Bab 11Perasaan Sang Dewi
(Author Note: Bab ini dari sudut pandang Natsukawa Aika)
Aku meletakkan sikuku di mejaku dan memainkan ponsel pintarku. Sayangnya, aku tidak punya aplikasi yang bikin aku kecanduan, dan aku tidak punya konsentrasi untuk terus menatap layar untuk waktu yang lama.
Kalau aku punya waktu luang saat duduk di bagian belakang kelas, aku biasanya melihat sekelilingku. Dan saat aku melakukan itu, mau tidak mau aku merasa tidak nyaman dengan kesunyian yang berbeda dari sebelumnya.
Baru-baru ini, perilaku 'Cowok itu' (Wataru) jadi aneh.
Ia biasanya mengikutiku setiap saat, mengucapkan kata-kata yang membuatku menggertakkan gigi. Suatu hari, gangguan semacam itu sama sekali sudah hilang. Tidak, itu belum sepenuhnya hilang. Tetapi tetap saja, pada awalnya, aku penasaran soal apa itu karena akhir-akhir ini mulai agak jarang, dan jadi sedikit senang.
Mungkin "hari itu"-lah pemicunya. Sejak hari itu, perilakunya jelas aneh.
Aku ingat sudah mengucapkan kata-kata jutek padanya.
Karena aku tidak suka dengan perasaan suram yang aneh dan misterius yang aku rasakan, aku tidak sengaja bergegas ke rumahnya. Dan saat aku kira aku dapat mengobrolkannya di luar, aku tidak pernah berpikir kalau aku akan diajak masuk ke dalam rumahnya.
'Aku mencintaimu. Aku mohon jadilah pacarku!'
Itu memang kata-kata yang sudah sering aku dengar. Tetapi, setelah hari itu, ia berhenti mengucapkan kata-kata ini untuk menyampaikan perasaannya yang berharga lagi. Malahan, aku merasa kalau ia sangat serius saat itu. Tetapi aku rasa, itu merupakan omong kosong yang biasanya ia bilang berulang-ulang, jadi, aku tidak terlalu memikirkan itu.
Tetapi tetap saja, aku tidak menganggap apa yang aku katakan pada waktu itu salah.
'–Jadi, aku akan berusaha untuk membaca situasinya dan suasana hatimu.'
Apa yang kamu maksud dengan membaca situasi? Suasana hati macam apa yang mau kamu baca?
Aku mestinya bertanya lebih banyak soal itu, tetapi aku malah kabur dari tempat itu di depan keluarga Wataru karena aku tidak tahan ada di sana.
Aku sendiri memang tidak terlalu paham soal itu, tetapi aku ingat, saat itu, aku merasakan amarah yang kuat padanya.
'Hei, kamu itu Sajou-kun, bukan?'
Dan suatu hari, seorang cewek cantik berambut coklat mulai muncul di hadapan Wataru. Tampaknya, namanya itu Aizawa-san. Aku rasa Wataru juga tidak mengenal cewek itu karena ia tampak sangat bingung, tetapi kemudian ia mulai pergi ke suatu tempat dengan cewek itu hampir setiap hari. Entah mengapa, teman sekelasku yang jarang aku ajak ngobrol, bilang begitu padaku, padahal aku tidak bertanya.
"…"
Ini hening.
Wataru dulu mengobrol padaku sepanjang waktu, dan kadang-kadang, aku tidak bisa menghabiskan makananku karena itu. Aku merasa waktu istirahat makan siangku sangat singkat setiap saat, tetapi baru-baru ini aku menyelesaikan makan siangku dalam waktu 15 menit. Itu membuatku punya waktu luang dan aku tidak tahu mesti berbuat apa. Apa ia ada di sekitarku ataupun tidak, ia masih saja memberiku masalah.
Ia mungkin sedang ngomong dan ngobrol dengan gembira dengan cewek itu, Aizawa-san, saat ini.
"…Bermesraan kayak gitu…"
"Hmmm? Aichi, apa kamuー cemburu?"
"Apa... …Kei!? Bukan, bukan begitu! Mengapa aku mesti merasakan hal semacam itu padanya!?"
"Tanpa Sajocchi, jadi terasa sepi, bukanー? Bukannya Aichi juga merasa kesepianー?"
"Aku merasa segar karena cowok yang menyebalkan itu sudah pergi! Tolong, jangan bilang sesuatu yang aneh!"
"Kamu tidak semestinya sampaiー semarah itu."
Kei sering menatapku dan Wataru, dan menghampiri kami sambil menyeringai. Seringkali, mungkin, dia menganggap kalau kami itu sebagai pasangan yang melakukan sesuatu yang lucu atau semacamnya. Selain itu, Kei terkadang suka menggodaku kayak gini meskipun cowok itu bukan pacarku atau semacamnya. Tentu saja, aku memang mempercayai Kei, tetapi tetap saja, itu menyebalkan…
Aku memang memberi tahunya apa yang aku pikirkan, tetapi Kei malah tidak peduli dan terus bilang, "Ngomong-ngomong.". Tidak, tunggu, tolong dengarkanlah aku.
"Cewek yang menempel di sekitar Sajocchi, dia berjalan di lorong setiap hari sambil bergandengan tangan dengan pacarnya sampai baru-baru ini."
"Eh? Pacar?"
Ah, kalau diingat-ingat… ...Aku merasa kayak ada pasangan yang secara terbuka berjalan di lorong sekolah sambil bergandengan tangan sampai baru-baru ini. Aku yakin pacarnya itu seorang senpai, bukan dari angkatan yang sama.
Tetapi tunggu dulu. Mengapa seorang cewek yang tampaknya begitu dekat dengan pacarnya sampai baru-baru ini, tiba-tiba mendatangi Wataru?
"Dia memang sudah bermesraan dengan pacarnya sampai saat ini, tetapi tidakkah menurutmu aneh kalau dia tiba-tiba mendekati Sajocchi?"
"Ce-Cewek itu, maksudmu, dia mungkin merencanakan sesuatu?"
"Iya, tetapi mungkin… ...dia bukan cuma sedang merencanakan, tetapi sudah melancarkannya…"
Saat aku bertanya, Kei pun menjawab dan kemudian menggumamkan sesuatu.
Serius deh… Apa sih yang mau dia bilang!?
Kalau dia benar-benar berusaha melakukan sesuatu untuk menyakiti Wataru, bukannya itu berarti, aku mesti melakukan sesuatu soal itu...? Bu-Bukannya aku khawatir soal Wataru atau semacamnya! Itu juga untuk mencegahku terseret dan terluka!
"Ah! Sajocchi kembali!"
"…Eh!"
"Kalau begitu aku akan kembali ke bangkuku, ya, Aichi!"
"Eh, tunggu, Kei…!?"
Kei berbisik padaku kalau cowok itu sudah kembali, sambil dengan cepat merapikan kotak bekalnya, lalu kembali ke bangkunya.
Serius deh… tidak bisakah dia paling tidak tetap bersamaku sampai akhir!? Dia ini berencana menyerahkan masalah ini padaku sendirian!?
Saat cowok itu duduk, ia mulai mempersiapkan mata pelajaran berikutnya seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
Hei… mengapa hari ini sepanjang hari, kamu tidak mengobrol denganku kayak biasanya!?
"─He-Hei… apa kamu ada waktu?"
"….Hmm?"
Perasaan yang aneh jadi orang yang pertama kali bilang sesuatu padanya, itu membuatku merasakan gatal yang aneh di tubuhku. Tetapi tetap saja, tidak peduli betapa menyebalkannya fakta kalau ia mungkin akan dirugikan…
…Aku tidak bisa mengabaikannya begitu saja!
"Ka-Kamu… ...apa kamu makan dengan Aizawa-san setiap hari?"
"Tidak juga kok, tidak setiap hari… Tetapi, iya, memang hampir sering."
Eh, hei kamu… ...kok bisa sih kamu menjawab dengan sangat santainya begitu!? Bukannya kamu bilang kalau kamu menyukaiku!? Biasanya, kamu akan berusaha menyembunyikan hal semacam itu karena kamu tidak mau membuat jarak dengan cewek yang kamu sukai, bukan!?
"Kalian makan di luar, bukan? Ada seorang teman kita yang melihat kalian saat kalian berdua sedang pergi ke suatu tempat…"
Tanyaku seakan-akan aku tidak peduli padanya. Karena aku sudah tahu kalau aku bilang aku penasaran soalnya secara langsung, ia pasti akan jadi sombong selama seharian penuh.
Aku tidak akan pernah biarkan itu terjadi.
"Iya, itu memang benar. Itu tidak salah."
"…Jadi begitu, ya."
Kayak yang aku bilang, mengapa sih cowok ini…!? Dapat dengan mudah mengakui hubungannya dengan cewek-cewek lain! Apa yang akan kamu lakukan padaku!? Kamu biasanya menyebutku Dewi, tetapi kamu tidak benar-benar menganggapku seorang Dewi, bukan? Mana mungkin dia menatapku begitu, bukan!?
Setelah bertukar kata-kata denganku. Wataru, secara tidak biasa, mengalihkan pandangan dariku dan meletakkan tangannya di dagunya, dan mulai memikirkan sesuatu.
Cowok ini, dapat melakukan sikap semacam ini juga, ya…? ..Bu-Bukan, bukan berarti aku menganggapnya bodoh atau semacamnya.
"Eum… ...Natsukawa. Apa kamu sudah mengenal Aizawa sebelumnya?"
"Eh…!? Eh, ah, benar, aku sudah mengenalnya? Memangnya mengapa?"
Tiba-tiba ia menanyakan sesuatu yang bermakna. Aku pun menjawab kalau aku sudah mengenalnya.
…Apa cowok ini juga curiga pada Aizawa-san? Kalau tidak, ia tidak mungkin bertanya soal masa lalu cewek itu, bukan…?
...Dan saat aku berpikir begitu, ia tiba-tiba, menanyakan sesuatu yang bodoh.
"Aku mau tahu lebih banyak, soal Aizawa."
"…Kamu tahu, bukan, aku tidak dapat mengobrolkannya! Dasar bodoh! Pastikan untuk mengejar-ngejar cewek itu yang sewajarnya saja!"
Kepalaku memutih karena amarah.
Mengapa sih aku sangat marah kayak gini?
Mungkin karena saat orang mengkhawatirkan Wataru, di sisi lain, ia malah bermesraan dengan cewek yang baru saja ia temui tanpa pikir panjang. Kalau saja ia memberiku perasaan semacam ini, aku mungkin tidak akan repot-repot memikirkannya!!
Aku tidak mau melihat wajah cowok ini saat ini.
Saat aku bangun dengan penuh semangat, aku melompat keluar kelas secepat mungkin.
Author Note: Musim panas itu waktu yang tepat buat menulis. Aku menulis untuk menyesuaikan dengan musim dan sekarang itu musim dingin...
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain:
Baca juga: