Bab 12
Keraguan Sang Dewi
Cowok itu (Wataru) hampir setiap hari makan siang dengan Aizawa-san. Aku yakin…. ...kalau ia sudah menjalani hari-hari yang bahagia, bermesraan kayak gitu bahkan tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang lain!
Atau begitulah menurutku, pada awalnya, dalam beberapa hari pertama. Tidak lama berselang setelah itu, setiap kali ia kembali ke kelas dengan membawa roti manis untuk makan siang, entah mengapa, ia tampak begitu tenggelam dalam pikirannya.
Ia mestinya senang karena dapat menghabiskan setiap hari dengan cewek yang sangat imut, mengapa ia memasang wajah begitu?
…Itu merupakan misteri. Biasanya, meskipun aku belum pernah menanyakannya, ia akan mulai mengobrol padaku dengan lancar tanpa henti, jadi tidak ada yang tidak aku ketahui soalnya. Tetapi, aku merasa kalau ia telah menyembunyikan banyak rahasia akhir-akhir ini. Padahal, ia dapat membicarakannya denganku kayak biasanya, kok.
Dan aku tidak tahu alasannya tetapi, tiba-tiba aku meliriknya…
…Ini bukanlah aku yang biasanya! Mengapa aku mesti memikirkannya kayak gini! Ah iya, itu karena Kei selalu bilang hal-hal aneh!
"…Kamu baru saja kembali, dan wajahmu sudah tampak sangat muram. Apa yang kamu pikirkan sih, Sajocchi?"
"Kya…!"
Kei memelukku dan mengobrol dengan Wataru yang duduk di sebelahku. Dan tentu saja… ...sebuah suara aneh keluar dariku!
Sisi Kei yang ini buruk buat jantungku, serius deh, aku mau dia berhenti melakukan ini. Kalau dia mau mengobrol dengannya, dia mestinya lakukan ini padanya... ...Tidak, itu tidak bagus! Apa sih yang aku pikirkan!?
(TL Note: Dapat izin nih Mbak?! Nggak papa doi lu diambil sahabat lu.)
Wataru yang dipanggil oleh Kei, memalingkan wajahnya ke sini. Saat ia melihatku dan Kei di hadapannya, tanpa pikir panjang ia memalingkan wajahnya ke belakang seakan-akan ia tidak punya waktu untuk mengganggu kami, dan membuka mulutnya seolah itu merepotkan.
A-Apa ada yang salah denganmu…?
"Ini soal statusku."
Mungkin, mungkin saja, ia tidak dapat menjawab Kei pada saat yang sama saat ia sedang memikirkan sesuatu. Dan mungkin saja, dia tidak menyukainya, aku mendengar suara "Hmf" samar di telingaku.
"Soalnya, rakyat jelata harusnya belajar saja dengan diam-diam."
"Mengapa sih kamu begitu menyebalkan, Shudra?"
"Baiklah! Aku akan menerima tantanganmu!"
"Kalian berdua, hentikan."
Kei hendak melompat, jadi aku menghentikan mereka.
Wataru, tega-teganya kamu meninggalkanku sendiri dan cuma mengobrol dengan Kei… ...Aku tidak akan membiarkanmu menikmati pelukan dari Kei! Ini memang dibutuhkan agar kamu tidak jadi cowok mesum yang lebih dari ini!
Kei, yang tidak tepat, menjauh dariku dan menatap Wataru, lalu bertepuk tangan seakan-akan dia sudah menemukan sesuatu. Kemudian dia menunjuk ke arah Wataru sambil bicara dengan suara keras.
"Ah, aku tahu nih! Jadi, kamu masih penasaran soal Aizawa-san, bukan?"
Tung-Tunggu sebentar…!
…Apa maksudmu? Tetapi tetap saja?… Apa ia sudah bertanya pada Kei soal Aizawa-san sebelumnya? Apa yang kamu katakan padanya, Kei? Jangan bilang, kamu memberi tahunya hal yang sama kayak yang kamu bilang padaku sebelumnya…!?
"Eh? Ah iya… ...iya, itu memang benar."
Ia didorong oleh arus obrolan Kei, dan mungkin tebakan Kei memang benar, jadi ia mengangguk tanpa berkata apa-apa. Dan begitu saja, ia terus melihat bolak-balik antara aku dan Kei… ...Tiba-tiba, wajahnya jadi sangat serius dan menatap kami…
─He-Hei, jangan tiba-tiba memasang wajah kayak gitu! Itu membuatku terkejut, loh…!
"Aku punya pertanyaan buat kalian berdua."
"A-Apa itu...?"
Dengan kata lain, Wataru sedang menatapku dari dekat saat ini. Selain itu, karena dia menatapku dengan wajah serius yang jarang terjadi, entah mengapa itu membuatku kesal.
Tetapi saat ia mengatakan sesuatu, seorang cewek berambut coklat muda muncul di hadapan kami. Dan, begitu cewek itu memasuki ruang kelas dan melihat Wataru, dia mendekati Wataru dari belakang dan…
─Eh!? Aizawa-san, apa yang kamu coba lakukan!?
"Aizawa dan Arimu─"
"Sa-jou-kun!!"
"Euh!?"
Aizawa-san bersandar dari belakang Wataru yang duduk menyamping di bangku Wataru, dalam posisi berpelukan, dan memanggil Wataru dengan lantang.
Eh? Eh…? Cewek ini, Apa yang kamu lakukan!? Kalau kamu memeluknya dengan postur kayak gitu, ia akan…!
"A-Aizawa-san!?"
"Ah! Mungkin kalian sedang mengobrolkan sesuatu? Maaf kalau aku sudah menyela kalianー!"
"Ah, tidak, tidak apa-apa, kok. Ini cuma obrolan Sajocchi, jadi tidak usah dipedulikan."
Tidak apa-apa apanya!? Lihat tuh wajah cowok ini! Ia sangat kegirangan dada cewek itu menekan dari belakang kepalanya! Lihat… Cowok ini, ia senang sampai segitunya!
"...Aizawa, geseran… ...ah, itu lembut."
"Iyuh, dasar mesum."
"Mengapa kamu tidak mati saja?"
Setelah aku pikir-pikir, aku sudah mengutuk Wataru sambil mengeluh. Itu tidak disengaja, tetapi mungkin itu karena seorang cowok yang dekat denganku sedang bermesraan dengan cewek lain di depanku.
Serius deh… ...Mengapa kamu dapat mengutarakan pikiranmu dengan sangat jujur!? Maksudku, saat kamu diserang begitu, mengapa kamu malah tersenyum!?
"Ini masih belum waktunya siang hari, tetapi ada apa?"
"Tidak ada apa-apa, kok? Tiba-tiba, aku cuma mau mengobrol dengan Sajou-kun."
"Be-Begitu ya…?"
Aizawa-san menjawab pertanyaan mesum itu seakan-akan dia mencoba menggoda Wataru lebih jauh lagi. Kata-katanya begitu lurus dan menyenangkan buat Wataru, itu baru saja membuat wajahnya memerah.
Apa yang membuatmu sampai sebegitu malunya, sih…? Kayak yang aku pikirkan, cowok ini memang mesum.
Namun, entah mengapa, menurutku Wataru tidak sepenuhnya percaya pada Aizawa-san. Tetapi, alih-alih ragu, ia malah memasang wajah yang bilang kalau ia tidak tahu apa yang diinginkan Aizawa-san.
Dasar cowok ini, kamu ini benar-benar memikirkan banyak hal soal ini, bukan? Tetapi tetap saja, entah mengapa, mengapa kamu tampak senang kayak gitu!?
Aku tidak tahan lagi melihat sikap mesum ini. Aku tidak akan merasa baikan kecuali aku mengucapkan sepatah kata pun padanya.
Saat aku mencoba mengambil langkah, Kei mendahuluiku.
"Okelah kalau begitu! Kalau begitu! Aizawa-san, mengapa kamu tidak memberi tahu kami saja, apa alasan kamu putus dengan mantan pacarmu?!"
"…"
A-Apa sih yang kamu tanyakan!?
Eh? Ini bukan sesuatu yang dapat kamu tanyakan dengan entengnya… bukan? Maksudku, bahkan cowok ini juga menatap Kei dengan wajah yang sangat terkejut… Lihatlah, pikiranku tidak salah, bukan? Tetapi tetap saja, apa Kei biasanya tipe orang yang ikut campur ke dalam keadaan orang lain begini…?
"Eh, eh!? Apa kamu biasanya menanyakan hal semacam itu tiba-tiba beginiー?"
Lihatlah! Aizawa-san memasang wajah yang tampaknya dia kesulitan bilang apapun! Aku yakin kalau itu merupakan sesuatu yang dia tidak mau itu disentuh oleh orang lain. Jadi Kei, jangan tanyakan pertanyaan yang sebelumnya dan tanyakanlah pertanyaan yang lain…
"Tidak apa-apa, bukan? Benar, bukan!? Lagipula, kamu sudah menyukai Sajocchi sekarangー, bukankah begitu?"
"Eh...?"
…Hah?
…Aizawa-san menyukai Wataru? Ma-Mana mungkin, itu bohong, bukan? Kei juga bilang kalau Aizawa-san merencanakan sesuatu sebelumnya, dan yang terpenting, aku tidak percaya kalau dia jatuh cinta pada Wataru. Maksudku, paling tidak menurutku dia tidak akan jatuh cinta dengan cowok yang menyatakan cintanya pada cewek lain (*aku) secara terus-menerus.
"Eh, itu~... ...Sudah aku duga, aku rasa aku ini tidak cukup baik, ya?"
"Aku paham~, bukannya ini kisah yang tragis? Dan mantan pacar yang mencampakkan Aizawa-san itu cowok yang terburuk! Menurutku…"
"I-Itu benarー."
Ke-Kei? Sampai menanyakan hal itu… bukankah kamu terlalu berlebihan saat ini? Meskipun Aizawa-san sedang merencanakan sesuatu, aku rasa itu masih merupakan topik yang sangat sensitif untuk diobrolkan… Soalnya, Wataru pun juga memasang wajah yang bilang "Ini buruk.". Tunggu, lebih tepatnya, karena ia terjepit di antara Aizawa-san dan Kei, aku mulai merasa kasihan ─Memangnya enak, rasakan itu! Itu karena kamu menggoda cewek lain, jadi kena deh kamu!
"Tetapi, karena kamu sudah punya Sajocchi, kamu sudah tidak apa-apa, bukan!? Buang saja cowok macam itu, ia itu cuma musuh cewek-cewek, dan berbahagialah dengan Sajocchi!"
"…"
"Tung-Tunggu sebentar, Kei…"
Alih-alih berusaha jadi berani, Wataru malah cuma menghentikan Kei secara tidak sadar. Tidak peduli seberapa dekat mereka, itu bukanlah sesuatu yang dapat kamu katakan dengan suara lantang, bukan? Lalu, saat aku melihat Aizawa-san, aku tidak tahu alasannya, tetapi bahuku gemetaran, mungkin karena firasat burukku…
"───…Kayak gitu."
Saat aku mengulurkan tangan dan mencoba menutup mulut Kei, Kei meraih dan menarik tanganku ke dadanya, dan meremas tanganku.
…Hei, Kei? …Apa sih yang kamu pikirkan?
"…Bisakah?"
"Apa?"
"Bisakah kamu tidak mengatakan hal buruk soal mantan pacarku begitu?"
Buat sesaat, aku tercengang. Tetapi karena aku takut, Aizawa-san segera keluar kelas dengan wajah cemberut dan sikap menusuk. Terlalu banyak perkembangan cerita, aku menatap wajah Kei dan Wataru secara bergantian. Saat aku melakukan itu, tiba-tiba aku merasakan kalau ada maksud tertentu di balik Kei yang membuat Aizawa-san marah begitu...
"Sajocchi, mengapa kamu tidak mengejarnya?"
"Mana mungkin, dia sangat mengerikan."
"Iyuh, dasar pengecut… ....tetapi kamu memang benar kali ini. Aku rasa."
Selama jam pelajaran ini, Kei memberi tahu Wataru kalau dia khawatir soal Aizawa-san. Wataru juga menatap tujuan di mana Aizawa-san keluar dengan wajah tegang sambil menggumamkan hal yang menyedihkan.
…Apa aku saja satu-satunya orang di sini yang belum paham? Aku entah mengapa paham kalau Kei mengambil tindakan sambil memikirkan berbagai hal. Tetapi tetap saja… ...Apa jangan-jangan Kei sedang berusaha mencari tahu apa Aizawa-san sedang merencanakan sesuatu atau tidak? Kalau memang benar begitu, mungkin aku tidak perlu terlalu mengkhawatirkan Aizawa-san.
Kalau begitu… ...Bagaimana dengan cowok ini (Wataru)?
Serius deh, dasar kamu ini… ...Apa sih yang kamu pikirkan? Bukannya kamu ini selalu bermesraan dan bermain-main…? Apa kamu mulai menyukai Aizawa-san…? Apa itu alasan mengapa kamu pergi ke suatu tempat dengan cewek itu sepanjang waktu…?
Author Note: Karena dia itu imut.
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain:
Baca juga: