya… Aku tidak ingat berapa banyak waktu, darah, air mata, dan keringat yang aku keluarkan untuk mengoreksinya."
"Tidak mau dengar soal itu. Diamlah!"
"Hehe…"
Meskipun aku mendengar soal masa lalu Kakak yang kelam mungkin bisa membantuku memahami kelemahannya, aku lebih suka tidak mendengarnya.
Karena saat aku perhatikan, aku punya reaksi yang cukup kuat padanya. Aku menutup telingaku, mengalihkan pandanganku, dan mencoba pergi. Namun, bentuk tawa mengejek Shinomiya-senpai bergema di kepalaku.
"Sampai jumpa lagi, Wataru!"
Hentikan! Jangan tiba-tiba memperdekat jarak di antara hati kita kayak gitu! Aahh, aku akan meledak! Ledakan terakhir!
(TL English Note: Referensi Dragon Ball.)
Meskipun kamu tiba-tiba menyuruhku untuk percaya diri, aku tidak tahu apa yang mesti aku lakukan. Maksudku, aku juga tidak kehilangan kepercayaan diriku, aku cuma merusak kepercayaan diriku yang berlebihan. Jadi jangan salah paham, Rin-senpai!
(TL Note: Lah, si MC ketularan manggil pake nama panggilan.)
…Aah, hatiku tertarik ke arahnya!? (Suara feminim)
Sudah aku duga, seorang wanita yang bersikap dewasa memang sangat menakutkan.
Author Note: Tetapi kamu suka mereka (cewek yang tumbuh dewasa.)
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/