Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 2 Bab 43 - Lintas Ninja Translation

Bab 43
Istana Raja Iblis (Utopia)

Apa itu istana Raja Iblis...?!

Dari luar tampak seperti rumah biasa, namun mengapa tampak sangat besar dan megah? Mungkin, rumahku itu bukan rumah, tetapi cuma kandang kuda?

"I-Iya, mari kita masuk." (Suara bernada tinggi)

"Jangan teruskan sikap itu di depan Airi, oke…"

"Euhh…"

"Me-Mengapa kamu kayak mau menangis?"

Rencanaku untuk pura-pura sebagai seorang cewek ditolak.

Apalagi yang bisa aku lakukan dalam situasi ini?  Iya, itu cuma menyerah saja.

Aku tidak punya pilihan lain selain menerima kakiku yang gemetaran, dan kepalaku yang kosong. Tidak ada yang bisa dilakukan.

Aku rasa, aku baru saja mencapai pencerahan.  Tolong ambil saja nyawaku, Buddha.

"A-Apa kamu benci datang ke rumahku sampai segitunya…?"

"Ah, s*alan, sekarang aku benar-benar mau bertemu dengan adikmu. Boleh tidak aku memeluknya nanti?"

"Aku akan memukulmu."

"Aduuuh~"

Hampir saja, aku hampir duduk kayak anjing.  Meskipun 'Aduuuh~' keluar dari mulutku, di dalam hatiku, itu sebenarnya 'guk~'.

Dia benar-benar pandai tidak tersentak sedikit pun namun memancarkan tekanan yang menakutkan. Kalau aku memang seekor anjing, aku akan mengibaskan ekorku, guk~.

"Ayolah, mari kita masuk sekarang!"

"GLEK, A-Aku paham, aku sudah paham, kok…!"

Apa Natsukawa sebenarnya seorang cewek karnivora? 

(TL English Note: Di Jepang, ada istilah Karnivora dan Herbivora untuk cowok dan cewek, di mana karnivora itu orang yang tegas dan suka berinisiatif terlebih dahulu saat berhubungan asmara.)

Maksudku, dari sudut pandang orang luar, tampaknya dia menyeret seorang cowok ke rumahnya. Dan aku merasa cukup terhormat untuk ditempatkan dalam peran penting tersebut. Ngomong-ngomong, apa yang mesti aku lakukan dengan impulsku yang sulit ditahan lagi? Apa? Melompat ke laut? Mengerti, aku akan melakukan perjalanan ke pantai nanti.

"Ma-Masuklah diam-diam, oke."

"Eh, kita masuknya kayak gitu?"

"Kalau tidak, kita akan ketahuan Ibu."

"Jadi, ibumu tersayang ada di rumah."

Rasanya seperti roh seorang penjual bisnis tiba-tiba merasukiku.

Bagaimanapun, itu penilaian yang bagus, daku. Mari kita lakukan itu kalau-kalau terjadi sesuatu. Juga, apa seburuk itu buat ibumu untuk mengetahuinya? Aku juga bisa menyapanya dengan normal, kamu tahu. Padahal aku tidak membawa buah tangan apa-apa. Ah, kamu tidak mau ibumu melihatku? Yang benar? Itu tidak benar…bukan?

Aku mengikuti Natsukawa, yang menyelinap di depanku.

Apa ini akan baik-baik saja? Kalau Ibunya menemukan kami sekarang, dia cuma akan mengira kalau kami berencana melakukan sesuatu yang 'keji', bukan?

"…!"

Natsukawa membuka pintu depan, dan aku segera bergabung dengannya. I-Ini…! Udara dipenuhi dengan aroma harum Natsukawa…!

Eh, bukannya ini buruk? Seluruh udara di rumah ini terasa seperti Natsukawa. Iya, bagaimanapun juga ini rumahnya. Meskipun begitu, itu terlalu merangsang untuk cowo remaja kayak aku. Aroma rumah seseorang itu ada, bukan? …Iya, saat aku main ke rumah b*j*ngan itu, itu cuma untuk bermain gim, jadi aku belum pernah terlalu sadar akan hal ini… Bagaimanapun, aku mesti menghadapi hal ini.  Bertahanlah, daku…! Ini memang situasi lakukan atau mati…!

Waktu untuk mengaktifkan ulang pikiranku… Misi dimulai! Tujuan dari misi ini: Temuilah adik tersayang Natsukawa tanpa ketahuan. Batas waktu sampai waktu makan malam di Kediaman Sajou.

"─Aah! Kakak!"

"A-Airi...!"

"Misi selesai! Saatnya mundur dari sini!"

"Tunggu, kamu mau pergi ke mana?!"

Seorang cewek berusia sekitar lima tahun memunculkan kepalanya dari pintu bergaya yang menghubungkan lorong ke ruang tamu.  Melalui kaca transparan yang tergantung di tengah pintu, aku dapat melihat sosok Ibunda tercinta Natsukawa. Tampaknya, misi gagal.

Makanya, bisa tidak kamu lepaskan aku, Natsukawa-san? Kita sudah ketahuan. Dan lebih dari itu, tekanan darahku tidak berhenti naik.

"Kakak! ─Dan, siapa?"

"Aku Sajou Wataru. Aku sangat senang bertemu denganmu, Airi-san."

"Jangan berikan sapaan yang lebai, ah..."

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-43-di-lintas-ninja-translation

Semangat para penjual bisnis yang merasukiku, oke! Aku ini seorang abang yang baik hati. Aku sudah terbiasa berurusan dengan anak kecil, jadi tolong tidak usah khawatir, aku dapat bertindak dengan baik untuk apa saja yang mungkin dilakukan seorang anak kecil─Aku sendiri juga punya adik cewek, kamu tahu? …Di seberang layar itu. 

(TL English Note: Maksudnya 2 Dimensi.)

Saat aku membuat alasan lemah di kepalaku, Airi-chan diangkat dari belakang punggungnya.  Kemunculan Ibunda Natsukawa yang tiba-tiba membuatku terdiam.

"─Astaga? Apa kamu mengajak teman lain dari sekolah lagi, Aika?"

"I-Iya."

"Ah, halo. Nama saya Sajou Wataru. Salam kenal, Tante."

A-Aaah… sapaanku berjalan lebih lancar ketimbang yang aku duga. Aku kira 'lidah fasih' yang benar-benar muncul padaku dengan sendirinya ketika saatnya tiba. Iya, bukannya aku sebenarnya tidak terlalu kehilangan kata-kata?

Dengan sedikit lega, aku menatap ibunya Natsukawa. Dari wajahnya, aku bisa tahu kalau dia memang ibunya Natsukawa. Ketimbang bersikap baik, rasanya beliau itu orang yang sangat rajin dan jujur.

"Sajou-kun, begitu ya. Salam kenal───Tunggu, cuma cowok ini saja hari ini?"

"Euhh… I-Iya."

"As-Astaga… apa mungkin hari ini di kamarmu, ya, Aika?"

"Ti-Tidak, Ibu salah paham, tahu?! Di kamar Airi! Kami akan gunakan kamar Airi, oke!"

"Be-Begitu ya?"

Ah, jadi dia memang ibu yang kayak gitu. Tipe yang bicara dengan putrinya secara setara, kayak dia itu sebaya. Itu membuatku agak lebih lega dan sedikit menenangkan kakiku yang gemetar. Karena ini memang ibunya Natsukawa yang sedang kita bicarakan, aku rasa dia pasti orangnya tegas. Aku senang dia bukan tipe pimpinan perusahaan yang tegang… Ngomong-ngomong, aku rasa akan lebih baik kalau dia tidak tahu soalku. Maksudku, kalau beliau tahu aku mengganggu putrinya…

"Tataaapー."

Oh, Airi-chan sedang menatap... menatapku kayak orang gila. Perhatikan dia dengan baik-baik, dia itu benar-benar imut. Seorang bidadari tanpa diragukan lagi. Mata bulatnya yang besar dan cantik itu menggemaskan, aku bisa paham mengapa Natsukawa sangat terobsesi padanya. Sudah aku duga, adik cewek itu memang yang terbaik. Aku juga mau punya adik cewek kayak dia. Aku rasa aku akan merusak layar begitu aku tiba di rumah nanti.

"Ma-Maaf soal ibuku."

"Tidak usah khawatir, lebih dari itu, maafkan aku karena tiba-tiba menerobos masuk ke sini."

"Tidak usah khawatir soal itu…!"

"Imut──Mhh!"

"He-Hei! Jangan lakukan itu di depan Airi!"

Be-Benar. Setiap kali ini soal adiknya, Natsukawa jadi sangat serius. Aku perlu menahan diri dari hal-hal semacam itu... Aku harap aku dapat menahan dorongan hatiku, meskipun...

Natsukawa mengajakku ke kamar anak kecil, dengan tikar bersama di lantai, menciptakan perasaan penuh warna di kamar / Ada perosotan kecil dan bahkan tempat gelayutan. Selain itu, ada banyak hal lain seperti blok bangunan. Aku tahu kalau Airi-chan benar-benar disayangi.

Aku disuruh duduk di meja bundar kecil di tengah kamar, dan segera Natsukawa kembali dengan membawa teh.

"Situasi ini lumayan."

"Ja-Jangan bilang begitu, aku sudah berusaha keras untuk tidak menyadarinya."

"…Meskipun kamu sampai berusaha sejauh ini cuma agar aku bertemu dengannya?"

"…"

Meskipun situasinya jadi kayak gini, Natsukawa bersikeras membuatku bertemu dengan adiknya. Menurut Ashida, kalau bukan karena itu, Natsukawa tidak akan menerima situasi ini. Aku memang belum pernah dengar itu dari orangnya langsung... tetapi dia juga tidak menyangkalnya, dan lebih dari itu, aku sudah bisa menebak dari sikapnya.

"Ah."

Saat kami sedang mengobrol begitu, Airi-chan berjalan ke arahku, dan berdiri di depanku, yang sedang duduk bersila.

"…Takaaki?"

"…Hmm? Takaaki?"

"I-Itu…"

Mungkin nama ayah mereka? Tidak, dia tidak akan memanggil namanya kayak gitu… ...Kalau begitu, itu pasti nama cowok lain. Ah, aku dengar dia sangat menempel pada Sasaki. Hmm, aku merasa ibunya memanggilnya 'Takaaki' saat Yamazaki dan aku datang ke rumahnya untuk bermain 'Winning Eleven'.

"Airi, Abang ini namanya 'Wataru'."

"Waataaru?"

"Hihi, betapa lucunya cara menyebutkan nama itu."

"…"

Apa pemandangan ini… Surga? Apa ini memang surga? Aku dikelilingi oleh seorang Dewi dan seorang bidadari. Sejak kapan aku dipanggil ke surga? Pertama-tama, memangnya aku diizinkan ada di sini?

Karena pemandangan yang menyilaukan di depan mataku ini, aku cuma bisa menyipitkan mataku. Rasanya kayak aku sedang menyaksikan sesuatu yang harusnya tidak aku saksikan. Yang benar saja, apa yang mesti aku lakukan sekarang…

"Ayolah, perkenalkan dirimu, Wataru."

"O-Oke."

Natsukawa menunjukkan padaku ekspresi tulus yang belum pernah aku lihat di wajahnya sebelumnya. Nada suaranya pun cukup bagus untuk membuatku melamun, apalagi dia memanggilku dengan namaku.

Eh, apakah semua kakak (cewek) di dunia ini mesti bertingkah kayak dia? Apa aneh buatku kalau aku jadi bingung begini...? Tidak, itu berarti cuma Kakak (-ku) saja yang aneh.

"…Bukannya nama itu cukup sulit untuk diucapkan? Airi-chan, panggil saja aku 'Sajoー'."

"Sajoー"

"Benar, Sajoー"

"Sajoー!"

"Sajoー!"

"Kamu tidak perlu bertingkah kayak anak kecil juga..."

Ah, tidak bagus, keinginanku jadi liar. Aku rasa sifat adik internalku tertarik pada sifat kakaknya Natsukawa. Secara tidak sadar, aku mengalami kemunduran jadi bocil untuk sesaat di sana. Iya, aku menyerah, lagipula aku itu ngeres. Aku cuma mau bantal pangkuan.

Airi-chan terus mengulangi 'Sajoー', dia juga meneriakkan itu sambil mengangkat satu tangan seperti pose Ultra*an.

Lebih dari itu, aku senang karena dia berhasil mengingat namaku. Aku merasa nama keluargaku punya cincin yang bagus untuk itu.

"Sajoー! Kepala yang aneh!"

"Natsukawa, tunggu disini, biarkan aku mewarnai rambutku dengan sangat cepat."

"Menyerah sajalah soal itu sekarang."

Maksudku, dia menyebut gaya rambut dua warnaku ini aneh…! Iya, aku sendiri juga tahu itu. Bagaimanapun, aku benar-benar perlu melakukan sesuatu soal rambutku ini. Aku tidak keberatan membiarkannya kayak gini untuk sementara waktu. Aku tidak benar-benar punya preferensi dalam warna apa rambutku harusnya. Tetapi, kalau dicampur coklat pasti kelihatan jorok, iyuh, bukan.

"Sajoー! Gendong!"

"Eh?"

"Gendong!"

Gen-Gendong? Bagaimana cara melakukannya?  Cuma mengangkatnya saja dan… apa yang mesti aku lakukan setelah itu? Euhh… Se-Sekarang sudah begini, aku perlu membuat cara menggendong yang baru, dan itu akan diberi nama, 'gendongan putri'…!

"Apa yang kamu lakukan?"

"Ah, ini…"

"Berdirilah."

"O-Oke…"

Natsukawa pasti sudah tahu kalau aku kebingungan, dan memberikan tindak lanjut.  Aku berdiri saat dia menyuruhku. Tanpa bergerak, aku berdiri 'sambil diperhatikan'.

"Tidak sesusah itu, kok. Lakukanlah saja apa yang terlintas dalam benakmu."

"Siap, Nyonya."

"Bilang 'Siap' saja sudah cukup."

"A-Ashiap."

Namanya juga Natsukawa. Keahliannya sebagai kakak memang ada di level lain. Kalau kami tidak dalam situasi kayak gini, aku mungkin akan mundur jadi cowok, jadi adiknya dan dimanjakan olehnya… Aku selalu mendambakan seorang kakak yang seperti dia…

"Airi-chan, aku akan menggendongmu, siap?"

"Mmm?"

"Apakah ini jawaban terakhirmu?"

"Mana mungkin dia akan paham itu… ...Lakukan saja."

"Oke."

Euhm, apa yang mesti aku lakukan tadi… Cuma mengangkatnya di bawah lengannya kayak biasa saja, dan meletakkannya di dadaku…? Hmm…?  Aku rasa itu akan sulit dilakukan pada ukuran tubuhnya...

Saat aku kebingungan, Natsukawa mendekatiku untuk memberikan beberapa instruksi.

"Dengarkan aku, oke? Pertama, kamu membuat tempat duduk dengan lengan kiri, lalu meletakkannya di sana. Lengan kananmu itu jadi bagian belakang tempat duduk dalam hal itu. Itu akan membuatnya dalam posisi yang aman, sehingga dia bisa santai."

"O-Ooohh.. itu jadi jauh lebih mudah."

"Benar? Dan juga, tempatkan dia pada tingkat yang sama dengan sudut pandangmu. Airi jadi mendongak ke arahmu."

"Ma-Maaf."

Aku memberikan sedikit lebih banyak kekuatan ke lenganku, mendorong Airi-chan ke atas. Tepat saat kami ada di level yang sama, Airi-chan meletakkan tangannya di atas kepalaku, menyentuh rambutku.

"Eh? Eeh? Apa yang dia lakukan?"

"Menyentuh rambutmu. Rambut itu… ganti warnanya dong?"

"Benar… Hmm, Natsukawa, kamu lebih suka yang mana? Rambut hitam atau coklat?"

"I-Itu─"

"Sama seperti Kakak!"

"Dimengerti."

"Aku mohon jangan."

Warna yang sama dengan Natsukawa… Lumayan juga. Persamaan kami akan jauh lebih bagus dengan begitu, juga aku benar-benar penasaran aku akan kelihatan kayak bagaimana, ya, kalau rambutku coklat kemerahan.  Kompensasinya yaitu jarak di antara hati kami… Kompensasi macam apa itu…

"Kok bisaー?", Airi-chan memiringkan kepalanya dengan bingung.

Melakukan itu sambil memegang tanganku punya kekuatan penghancur yang cukup besar.  Yang benar saja, deh, mendapati dua orang  bersaudari, dua-duanya imut dan cantik membuatku penasaran, perbuatan baik apa yang mereka lakukan di kehidupan sebelumnya… Aku? Aku mungkin cuma petani biasa di kehidupanku yang sebelumnya.

"Hei, heiー, kok bisa sih kamu ganti warna kayak gitu?"

"Begitu kamu jadi dewasa, kamu bisa ganti warna sebanyak yang kamu mau."

"Ehhhー, tidak adil."

"Orang dewasa memang tidak pernah adil."

"Hei!"

"Uhee."

Menambahkan komentar yang tidak perlu di bagian akhir, Natsukawa mencubit pipiku, menariknya ke samping.

Aku yakin kalau aku pasti menunjukkan wajah aneh sekarang. Tetapi, Airi-chan tertawa terbahak-bahak. Senyuman yang luar biasa, aku akan melakukan hal yang sama untukmu nanti setelah Natsukawa tidak melihatnya.

"Ehehe, ehehehe"

"Apwa?"

Airi-chan ikutan juga, dan menarik pipiku yang lain. Dia senang bermain-main dengan pipiku.  Dia tertawa sambil mencoba meremas atau menariknya. Dan semakin aku mengeluarkan suara aneh, semakin keras tawanya.

Dia pasti banyak tertawa. Dia pasti akan populer nanti, kayak Natsukawa… tidak, bahkan mungkin lebih populer dari Natsukawa.

"Fufu, fufufu."

…Hmm? Permisi, Natsukawa-san…? Bukannya kamu sendiri juga keenakan? Kamu tidak menunjukkan niat untuk melepaskan pipiku.

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-43-di-lintas-ninja-translation

…Iya, terserahlah. Sangat jarang dia menyentuhku kayak gini. Ini mungkin yang terakhir kali dia lakukan... Aduh, duh, Airi-chan, kukumu, kukumu…!

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama