Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 2 Bab 61 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-61-di-lintas-ninja-translation

Bab 61

Pola Pikir

"Ada sebuah istilah yang disebut "kesatuan spiritual". Istilah ini punya cita rasa Buddhis yang kuat, dan kalau kalian membuka kamus, kalian akan menemukan definisinya, tetapi ini cuma sesuatu yang bisa didefinisikan oleh para ahli untuk saat ini. Pikirkanlah berbagai macam definisi yang ada."

"Ha-Hah...?"

Melakukan zazen*. Aku mencoba duduk, tetapi aku tidak bisa melakukan itu dengan cara yang ahli seperti yang ada dalam benakku, jadi aku cuma duduk bersila. Tetapi tampaknya itu berhasil. Aku juga diberi tahu kalau meletakkan jari-jari kakiku di atas lutut itu salah karena kakiku kaku di tempatnya dan aku tidak bisa membaca kekacauan dari luar. Tidak, aku tidak punya niat untuk melakukannya.

(TL Note: Zazen adalah bentuk meditasi Buddhis yang populer di mana peserta duduk dalam waktu lama untuk mencoba mencapai kedamaian batin dan mengeksplorasi makna keberadaan.)

Tampaknya tidak terasa sakit atau menyakitkan, jadi aku menutup mata dan mendengarkan ceritanya.

"Kanjou-ryū, seperti yang ditunjukkan oleh kepanjangannya, yaitu soal menguasai seni 'Kan' yang artinya 'melihat'. Ada dua jenis: 'kesatuan mental' dan 'kosongkan pikiran'."

Kan-... apa tadi dia bilang? Apakah Anda bisa berbahasa Jepang? Aku tidak bisa memahami bahasa Jepang sama sekali. Bisa tidak Anda mengatakan itu dalam bahasa Jepang? Aku ini cukup seperti orang Amerika dan Bohemian.

Saat aku sedang bingung soal apa yang sedang terjadi, Shinomiya-senpai, yang mungkin menyadari hal ini, menjelaskannya padaku, seakan-akan melengkapi penjelasan kakeknya.

"Mudah dipahami kalau kamu membayangkan keduanya sebagai grafik batang vertikal. Dalam kasus 'kesatuan mental', kamu bisa menganggapnya sebagai grafik yang tidak rata, yang menunjukkan tingkat berbagai emosi, yang semuanya disesuaikan dengan rata-rata dan disejajarkan secara horizontal. Kamu mungkin berpikir kalau hal ini akan meningkatkan emosi negatif, seperti 'kemarahan' atau 'kesedihan', tetapi akan berhasil diimbangi oleh emosi yang berlawanan."

Hmm? Oh, begitu, ...benar juga, ya, itu benar-benar hebat. Itu benar-benar keren. Dia benar-benar keren, dan dia akan dapat dengan mudah menyingkirkan semua cewek-cewek gyaru mulai sekarang. Jadi aku tidak sabar untuk bekerja sama denganmu.

Tidak, tidak, tidak, ...benar begitu? Kamu memang sudah menjelaskan semuanya padaku, tetapi aku tidak mengerti sama sekali. Grafiknya? Apanya yang negatif? Apa ini, materi Matematika saat aku sakit? Aku penasaran apa grafik itu akan datang dengan variabel a, b, x, dll....

"Sebaliknya, 'perhatian penuh' itu suatu keadaan di mana semua perasaan dikembalikan ke ketiadaan. Kalau kamu membandingkannya dengan grafik batang vertikal yang aku tunjukkan sebelumnya, anggap saja sebagai keadaan di mana semuanya nol. Secara kebetulan, kualitas ini akan dianggap berbahaya pada Zaman Samurai. Pada zaman ketika orang-orang kurang sadar akan kebutuhan untuk membunuh, kualitas ini dianggap terlalu berbahaya. Ini merupakan kualitas manusia super yang cuma diperbolehkan pada masa damai ini."

Hmm! Bukannya barusan kamu tiba-tiba bilang sesuatu yang sangat berbahaya! Apa yang akan aku pelajari saat ini, untuk membunuh atau... ...semacamnya? Kamu tidak boleh bilang sesuatu yang berbahaya atau semacamnya, bukan? Lihatlah, aku ini seseorang yang cinta damai. Aku suka burung merpati putih dan New York. Aku mau makan burung merpati putih.

"Aku mau melihat kualitas mana yang kamu punya hari ini. Kamu tidak perlu memikirkan hal lain, cukup memejamkan matamu dan berpikir agar pikiranmu 'kosong'. Tidak masalah apa penjelasannya, tunjukkan saja cara agar pikiranmu jadi 'kosong'."

"Eh? Eh?"

"Apa yang kamu pikirkan? Aku sudah bilang untuk biarkan pikiranmu jadi "kosong"!

Wush.

Sebuah shinai menghantam bagian samping tubuhku. Aku sangat terkejut sampai-sampai mengeluarkan suara sedih, tetapi dengan tergesa-gesa, entah mengapa aku berhasil mengambil posisi yang tepat dan memutuskan untuk memejamkan mata dan mengosongkan pikiran.

Tuk.... ...dan kepalaku mulai mengantuk dengan rasa kantuk yang sangat kuat... ...Aku sangat senang memikirkan karena besok itu liburan musim panas dan keteganganku meningkat.

...Eh, tidak, tunggu sebentar? Bagaimana kamu mengosongkan pikiranmu? Kamu bilang padaku itu mudah, tetapi tidak ada cara aku melakukannya. Anu, A-Anu... ...Eumm...

"...Wataru..."

Huwaaaa!!?

Mengapa!? Mengapa di saat-saat kayak gini fantasi erotisku dengan Natsukawa malah muncul!? Ini pubertas, kah!? Maksudku, bukannya masa puberku sudah berakhir? Kok bisa─ Tenanglah, daku! Saat-saat kayak gini itu saat-saat di mana kamu mesti memikirkan hal-hal yang kamu pikirkan setiap hari! Tenanglah, hai otongku yang pendek dan kasar!

Oh tidak, tidak, aku tidak bisa konsentrasi sama sekali. Semakin aku berpikir kalau aku mesti melakukan ini dengan benar, semakin banyak hal aneh yang aku pikirkan. Aku tidak peduli apa itu cuma di dalam hatiku, tetapi kalau aku menampakkannya di wajahku, aku benar-benar kacau. Hah. ...Konsentrasi, konsentrasi, konsentrasi.

"...Kaede."

"...Hayato."

Gyaaaa!!!?

Mengapa Kakak dan Yūki-senpai basah... - Guwah! Itu menjijikkan! Menjijikkan punya khayalan kayak gitu soal kakakku sendiri! Tidak, tidak, tidak, mengapa aku punya khayalan kayak gitu?! Aku tidak mau memikirkan ini, tetapi aku malah memikirkannya! Apa yang salah denganku!? Mengapa Sajou Wataru? Apa karena ia itu tampan?

"Hmm... ...Hei, bukalah matamu!"

"Hah? ...!!?"

"~~~..."

Saat aku kira aku sudah diperintahkan dengan cara yang sangat tidak nyaman, aku menatap wajah Shinomiya-senpai di depanku, yang tampak sangat kesal. Aku sangat terkejut sampai tidak bisa bicara karena terlalu kaget, dan entah mengapa aku menatap matanya.

Apa, ...? Maksudku, bagaimana bisa kamu sedekat itu? Hidung kita bisa saja tabrakan, loh. Apa ini pelatihan atau semacamnya...? Shinomiya-senpai lebih gemetaran ketimbang aku.

Benar, ini dia! Cowok dan cewek seusia kami bisa gugup cuma dengan saling menatap satu sama lain kayak gini! Ada apa dengan sentuhan rambut Natsukawa!? Aromanya tidak terlalu manis maupun masam, jadi aku tidak sengaja menata rambutku secara normal! Karena aku sudah tahu kalau dia tidak membenciku, Aku tidak yakin aku mesti bersikap bagaimana mulai sekarang...!?

Oh, ini sudah mau liburan musim panas. Kami tidak perlu bertemu satu sama lain untuk beberapa lama. Bagus, bagus, bagus. ....Aku akan sangat merindukanmu.

"Sa-Sajou...! Mengapa kamu tampak seperti ingin menangis!?"

"Begini... aku tidak akan bertemu dengannya selama lebih dari 1 bulan...!"

"Siapa yang kamu bicarakan?! Apa itu aku?! Apa kamu bicara soal aku?!"

Apa yang aku lakukan tahun lalu, ya...? ...Karena Natsukawa belum punya ponsel pintar... ...Ah iya, apa aku mengendarai sepeda untuk berbelanja di malam hari dan mengikutinya? Itu mustahil, kan? Bukannya aku itu penguntit? ...Mengapa aku jadi ingat lagi betapa beratnya barang bawaanku? Mengapa aku membawa semua barang ini? Aku ingat lenganku sangat pegal.

Natsukawa Aika... ...Ah, meskipun cuma khayalan di kepalaku, dia masih imut. Bukannya hebat, kalau tidak ada perbedaan antara kenyataan dan mimpi? Tidakkah kamu berpikir apa tidak ada takdir lagi yang lebih bagus dari ini?

–Ah...

Sebuah kenangan di akhir musim semi lalu tiba-tiba muncul dalam benakku. Wajah kurus yang terpantul di cermin dan rambut coklat serta gaya rambut yang tampak buruk. Aku ingat pernah merasakan jijik yang aneh sebelum aku terlalu setengah-setengah antara jelek dan tampan. Tidak peduli seberapa keras aku mencobanya..., ...aku bertanya-tanya mengapa aku melakukan hal yang sia-sia?

Benar, itu bukan aku, bukan aku yang sekarang. Lihatlah tujuanmu, kamu tahu, meskipun tidak ada Natsukawa di sana — Oh, iya, aku sudah banyak memikirkannya, bukan? Meskipun aku melakukan yang terbaik untuk berdiri di sampingnya, aku tetap saja mencoba untuk tahan dengan berbagai tipe orang setiap hari. Itu bahkan jauh lebih menyakitkan, karena itu cuma akan membuatku lelah...

"...—jou!"

Makanya aku mendambakan... ...kehidupan sehari-hari yang normal dan mudah di mana hal-hal yang sama berulang-ulang...

"——Hei! Sajou!"

"Astaga!?"

Aku tiba-tiba terguncang keras dan lidahku bergerak-gerak di dalam mulutku, menyebabkanku mengeluarkan suara yang aneh.

"Ada apa, nih? Apa ada serangan musuh?"

Aku bilang sesuatu yang aneh. Aku benar-benar keseringan main gim FPS*.

(TL Note: FPS = First Person Shooter.)

"Ada apa, kepalamu?! Matamu jadi kayak kosong, tuh!?"

"I-Itu..., bukankah itu berarti aku berhasil...?"

"'Kanjou-ryū' tidak seseram itu, kamu tahu!"

"Seram...?"

'Mata kosong'. Aku merasa agak tergelitik cuma oleh kata-kata itu saja, tetapi disebut seram oleh seorang cewek normal dan berwajah cantik, itu sangat menyakitkan. Tentu saja, itu sangat mengejutkan. Bisa tidak kamu memasang wajah imut itu padaku lagi?

"Ya ampun... ...Apaan sih yang kamu pikirkan...?"

"Maksudku, begini, apa sih yang kamu maksud dengan membuat pikiran jadi "kosong"...?"

"Kamu tidak bisa membuat pikiranmu "kosong", Nak?"

"...Iya?"

Sang kakek menyela dari samping. Apa yang ia katakan yaitu sebuah kontradiksi dalam istilah saat aku memikirkan apa yang Senpai katakan.

Eh, ...kalau begitu mengapa kamu menyuruhku memejamkan mata. Aku bersusah payah memikirkan sesuatu yang tidak perlu. Sebagian besar ini pemikiran nakal. Kalau aku tahu itu mustahil, paling tidak aku mesti memikirkan sesuatu yang mistis.

"Mana mungkin, manusia, makhluk berakal, bisa hidup tanpa berpikir? Apa yang barusan aku katakan itu kalau kamu diminta untuk 'mengosongkan pikiran', dan pertanyaannya yaitu apa yang mesti kamu pikirkan."

"Hampir sebagian besar kayak pemikiran yang nakal."

"Apa ini soal Rin?"

"Bukan, sama sekali bukan."

"Mengapa bukan?"

Begini, dari sudut pandangku sebagai orang yang pernah bertemu dengan Natsukawa, cuma Natsukawa yang membuatku merasa tertarik, bukan? Shinomiya-senpai yang tadi juga agak imut, sih, tetapi cuma karena dia imut, bukan berarti aku jatuh cinta padanya, bukan?

"Jadi kamu ini tipe 'kosongkan pikiran', bukan?"

"Apa, memangnya aku ini manusia super?"

"Cuma karena Rin bilang begitu, kamu tidak perlu sampai sejauh itu. Biasanya setelah mendengar frasa "memejamkan mata", kamu akan merasa suci, namun kamu juga berbohong dengan pemikiran kotor. ...Benar-benar, ya, anak muda zaman sekarang."

Eh, Anda marah padaku? Kalau aku itu orang yang dengan pikiran kosong, bukannya harusnya aku memang begitu? Aku agak senang sekarang karena aku bisa mengosongkan pikiranmu atau semacamnya. Apa, mungkin aku punya tingkat bakat yang terlarang meski sampai hari ini? Maksudku, aku berbohong. ...Ini pasti bisa jadi yang terakhir.

"Kemampuan untuk "mengosongkan pikiran" sesuai dengan situasi itu kuncinya. Kamu membuangnya tanpa berusaha menyingkirkan pikiranmu, cowok yang belum dewasa."

"...!"

"Tunggu, Kakek, ...Aku tidak mengajaknya ke sini untuk mendengarkan ceramah itu..."

"Oh, tidak, tidak apa-apa, Senpai."

'Menyingkirkan pikiran'... ...itu tidak salah. Bahkan, aku menyingkirkan beberapa bagian. Aku sudah paham soal itu sejak lama. Aku yakin aku merasa rendah diri, tetapi jauh lebih bagus ada di posisi di mana kamu merasa ada di posisi yang bagus daripada dipelintir dan disalahkan karena hal itu. Aku mungkin tidak punya ambisi, tetapi apa gunanya datang ke posisi yang lebih sulit? Kecuali kalau kamu dibayar lebih untuk itu.

"Ngomong-ngomong, apa saja standar untuk tipe 'kesatuan mental'...?"

"Kemampuan untuk 'menempatkan dirimu di luar dirimu sendiri.'... ...Aku dapat bilang kalau pemikiran objektif itu amat penting. Terlebih lagi, kalau kamu dapat memaknai kenyataan ini ke dalam sebuah buku dan jadi pembaca ataupun penulis."

"Wah, aku kira Sajou itu tipe 'kesatuan mental', tetapi..."

"Kalau kamu punya bukti, apa cowok ini itu seorang 'pihak yang terlibat' pada saat itu?"

"Ah..."

Apa itu saat aku pertama kali bertemu dengan Shinomiya-senpai dan Inatomi-senpai? Memang benar kalau aku tidak terlibat di dalamnya saat itu. Itu bukan soal pola pikirku, aku cuma ikut campur dari samping seakan-akan itu masalah orang lain.

...Aku paham maksudmu. Dalam khayalanku tadi, aku menganggap diriku sebagai salah satu karakter, jadi aku bukan tipe 'kesatuan pikiran'. Memang benar kalau aku ada di sela-sela, aku bukan karakter dalam cerita itu dan mataku tidak akan kosong. 'Spiritualitas'... ...dilakukan dengan sangat bagus. Bagaimana dengan Kakak? Tidak, mari kita lupakan saja.

Apa mimpi atau semacamnya dapat dijadikan penentu yang bagus soal apa yang mesti dilakukan...? Ada mimpi di mana kamu cuma menyaksikan dari pinggir, atau mimpi di mana kamu menghabiskan waktu jadi dirimu sendiri. Tentu saja, aku tidak terlalu ingat, tetapi saat ia bilang kayak gitu, aku merasa ada banyak mimpi di mana aku menghabiskan waktu sebagai diriku sendiri.

Seperti yang aku nyatakan, pola pikirku? Aku akhirnya terbebas saat mengetahuinya. Karena beberapa alasan, aku rasa ini merupakan kesempatan yang bagus buatku untuk menggali lebih dalam ke bagian diriku yang entah mengapa tidak jelas buatku. Dan cara untuk mengatur pikiranku — Dulu aku cuma menganggap diriku ini sebagai diriku sendiri, tetapi aku sekarang tahu kalau ada cara lain untuk melakukan berbagai macam hal.

Satu-satunya hal yang membuatku tidak enak yaitu saat aku mengucapkan terima kasih atas pelajaran yang telah ia berikan, namun sang kakek menatapku dengan tatapan tajam seakan-akan ia menyuruhku untuk tidak datang lagi. Aku merasa kalau ia tidak terlalu cocok dengan anak muda. Kecuali Shinomiya-senpai.

"Tidak, itu benar, bukan? Senpai."

"..! A-Ada apa, Sajou?"

"Aku rasa terlalu berlebihan buatku untuk jadi anggota Komite Disiplin."

"I-Itu..." 

Saat aku belajar soal berbagai macam pola pikir, aku bisa gunakan ini sebagai sarana, tetapi tampaknya aku tidak bisa membuatnya jadi pola pikir yang alami. Kalau kakek itu yang jadi dasar dari temperamennya Shinomiya-senpai sebagai Ketua Komite Disiplin, maka aku, yang disebut tidak dewasa oleh sang kakek, tidak akan cocok dengan Komite Disiplin dalam hal suasana dan hubungan antar manusia. Kalau Inatomi-senpai dan Mita-senpai juga sudah dewasa, itu akan jauh lebih bagus dari itu.

"Kalau begitu, kita akan bertemu lagi di lain tempat dan waktu di Semester Kedua."

"Ah..."

Setelah berpisah dengan Shinomiya-senpai, aku meninggalkan gerbang utama — Bukan, memangnya apa itu 'gerbang utama'? Aku tidak tahu apa kalian menyebut gerbang rumah biasa kayak gitu. Aku merasa seperti sudah ada di sebuah fasilitas umum.

Bukan berarti aku berubah pikiran soal sesuatu yang istimewa. Tetapi tetap saja, di suatu tempat di kepalaku, ada nostalgia untuk hari-hari saat aku terbawa suasana, dan hari-hari konyol itu terus berulang bagaikan orang gila.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama