Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 2 Bab 60 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-60-di-lintas-ninja-translation

Bab 60
Rahasia Kekuatan

Besok itu liburan musim panasku...♪ Aku akan melupakan semua keluh kesah soal belajar dan bergembira...♪ Aku akan pergi ke pantai, festival, pertunjukan kembang api, dan juga bepergian! Aku ingin tahu yang mana yang harus aku mulai duluan.~♪♪♪

"Tetapi tunggu dulu, mengapa aku ada di sini?"

"Bagaimana menurutmu soal rumahku?"

"Rumahmu atau... ...mansionmu? Tidak, jadi ini rumahmu, ya...?"

Kalau kamu bertanya padaku seperti apa rumahmu itu, aku akan jawab rumahmu ini mirip dengan rumah Isono-san. Kalau kamu bertanya padaku rumah Isono-san yang mana, aku cuma bisa bilang pokoknya rumah Isono-san saja. Ini merupakan awal dari era baru, tetapi kemungkinan besar akan ada gudang-gudang bergaya era Showa. Hey! Say! JUMP*.

(TL Note: Hey! Say! JUMP adalah grup idola laki-laki asal Jepang.)

Mengunjungi rumah seorang cewek SMA, meskipun dia itu senpai-ku, harusnya lebih mengasyikkan, bukan? Ini memang kebalikan dari apa yang aku rasakan saat aku mengunjungi rumah Natsukawa. Apa-apaan dengan kelemahan ini? Aku dapat merasakan hawa panas yang datang dari arah tertentu.

"Ini memang sebuah rumah, tetapi pekarangannya sungguh luar biasa. Lihat, ada sebuah dojo di sana."

"Yang benar? Ada sebuah dojo di sana?"

"Bukankah aku barusan sudah bilang padamu?"

Jangan berharap aku akan memahamimu pada percobaan pertama. Aku hampir tidak bisa menirukannya kembali dan memahami keberadaan dojo itu. Astaga. Ada banyak suara yang sangat keras yang datang dari gedung itu, bukan? Senpai, rumahmu dihuni oleh keluarga besarmu, bukan?

"Tunggu dulu, mengapa aku ada di dojo sebelum liburan musim panas kayak gini?"

"Tidak, ini tidak sesulit itu, kok. Kamu mungkin menganggap ini semacam seni bela diri, tetapi sebenarnya ini bukan. Jadi, anggap saja ini sebagai sedikit pengalaman uji coba."

"..."

Kalau begitu itu apa? Aku belum pernah melakukan seni bela diri, jadi apa gunanya dojo kalau aku tidak tahu apa-apa soal itu? Apa yang kamu coba ajarkan padaku? Tunggu, kamu tidak bisa tiba-tiba membuka pintu kayak gitu—.

"Maaf mengganggu!"

"Eh, maaf mengganggu, eh, eh!?"

Aku rasa kamu mesti mengajariku terlebih dahulu, seperti cara menyapa orang saat aku masuk. Yang membuatku terkejut yaitu Senpai membukakan pintu samping di depanku, bukan pintu yang ada di depannya. Apa kamu mesti sekeras itu? Berkat itu, seorang kakek-kakek yang tampak seperti seorang instruktur yang sangat tua dan sekelompok cowok kuat menatapku sekaligus, bukan?

"Hahaha, Sajou. Hahaha."

"Senpai. Aku akan mengangkat tanganku pada seorang cewek untuk pertama kalinya."

"Maaf soal itu. Ini cuma lelucon kecil yang aku siapkan untuk teman-teman yang aku ajak berkunjung untuk pertama kalinya! Yuyu dan Ayano juga punya ekspresi wajah yang lucu. Apalagi Yuyu."

Siapa itu Ayano? ...Oh, dia ini Mita-senpai yang biasa bersama mereka, ya. Apa yang sedang dilakukan orang ini? Lihatlah, kakek yang seperti instruktur itu juga menatapku dengan mata tercengang — ia juga memelototiku, hei, mengapa kamu melakukan ini? Aku akan pulang saja.

Tolong biarkan saja aku pulang.

"Senpai itu? Kamu membicarakan hal lain, bukan? Ada orang-orang yang tampak seperti ahli karate atau judo yang sedang berlatih bersama!"

"Jangan bicara dengan cara yang vulgar. Memang benar kalau ada asisten instruktur bela diri, tetapi mereka itu orang-orang yang datang dari luar. Cuma mereka yang mau melakukannya saja yang menerima pelatihan khusus dari mereka."

"A-Aku tidak bisa percaya itu...!"

"Percayalah."

Bagaimana bisa seseorang memilih jalan yang sulit atas kemauannya sendiri? ...Siapa sih orang yang memilih seni bela diri selain anak-anak yang dipaksa oleh orang tua mereka? ...Apa gunanya pergi dan terluka saat kalian sudah cukup umur? Aku pernah dengar atlet Olimpiade bilang kalau mereka pada awalnya tidak tertarik pada bela diri, tetapi mereka tidak bisa mundur, jadi mereka melakukannya sampai mencapai puncaknya!

"Kami tidak mengajarkan seni bela diri, tetapi kami mengajarkan spiritualitas."

"'Spiritualitas'?"

"Ini memang mirip seperti di dalam seni bela diri, tetapi suasana hati orang berubah-ubah tergantung waktu dan situasi, bukan? Apa mereka bisa jadi kuat ataupun lemah tergantung pada kenyataannya, bukan?"

"Oh, iya, aku paham soal itu."

"Spiritualitas yaitu soal berusaha untuk dapat menemukan solusi yang paling sesuai dengan situasimu. Ini lebih merupakan sebuah pelajaran ketimbang olahraga."

"Jadi ini lebih mirip belajar, ya? Aku benci itu."

"Kaede yang bilang padaku, kamu tahu? Aku sudah dengar dari Kaede kalau yang kamu lakukan di rumah cuma bermain gim. Kamu tidak akan jadi lebih kuat kalau kamu cuma bermain di depan layar."

"Tidak, tidak... — Hei, jangan pegang aku kayak gitu! Shinomiya-senpai? Apa sih yang kamu rencanakan padaku?!"

"Gim harusnya akan membuatmu jadi semakin kuat juga!"

"Kamu baru saja kepikiran hal itu, bukan!?!?"

Ketimbang mencoba melarikan diri, aku malah mencoba untuk pulang. Dan lalu Ketua Komite Disiplin, yang mencengkeram lengan bajuku dengan erat dan berusaha agar tidak aku tidak melepaskan diri. Mengapa kamu tersenyum dengan sangat menantang? Ini merupakan spiritualitas, bukan? Pertama-tama, kamu tidak tampak terlatih dengan baik saat di depan Inatomi-senpai!

"Lepaskan aku, aku mohon!"

Suara shinai yang dipukul tiba-tiba menggema. Kami terkejut dan terdiam. Aku yakin kalau aku bisa saja keluar dari sana saat itu, tetapi aku terlalu takut untuk bergerak. Saat aku berbalik dan memeriksanya, kakek yang seperti instruktur senior yang tampak pemalu itu dari tadi memelototiku dengan shinai yang diayunkan ke lantai.

"Kalian berdua di sana, mendekatlah padaku."

"Baiklah!"

Aku yakin aku pasti sudah memberikan respons terbaik di dunia saat ini. Kaki yang melangkah untuk menjauh dari Shinomiya-senpai menghasilkan suara yang setara dengan suara shinai yang diayunkan ke lantai.

"Aku tidak akan pernah mendekatinya lagi!"

"Hei, Sajou."

Hei, kepalamu itu terlalu tinggi, Shinomiya-senpai, turunkan kepalamu atau kamu akan terbunuh. Lihatlah roh itu, tampaknya ia bisa dengan mudah membunuh seekor burung pipit dan aku cuma dengan shinai itu. Eh, aku belum mati....? Apa aku sudah mati...? *Bertahan hidup.

"Rin, siapa cowok ini?"

"Ini kouhai-ku, Sajou. Aku mencoba mengajaknya untuk ikut dalam Komite Disiplin."

Sudah aku duga, kalau kamu punya pola pikir kayak gitu, bukan? Aku kira itu aneh karena kamu mengajakku ke sini secara dadakan! Aku penasaran mengapa aku mesti melatih pikiranku? Bukannya ini terlalu cepat? Sudah berapa bulan kami saling berbicara!?

"Hah...? Kakek kira cucuku membawa seorang pacar ke sini, tetapi ternyata ia cuma kouhai-mu."

"Tunggu, jangan salah paham, oke! Aku cuma membawanya ke sini melatih jiwanya yang lemah!"

"!?"

Eh! Ada apa dengan nada bicara cewek SMA yang agak normal saat ini? Shinomiya-senpai juga bisa bicara kayak gitu! Dorongan! Kamu benar, Senpai! Ada baiknya kamu bisa kembali jadi seorang cewek biasa lagi di depan kakekmu! Dan kalau bisa, pertahankan itu mulai sekarang—.

"Kamu, anak bandel."

"Eekk!?"

Aku seekor burung pipit! Aku ada di depan kakeknya yang menakutkan! Karena beberapa alasan, ia menatapku dengan sorotan matanya yang tajam, membuatku merasa tertekan! Ini masih hari Rabu, hari pertengahan dalam satu pekan, dan aku ini seorang pekerja kantoran! Kantorku itu Kastil Iblis!

"Nak... ...Apa namamu Sajou?"

"Bukan, namaku Yamazaki..."

"Hngh?"

"Iya, aku Sajou."

Aku salah bicara. Aku akan disingkirkan dari hidupku. Oh, tidak, ini gawat.

Saat kakek itu menatapku, matanya perlahan-lahan berubah seakan-akan ia sedang melihat seekor serangga. Pertama kali aku bertemu dengannya, aku penasaran mengapa ia menatapku kayak gitu, tetapi saat aku menganggap kalau ia dilahirkan di dunia yang berbeda atas nama seorang ahli seni bela diri, aku benar-benar yakin kalau ia itu seorang juara yang sudah mencapai masa keemasannya di masa lalu. Satu-satunya bagian dari kakek itu yaitu dari leher ke atas. Kalau kalian cuma melihat otot-otot di lengannya, ia benar-benar sudah lebih tua dari kalian.

"Kamu itu lemah sekali."

"Makanya aku mencoba melatihnya."

"Apa menurutmu cowok ini bisa jadi lebih kuat?"

"Maka dari tadi aku mau pulang saja."

Lalu, terjadi adu argumen antara Senpai dan aku. Aku harap kakek ini membenciku sampai akhir. Entah mengapa, aku merasa kalau aku sudah melampaui itu dan aku mulai mencium sesuatu yang berbahaya. Aku tidak yakin apa yang mesti aku katakan di sini, tetapi ke mana arah pandangan kakek ini—? Apa kakek ini melihat ke bagian di mana Senpai mencengkeram lenganku?

Eumm... baiklah, jangan sampai kamu mencengkeram lenganku terlalu erat, Senpai. Aku bisa melihat kilauan dan sinar yang keluar dari matanya dan diarahkan padaku. Kontak, pertama-tama, mari kita hentikan kontak dulu. Bagaimana denganmu yang merupakan Ketua Komite Disiplin? Ini merupakan hubungan heteroseksual yang tidak murni.

"Nak, apa hubungan yang kamu punya dengan Rin?"

"Kakakku itu teman gyarunya."

"Tidak, bukan begitu!"

...Eh, bukan, ya?

Saat aku mengatakan padanya kalau sahabat Senpai itu kakakku dan aku itu adiknya (setelah adu argumen yang panjang), ia mengubah sikapnya, bilang kalau "Aku mesti menunjukkan rasa hormat pada kerabat sahabat cucuku yang cuma punya sedikit teman.". Aku diberi tahu bahwa "Aku rasa kamu belum cukup kuat untuk menyerang cucuku dengan cara apapun", yang membuatku memperkuat pikiranku karena hatiku sudah terlatih untuk terluka.

"Spiritualitas dapat digunakan di zaman modern ini untuk keuntunganmu dalam segala situasi. Saat kamu ada di depan orang-orang, saat kamu sedang berdiskusi, saat kamu memberikan presentasi, saat kamu menghadapi atasan yang tidak masuk akal dan menyebalkan, pikiran kebanyakan orang jadi kosong, tetapi kamu dapat menjaga pikiranmu tetap tenang di sana."

Kakek ini mengurung dirinya sendiri di dalam kandang. Apa yang terjadi padamu saat kamu masih muda? Ia pasti tipe orang yang terlambat berkembang.

Tetapi, dari apa yang aku dengar, kedengarannya bagus. Itulah hal yang terbagus yang dapat dilakukan saat aku sedang kehilangan kesabaran. Kalau kalian bertanya padaku, inilah mentalitas yang pasti dapat digunakan dalam situasi yang paling buruk bahkan untuk orang-orang dengan semangat rendah. Aku mulai tertarik.

"Sudah berapa lama kamu berlatih, Shinomiya-senpai?"

"Aku cuma bisa bilang kalau ini sudah aku lakukan sejak aku masih kecil, aku tidak ingat."

"Meskipun begitu, di depan Inatomi-senpai, kamu kewalahan——."

"Itu lain ceritanya, Sajou. Kamu mesti mengagumi apa yang mesti kamu kagumi. Akan membosankan kalau melihat seekor burung kecil atau sekuntum bunga dengan wajah yang tetap serius tetapi tanpa emosi, bukan?"

Seekor burung kecil, sekuntum bunga dan Inatomi-senpai. Aku merasa seperti bisa menulis puisi. Saat aku meminta Inatomi-senpai untuk membacakan puisi di kepalaku, suaranya perlahan-lahan berubah jadi cadel. Apa itu aneh? Mengapa suaranya yang kekanak-kanakan sangat kental, padahal penampilannya tidak berubah?

Author Note: Inatomi Yuyu (disulihsuarakan oleh Inatomi Yuyu).

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama