Bab 13Sudah Aku Duga, Aku Mesti Berpikir Secara Realistis
Tiga hari sudah berlalu sejak terjadinya insiden Aizawa (*Kegiatan misionaris). Aizawa tidak pernah datang lagi sejak hari itu, dan meskipun aku kesepian, pada akhirnya hari-hari yang menyenangkan itu balik lagi.
Iya, aku memang tidak tahu apa ini karma buatku, tetapi saat aku terbangun di pagi hari sejak hari itu, kotak bekalku sudah berubah jadi satu koin. Apa mungkin itu karena Ibu telah memperhatikanku selama ini?
Lagipula, apa kalian tahu apa maknanya ini? Tampaknya, aku merasa sedang pergi ke medan perang.
"...Fuoh!!!"
Bukan cuma aku, cowok-cowok galak dan tangguh, mereka mendorong maju menggunakan tubuh mereka sendiri. Dan beginilah diriku, Sajou Wataru, yang mendorong punggung orang tidak dikenal dengan sekuat tenaga dan kekuatan sekelilingku sekuat tenagaku. Tidak, punggung yang lebar, Halo… tidak usah pedulikan aku, aku ini cuma sampah masyarakat.
Apa yang aku dapatkan setelah pertempuran sengit itu roti mentega dengan susu yang tidak dilirik oleh siapapun. Bagaimanapun, toko ini kurang cocok buat seseorang yang berolahraga. Kalau kalian tidak jago olahraga, kalian cuma akan mendapatkan patah tulang saja. Tetapi tidak apa-apa, aku mendapat kembalian dari pembelian, Ibu.
Saat aku mencoba untuk kembali ke kelas, aku mendengar suara bising dari dalam kelas. Itu suara yang sangat akrab... ...atau cuma imajinasiku saja? Lagipula, apa yang mesti aku lakukan? Aku tidak mau balik lagi.
"Tidak… …Silakan ambil saja ini! Ini permintaan maafku atas ketidaknyamanan yang aku sebabkan!"
"Aku sudah bilang bukan, tetapi tidak apa-apa, deh! Kamu belum melakukan kesalahan apa-apa padaku!"
"Aichi, sudahlah, menyerah saja lalu ambil itu…"
"Mengapa kamu mendukung pihak itu, Kei!?"
Saat aku melihat ke dalam kelas, aku mendapati seorang cewek berambut coklat, yang punya penampilan yang santai dan aku temui baru-baru ini, sedang mendekati Natsukawa. Sejauh yang aku dengar, aku tidak berpikir kalau mereka sedang bertengkar. Tetapi, paling tidak aku tahu kalau itu akan jadi sesuatu yang merepotkan kalau aku ikut bergabung dengan mereka.
"Ah! Ngomong-ngomong, Nyonya Aika, aku akan letakkan di sini saja, ya!"
"Ah! Tung-Tunggu sebentar!"
"Dadah, Renachi~."
Saat aku bersembunyi di samping pintu kelas, Aizawa, yang sudah bermesraan denganku sampai saat ini (*Dia tidak), keluar dari kelas ke lorong. Aku meliriknya, dan aku dapat melihat wajahnya dari samping... ...Ah, itu membuatku sangat bahagia sampai-sampai aku hampir pingsan. Dia menuju ke arah yang berlawanan dariku, dan berlari menaiki tangga menuju ruang kelas Senpai… Aku senang karena dia baik-baik saja.
Serius deh, aku tidak bisa benar-benar memahaminya, ya sudah aku menenangkan diriku dan masuk ke kelas. Saat aku menuju bangkuku, tentu saja Natsukawa yang duduk di sebelahku menyadari keberadaanku. Biasanya, dia akan memelototiku cuma karena aku melihatnya saja, tetapi kali ini dia melihatku dengan wajah jijik. Terima kasih banyak, lakukanlah lebih banyak lagi.
"…Begini, Aizawa-san ada di sini sampai beberapa saat yang lalu."
"Dia itu sangat energik dan agak takut akan sesuatu… ...Sajocchi, apa yang sudah kamu lakukan?"
"Bukan apa-apa, kok… hanya saja aku bicara tanpa henti soal kehebatan Natsukawa Aika."
"Hei! Apa sih yang kamu bilang padanya!?"
"Iyuh… ...Tega-teganya kamu makan dengan cewek secantik itu dan kamu malah bicara soal Aichi sepanjang waktu… Tetapi, aku rasa memang begitulah Sajocchi yang biasanya."
Memang akulah yang menyebarkan kata-kata soal Natsukawa Aika. Iya, itu memang ungkapan yang terbaik. Sebagai penggemar nomor satu, aku akan secara aktif mengutipnya mulai saat ini. Tetapi, bukannya itu terlalu berlebihan? Mengapa Nyonya Aika punya 20 bungkus kue sus edisi terbatas? Di tempat yang seperti medan perang di mana kalian mesti mempertaruhkan hidupmu agar dapat bertahan hidup, bagaimana dia...?
Saat aku menatap ke kue-kue sus itu, aku bertemu dengan mata Natsukawa, yang sedang mengeluh.
"Ah, ini? Dia bilang, dia dapat ini dari pacarnya."
"Senang ya, rasanya, kalau mereka dapat balikan lagi."
"Hah? Yang benar saja?"
Di sebelah Ashida, yang berkata, "Eh, yang benar saja...?", Natsukawa mengangguk seakan-akan membenarkan kalau itu memang benar. Tampaknya perasaannya pada Arimura-senpai masih belum hilang, jadi dia pikir alangkah baiknya kalau dia dapat balikan dengan mantan pacarnya. Tetapi serius deh, aku tidak merasa kalau mereka akan benar-benar balikan. Tampaknya memang efektif untuk bicara soal keburukan cowok SMA padanya. Itu memang benar.
"Dia senang punya hobi yang sama dalam segala hal."
Hmm, hobi yang umum ya? Aku penasaran apakah dia mendapatkan hobi baru yang cocok dengan mantan pacarnya setelah dia tidak bertemu denganku lagi. Tetapi, tampaknya Aizawa tidak tahu hobi satu sama lain saat dia pacaran dengan Arimura-senpai…
'Aku… …Menurutku, itu Natsukawa dari kelas sepuluh.'
…Ah.
"Sajocchi, sayang sekali, ya? Ditinggalkan oleh Renachi, aku turut prihatin padamu!"
"Hmm, aku tidak keberatan. Karena, aku punya kenangan indah bersamanya…"
"…Hah!? Kenangan indah!?"
"Renachi itu sudah punya pacar, loh! Kamu itu yang terburuk!"
Melihat ekspresi wajah mereka, Ashida dan Natsukawa tampaknya punya imajinasi 'R-18', tetapi sayangnya kenyataannya bukan begitu. Aku tahu, Aizawa yang berambut coklat, dia memang tampak kayak cewek yang murahan, tetapi kalian tahu, kecocokan dan kepribadian juga penting buat cowok. Fakta bahwa aku dapat memonopoli waktu Aizawa dan mengobrol dengannya saja pun, sudah lebih dari cukup berkah. Serius deh, aku sangat senang karena cuma dengan mentega gulung saja sudah cukup buat sisa hidupku… ...Tidak, maaf, sudah aku duga, itu masih belum cukup.
Saat aku memikirkan kebahagiaan seorang cowok, aku dilihat oleh Natsukawa dan Ashida dengan mata yang melihat sesuatu yang bodoh.
"Aku menahan diriku dengan benar, jadi tidak apa-apa, bukan?"
Saat aku merasa kalau kekasaran yang disayangi oleh manusia ini disangkal, tiba-tiba aku menjawab dengan kata-kata yang kayak gitu. Begini, buat seorang cowok yang tidak populer, cuma dengan punya kesempatan untuk mengobrol dengan seorang cewek yang sangat imut saja, dapat memberinya semangat untuk tetap hidup.
"Hmm? Lalu, apa kamu tidak apa-apa dibenci oleh Aizawa-san?"
"Tidak, aku memang tidak suka dibenci… ...tetapi aku juga tidak berharap banyak sejak awal. Saat seorang cewek imut tiba-tiba mengobrol padaku, itu memang membuatku ragu. Aku memang berpikir kalau Aizawa telah merencanakan sesuatu saat dia mendekatiku. Tetapi aku tidak peduli, karena aku bisa bercakap-cakap dengan seorang cewek cantik dengan ikut ke dalam rencananya itu. Itu merupakan teknik tingkat tinggi dari cowok yang dapat dipercaya."
"…Entah mengapa, bukannya kamu sedang putus asa, ya?"
"Tidak, tidak, aku mampu jadi cowok yang dapat dipercaya..."
"Tidak, bukan begitu."
"…?"
Entah mengapa aku merasakan suasana yang mengganggu, jadi aku memiringkan kepalaku. Mengapa Natsukawa tiba-tiba memalingkan wajahnya dan mulai menatapku dengan tajam? Aku tidak tahu alasannya, tetapi saat aku menoleh ke Ashida, dia juga menatapku dengan ragu.
"Tung-Tunggu sebentar. Memangnya apa masalahnya? Bilang padaku, apa yang mestinya aku lakukan?"
"Iya, ini memang bukan masalah sih. Tetapi Sajocchi bilang kalau kamu suka Aichi, tetapi kamu malah terpesona oleh cewek lain, menurutku itu tidak cocok dan menjijikkan."
"Menjijikkan..."
Kata-kata Ashida, yang mestinya jadi lelucon, entah mengapa kali ini, malah jadi tajam. Itu merupakan kata-kata yang menusuk hatiku. Tetapi kalau dia bilang aku harusnya lebih baik lagi, itu sulit, loh. Saat ini, aku sudah dapat melihat penampilan dan spesifikasiku sendiri secara realistis, kalau aku disuruh memikirkan Natsukawa dengan serius, yang aku tahu sudah tidak tercapai lagi, itu bagaikan lari maraton tanpa tujuan.
"Aku rasa aku tidak akan terlibat dengannya lagi. Tetapi, suatu kebahagiaan saat dia datang untuk mengobrol dengan seorang cowok sepertiku yang tidak populer. Tidak apa-apa, bukan? Kayak yang aku bilang sebelumnya, aku telah menahan diri dengan baik."
"Aku tidak mengerti."
"Tentu saja. Natsukawa tidak dapat mengerti hal ini."
"…"
Saat aku berpendapat, Natsukawa menatapku dengan kuat. Itu karena kamu populer, bukan…? Aku tahu kalau kamu dimintai informasi kontak oleh semua cowok sporti di lorong! Bersiaplah, wawancara kedua itu denganku, jadi lakukan yang terbaik, cowok-cowok!
Saat aku mendengar cerita itu dari Aizawa, aku pikir dia itu punya harapan yang tinggi pada Arimura-senpai. Makanya aku dengan antusias menjelaskan padanya kalau cowok-cowok itu, termasuk Arimura-senpai, jauh lebih rendah dari apa yang dia pikirkan. Dan, aku juga menambahkan soal betapa Natsukawa itu bak seorang Dewi (*Topik utama).
Aizawa memang pernah berpisah Arimura-senpai, tetapi dia masih belum bisa menghapus perasaan yang tersisa di dalam hatinya. Makanya dia mungkin balik lagi ke tempat itu sampai dia memahami bagian buruk dari cowok itu sendiri bahkan setelah mendengarkanku. Paling tidak Arimura-senpai punya "sesuatu" yang cukup buat menahan Aizawa.
Tetapi aku tidak punya. Natsukawa tidak punya perasaan khusus buatku, dan kalaupun ada, itu akan segera hilang. Karena aku tidak punya "sesuatu" yang cukup untuk menahannya.
"Tung-Tunggu sebentar, Sajocchi! Barusan, kok kamu panggil Aichi… "Natsukawa"!?"
"Tidak usah dibahas… aku sudah tidak peduli soal itu!"
"Eh!? Bukannya sudah terlambat untuk itu!?"
"Dengan begini, kami tidak akan disalahpahami oleh orang lain lagi! Itu membuatku merasa sangat lega!"
"Tung-Tunggu sebentar, Aichi!"
Tuh lihat, orangnya saja bilang begitu. Dia tidak bisa bilang begitu saja pada Ashida karena ini merupakan situasi yang terjadi di antara kami.
Aku cuma melakukan apa yang Nasukawa mau. Itu berarti, ini merupakan hubungan mutualisme. Natsukawa bilang kalau dia tidak mengerti caraku melakukan ini, tetapi mengapa?
Jawabannya sederhana. Ini karena lingkungan tempat masing-masing dari kami menghabiskan waktu dan cara kami melihat sekeliling kami itu benar-benar berbeda, di antara aku dan Natsukawa. Oleh sebab itu, ada perbedaan nilai dari satu sama lain. Mungkin wajar saja kalau kami tidak bisa memahami satu sama lain bahkan sampai saat ini...
"Ah, Sajou! Kamu akhirnya dibenci oleh Natsukawa, ya!?"
Yamazaki, yang habis balik dari kantin, memandangi kami dan mengolok-olokku. Semua orang memandangi kami kayak melihat sesuatu yang menarik. Mungkin mereka tidak mau ketinggalan karena akhir-akhir ini mereka tidak punya cukup bahan ghibah soal aku dan Natsukawa akhir-akhir ini.
Tetapi ini mungkin kesempatan yang bagus. Tidak apa-apa untuk bilang kalau nilai saham Natsukawa akan naik, tetapi tidak wajar kalau tiba-tiba memuji Natsukawa dengan cara yang sama kayak sebelumnya… ...Apa yang mesti aku lakukan saat ini?
"Yamazaki… ...Aku sedang dalam mediasi perceraian saat ini, jadi tutup mulut saja."
"Me-Memangnya siapa yang... ...kamu nikahi!?"
"Gahahaha!! Kamu ini bilang apa sih!!!?"
"Aku akan menuntut Yamazaki, pebinor*, 2.500.000 yen*…!"
(TL Note: Pebinor: Pencuri Bini Orang; 2,5 juta yen itu sekitar 272.070.000 rupiah, per Mei 2023.)
"Apa? He-Hei!?"
"Yamazaki-kun, kamu itu yang terburuk!!"
"Eh!!?"
Saat ini, mereka tidak mesti benar-benar memahamiku. Kalau kalian menelusuri lebih jauh, aku dan Natsukawa akan tinggal di lingkungan yang berbeda. Aku dapat memikirkan Natsukawa secara sepihak mungkin karena cara berpikir dan nilai kami yang berbeda, dan kalau suatu saat, terlibat dalam keisengan ini membuat Natsukawa merasa tidak nyaman…
"Natsukawa-san, apa kamu baik-baik saja!?"
"…Eh!? A-Aku... ...tidak apa-apa, kok!"
Cukup melihatnya dari jauh saja.
Author Note: Ada beberapa hal yang tidak mau yang bersangkutan, kalian lihat dari dekat. Aku termasuk golongan yang tidak mau melihat selebriti dan sebaliknya.
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F
Baca juga dalam bahasa lain:
Baca juga: