Bab 58Panitia Pelaksana Festival Budaya
Di mana ada pertemuan, di situ juga ada perpisahan. Muda-mudi bergerak maju dengan hal-hal yang sudah mereka kembangkan di dalam hati mereka, sambil menahan kegelisahan mereka akan hari ketika mereka akan bertemu kembali. Perpisahan yang singkat — Aku ingat pernah merasa agak kesepian saat mendengar suara perpisahan dan perlahan mendongak ke atas.
"Eh, besok sudah mulai liburan musim panas."
Aku yakin kalau besok aku akan sangat bersemangat sampai-sampai aku susah sekali bangun di pagi hari (aku ketiduran).
Liburan musim panas telah tiba. Ini memang peristiwa besar. Mari kita bermain banyak gim sementara Kakak punya jadwal bimbel yang padat. Ini mungkin mengejutkan, tetapi rahasia untuk memanfaatkan liburan panjang ini yaitu bangun pagi-pagi. Setiap hari akan terasa lebih lama dari hari sebelumnya. Meski kalian bersemangat, namun jangan bangun pagi-pagi banget seperti yang kalian lakukan saat kalian masuk sekolah. ...Lebih baik kalau kalian bangun antara pukul 8 sampai 9 pagi (menurut seorang cowok yang tidak punya watak yang baik).
Kalau kalian mau menghabiskan hari-hari kalian tanpa berolahraga, ada baiknya kalian menggabungkan sarapan pagi dan makan siang jadi sarapan siang. Cuma mereka yang punya perut buncit dan mereka yang berolahraga yang diperbolehkan untuk makan tiga kali sehari dan menjaga berat badan mereka. Selain itu, "sarsi" terdengar unik. Aku suka istilah itu.
Saat aku sedang menyusun rencana platinum yang penuh dosa di kepalaku, Kepala Sekolah di atas panggung menyelesaikan pidatonya. Jujur saja, siapa lagi kalau bukan Kepala Sekolah yang berpidato paling lama, bukan? Guru BK, Ketua Kelas, tipe guru yang datang ke sini untuk mencaci maki kalian. Mereka marah-marah pada kalian padahal kalian tidak melakukan apa-apa di depan seluruh sekolah. Aku tidak tahu entah mengapa Kepala Sekolah bisa banyak berpidato di penghujung hari masuk. ...Aku rasa ia sudah mengatakan semua yang mau ia sampaikan dan ia tidak punya apa-apa untuk disampaikan lagi. Bapak tidak perlu memaksakan diri untuk mengatakan sesuatu yang baik.
Saat aku mengingat betapa sedihnya ada di jabatan Kepala Sekolah, Yūki-senpai, Ketua OSIS kami, naik ke atas panggung. Aku bisa tahu kalau cewek-cewek di sekelilingnya bersemangat cuma dengan hembusan napas mereka. Seperti biasa, tatapannya tajam, dan wajahnya, atau lebih tepatnya dagunya, kecil. Apalagi aku dengar kalau ia sadar akan ketampanannya sendiri. Aku dengar kalau senpai kayak gitu pasti punya masa-masa nakal, tetapi aku cuma bisa membayangkan bagaimana rasanya melakukan adegan dewasa. Kalau aku punya wajah kayak gitu, aku pasti sudah punya kepribadian yang buruk.
"Eh, topik selanjutnya yaitu kabar dari OSIS," kata MC Kamata (*bertanggung jawab atas mata pelajaran Bahasa dan Sastra Tiongkok Kuno), dan Yūki-senpai mulai berpidato. Tampaknya itu merupakan kabar yang ada hubungannya dengan acara di semester kedua.
"Dalam rangka persiapan untuk Festival Budaya, anggota panitia pelaksana akan diminta untuk datang ke sekolah ini tiga kali dalam sepekan selama liburan musim panas. Mohon kerja samanya untuk membuat Festival Budaya ini jadi lebih baik."
Anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya... ...juga terdengar merepotkan. Panitia di masing-masing kelas itu diputuskan pada hari pertama semester kedua, tetapi Panitia Pelaksana Festival Budaya itu sendiri mulai diputuskan hari ini. Keuntungannya yaitu setelah Festival Budaya itu selesai, kalian sudah tidak perlu menjabat lagi. Kalian tidak mesti bertahan selamanya seperti komite lainnya.
Shinomiya-senpai mendorongku dengan keras untuk jadi anggota Komite Disiplin, tetapi apa yang mesti aku lakukan? Apapun yang aku lakukan, ini merepotkan, tetapi karena aku diajak masuk, aku dapat mempertimbangkan untuk menerima ajakannya...
Iya, aku akan memutuskan sesuai dengan suasana hatiku saat itu.
♦
"Siapa yang mau jadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya?"
Wali Kelas kami, Ibu Ōtsuki, berusaha dan bertanya dengan nada ceria. "Ini merepotkan.". Tidak ada yang menjawab pertanyaan itu, seakan-akan mereka semua memikirkan hal yang sama, dan sebisa mungkin mereka berusaha untuk tidak melakukan kontak mata dengan Ibu Guru. Setelah sekitar lima detik hening, Ibu Guru jadi jengkel.
"Kalau tidak ada orang yang menjawab, Ibu akan ambil cara lain dan mempersempit kandidatnya."
"Ah...!"
Aku bukan satu-satunya orang yang mendongak seakan-akan sudah menolaknya. Aku memang punya firasat buruk soal ini, tetapi aku tidak bisa secara tidak sengaja menonjol dengan bicara sembarangan di sini. Entah mengapa, aku bisa memprediksi apa yang akan dikatakan Ibu Guru selanjutnya.
"Baiklah, kalian yang tidak bergabung dalam ekskul, silakan berdiri!"
Heuh. Iya, benar, itu wajar. Mereka yang bergabung dalam ekskul ada latihan dan lomba. Aku mesti setuju dengan itu... ...kalau bukan cuma sekolah yang memberikan tugas pada mereka yang punya waktu luang.
Saat aku perlahan-lahan berdiri, berpikir kalau akan sia-sia untuk protes, aku mendengar suara bangku ditarik ke belakang dari bangku sebelahku dan dari bangku-bangku lain juga menyusulku berdiri. Aku menoleh ke belakang dan melihat ada enam orang yang berdiri, termasuk aku. Aku sudah tahu soal Natsukawa, tetapi aku terkejut karena ada begitu banyak orang yang tidak bergabung ke dalam ekskul kayak aku.
Di sebelahku... ada Ichinose-san, yang selalu asyik membaca. Aku belum banyak mengobrol dengannya, tetapi tidak usah khawatir. Kalau ada Ekskul Sastra, dia akan bergabung, tetapi saat ini kayak Ekskul Horor. ...Kalau kamu mau membenci, bencilah zamannya, Mbak. Ini bukan zamannya pengembara level atas akan ditoleransi.
Teman-teman merasa lega karena mereka tidak perlu melakukan tugas yang merepotkan lagi. Beberapa dari mereka memandang kami dengan senyuman di wajah mereka seakan-akan bilang 'Hehe, tidak usah khawatir⭐', yang membuat kami jengkel. Kalau aku bisa menggunakan Kamehameha*, awas saja kalian.
(TL Note: Referensi Dragon Ball, Kamehameha adalah nama serangan kuat yang banyak digunakan oleh beberapa karakter seperti Goku.)
"Hmmm... ...Kertas, gunting, batu, ya..."
"Biarkan Sajou saja!"
"Yamazaki. Kamu ini, Yamazaki, Yamazaki."
Apa kamu punya proyektil? Aku tidak punya bola meriam tanah.
Aku menengok ke samping untuk memelototi Yamazaki, Ashida mencolek tas bola voli hitamnya di samping meja dengan lututnya, seakan-akan bilang kalau dia punya bola meriam. Kamu tidak berpikir kalau dia akan menyarankan itu, bukan? Aku tidak bisa menyembunyikan kekesalanku. Apa, boleh tidak aku melakukannya? Boleh tidak aku meminjam bola itu?
"Ah! Sajou-kun, apa kamu mau melakukannya?Maksud Ibu, kamu sedang tidak sibuk!"
"Ah, aku masih sakit."
"Kamu sudah sembuh sekarang, kok..."
"Baiklah! Waktunya kertas, gunting, batu!"
"Apa?"
Aku punya firasat buruk dan dia berteriak di dalam kelas untuk waktu yang lama. Aku tidak mau melewatkan liburan ini. Mulai sekarang aku, MC Sajou, akan menghancurkan suasana ini sebelum... ...mengubur parit luar! Aku tidak akan jadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya! Aku punya liburan musim panas yang mudah dan nyaman menantiku! Aku akan jadi... ...anggota pengembara level atas di ruangan ber-AC!
"A-Aku pikir kamu sudah diam saja akhir-akhir ini...!"
Ini bukan waktunya untuk tampil menonjol, yang dipertaruhkan ini liburan musim panasku, loh. Aku tidak bisa membiarkan suasana dan keanggunan yang memutuskannya. Kalau ini memang keputusan yang adil, aku mungkin akan merasa puas. Cara yang dilakukan saat ini mungkin tidak adil.
Keenam orang anggota Ekskul Pulang-Pergi berkumpul di depan kelas. Dewa Kertas-Gunting-Batu... ...berikanlah aku kekuatan...!
"Aku tidak akan kalah".
"Kalau kamu sangat benci itu, kamu harusnya memberikan alasan yang lebih bagus, bukan..."
"Tidak, kamu tahu, itu curang..."
"Kamu sangat disiplin, ya..."
"Ah, harus ada seorang cowok dan seorang cewek, jadi kalian akan dipisahkan."
"Apa?"
Saat aku terpaku oleh kata-kata Natsukawa yang membuatku tercengang, Ibu Guru melepaskan sebuah bom. Aku terdiam tanpa sengaja. Kami ini dua orang b*jingan. Sangat brutal.
Ada empat orang cewek, termasuk Natsukawa, meninggalkanku dan Tabata. Ichinose-san tidak melepaskan bukunya bahkan pada saat-saat kayak gini. Aku menyukaimu, ...itu memang menjengkelkan saat seorang cowok kayak aku bicara padamu.
Aku akan menenangkan diriku dan menghadapi Tabata.
"Sudah berbulan-bulan sejak aku bicara padamu, ya, Tabata..."
"Entahlah..."
Tabata — dia cuma seorang cowok yang biasa saja. Ini rujukan yang bagus buatku yang mau tampak biasa saja, tetapi Tabata tampaknya lebih seperti tipe cowok yang sering kalah, karena ia itu biasa saja. ...Ia tampaknya tipe orang yang pendiam yang menganggukkan kepala saat seseorang bilang padanya, "Hei, kamu mesti melakukannya.". Kalau aku dan Tabata digabung, kami akan punya hubungan yang baik. Aku pasti tidak akan suka itu.
"Ayolah..."
"Mari kita lakukan dengan segera."
"Maaf, ya."
Bi-Biasa saja...? Apa ia itu sebenarnya tipe orang yang agak aneh? Kalau dipikir-pikir, kalian mungkin tidak akan mendapat kesan kalau aku jarang berbicara dengan siapa saja. Aku lebih mirip tipe cowok yang pura-pura jadi penyendiri ketimbang tipe biasa saja. Ia pura-pura suka menyendiri, tetapi sebenarnya ia pasti mendambakan teman (*Prasangka). Kalau kalian mendekatinya dengan cara yang ramah, ia mungkin lebih gampang ketimbang yang kalian pikirkan. Aku sama sekali bukan tipe orang yang suka mengiyakan. Aku ini mengerikan.
Aku akan menenangkan diriku dan mengatasi kertas-gunting-batu. Meskipun aku melakukannya dengan tensi tinggi, aku mungkin cuma akan tampak mengganggu, jadi aku akan melakukannya dengan cepat. Baiklah, kertas, gunting, batu.
"Hmm. Kalau begitu aku bertanya padamu, Tabata."
"..."
Maaf, Tabata. Itu merupakan pertarungan yang tidak bisa kebobolan. Maafkan aku, tetapi sekarang kamu sudah kalah, diam saja dan terimalah dengan lapang dada. Sekali lagi tidak akan berhasil, Nak?
"Aku harus ikut bimbel."
"Tidak, jangan bilang begitu padaku setelah kamu kalah..."
Aku langsung berpikir, bisa-bisanya orang ini? Saat aku keberatan, Tabata diam-diam mundur, mendatangi Ibu Guru dan kembali ke bangkunya, dan bilang kalau hal itu sudah diputuskan untuknya.
Eum, aku jadi merasa tidak enak, jadi bisa tidak aku menghentikan perasaan itu? Mari kita bicarakan lagi...
"─Iya, dari cewek-cewek, yang terpilih adalah Natsukawa-san."
Ah, tidak.
Saat aku menoleh saat mendengar suara Ibu Ōtsuki, Natsukawa, yang dikelilingi oleh cewek-cewek lain, tersenyum dengan agak menyesal. Natsukawa-san, aku mengucapkan terima kasih karena sudah menyemangatiku, dan perasaan kayak gitu memang wajar, tetapi tidak bisakah kamu melakukan sesuatu yang lebih, Tabata? Apa itu? Ia tampak agak senang karena cewek yang telah terpilih itu adalah Natsukawa!
Guh, iya, mau bagaimana lagi. ...Aku sudah menang kali ini, jadi mau bagaimana lagi. Mari kita diam saja di sini, oke?
Dengan terpilihnya Tabata dari cowok-cowok dan Natsukawa dari cewek-cewek menjadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya Sekolah, acara yang membuat perut Ibu Guru sakit ini berakhir tanpa hambatan, dan aku merasa lega karena aku tidak harus mengerjakan tugas yang merepotkan.
"─Tabata, aku dengar bimbel itu sulit, ya? Aku akan menggantikanmu, kalau begitu."
Sasaki. Cowok yang duduk di dekat Tabata tiba-tiba mulai bilang sesuatu secara tiba-tiba dan bilang kalau ia akan menggantikan Tabata sebagai anggota Komite Pelaksana Festival Budaya.
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja
Baca juga dalam bahasa lain: