Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 1 Bab 18 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-18-di-lintas-ninja-translation

Bab 18
Pelatih-Pelatih Elite

Akhir-akhir ini, aku kesulitan tidur. Aku bangun pagi-pagi sekali meskipun aku tidak dapat langsung tidur. Mungkin karena aku kurang olahraga tidak kayak sebelumnya. Aku merasa kayak aku telah menggunakan banyak kekuatan fisik untuk bergerak, saat aku masih mengejar Natsukawa setiap hari.

Fakta bahwa aku jarang menggunakan selimut akhir-akhir ini, bukan karena aku kurang olahraga, melainkan itu merupakan bukti kalau musim ini sudah mendekati musim panas. Kalau aku menggunakan selimut saat tidur, keesokan paginya entah mengapa selimut akan berada jauh dari tubuhku.

Tetapi tetap saja, fenomena apa yang membuatku tidak bisa berhenti makan roti panggang panas di pagi hari?

Aku mengambil satu potong dari lima potong roti putih dari mesin pendingin (freezer) dan memasukkannya ke dalam pemanggang. Lalu, aku melihat kulit halus yang terbakar oleh panas merah secara berkala. Entah mengapa ini jadi kebiasaan tanpa aku sadari.

Sambil menikmati roti panggang mentega yang renyah, Kakak yang berambut cepak sebelah turun dari lantai dua sampai-sampai aku dapat membayangkan cara Kakak tidur. Itu ketidaksimetrisan yang baru.

Kakak bilang sesuatu padaku, yang sedang makan roti panggang.

"…Mungkin roti sebanyak itu sudah tepat."

"Jangan membuat komentar aneh sambil melihat wajah orang."

Kakak yang kasar memang punya kesadaran yang tinggi akan cowok, tetapi aku belum pernah mendengar kisah romansa darinya. Aku sudah jadi adiknya selama bertahun-tahun, tetapi Kakak itu terlalu pilih-pilih soal memilih cowok. Makanya Kakak belum pernah punya pacar sebelumnya. Meskipun dia mungkin akan jadi populer kalau dia tetap diam, yang benar saja, itu sungguh memalukan.

"Aku memuji Kakak, loh. Meskipun Kakak ada dalam kelompok yang penuh dengan cowok-cowok tampan, cewek-cewek di sekitar Kakak akan marah." (*Nada sarkastik.)

"Kayaknya kamu pernah mengalami situasi semacam itu…"

"..."

"…?"

Hmm? Entah mengapa, Kakak memasang reaksi yang tidak terduga? Apa jangan-jangan… ...musim semi akan datang buat Kakak yang mengalami kesulitan sampai saat ini?

Tetapi, wajah itu... Itu merupakan wajah seseorang yang sedang diingatkan akan sesuatu yang sangat tidak menyenangkan. Hmm, apa jangan-jangan Kakak gagal keras dengan melakukan pendekatan setengah hati pada cowok tampan? Iya, kalau begitu, ini saatnya buatku, sebagai adiknya, untuk membuatnya merasa mendingan.

"Apa Kakak akhirnya paham... kemegahan seorang cowok yaitu aku?"

"Hah? Tidak usah terbawa suasana, dasar kamu cowok dengan nilai 49 poin."

"Paling tidak… paling tidak tambah aku satu poin lagi, lah…!"

Itu merupakan serangan verbal yang secara akurat menusuk jantungku. Kalau Kakak memperlakukan seseorang yang bangga sebagai cowok normal, sebagai seseorang yang ada di bawah garis normal, cowok itu akan terluka oleh kata-kata itu! Begini, aku berusaha keras untuk menghadapi kenyataan dan terus begitu, bangga sebagai cowok normal, jadi tidak bisakah Kakak paling tidak jaga mulut Kakak!?

Kalau aku melanjutkan obrolan ini lebih lama lagi, akhirnya cuma akan jadi bumerang buatku. Aku memasukkan kelebihan roti ke dalam mulutku dengan air mata dan berusaha memohon agar aku tidak membicarakan apapun soal penampilan fisiknya. Kakak memang bergumam, "Apa yang kamu lakukan…?" dengan sorot mata kayak dia tampak bodoh di depannya. Tetapi, aku kira ini merupakan saat di mana aku melihat Kakak untuk waktu yang lama dalam beberapa hari ini.

"Kamu ini, kalau kamu terus-terusan begitu, kamu tidak akan populer di kalangan cewek, loh."

"Hah? Apa sih yang barusan Kakak bicarakan?"

"Kamu ini…"

Kakak yang sudah memperlakukanku sebagai cowok yang tidak populer bilang hal semacam itu. Dia secara tidak sengaja melontarkan kata-kata menyedihkan yang kasar. Kakak menoleh padaku, tampaknya dia mau bilang sesuatu, tetapi pada akhirnya, dia tidak mengatakan apa-apa lagi.

Aku memutuskan untuk meninggalkan rumah  secepat mungkin kemarin. Tetapi sekitaran waktu ini, aku akan berangkat bersamaan dengan Natsukawa, jadi aku memang merasa agak canggung saat bertemu dengannya, tetapi aku rasa aku tidak akan bertemu dengannya terus-terusan. Bagaimanapun, aku membawa tas sekolahku dan menuju ke pintu depan.

"Hei, Wataru, tunggu Kakak."

"...Hah?"

 ♦

"???"

Aku diberi tahu, "Kakak juga mau berangkat juga." oleh Kakak, dia membuatku menunggu karena beberapa alasan. Aku tidak dapat menyembunyikan kebingunganku dari Kakak yang mencari perhatian lebih ketimbang sebelumnya. ...Mustahil! Apa mungkin selama ini, Kakak itu... suka adik sendiri!?

'Hah?…Jijay ah.' (*3 kali.)

Iya, itu mustahil. Kakak yang sombong mustahil suka sama adiknya sendiri. Tanpa sadar, aku dapat membayangkan Kakak yang mengutukku sambil menarik kepalaku... ...Ibu Guru, aku merasa tidak mau berangkat ke sekolah lagi hari ini.

Saat aku masih bingung, aku memakai sepatu bersamaan dengan Kakak. Aku pun tidak paham mengapa situasinya malah jadi kayak gini. Bukankah ini pertama kalinya kami berangkat bareng sejak aku duduk di bangku SMP? Aku tidak suka perasaan ada di SMA yang sama dengan Kakak, itu cuma membuatku merasa kalau aku benar-benar anak bontot.

"Aku berangkat!"

"…Kami berangkat."

Biasanya Kakak tidak mau repot-repot bilang begitu, jadi saat aku bilang begitu, dia mengucapkan kata-kata yang sama dengan suara yang kecil. Dia berperilaku jauh lebih baik saat ini. Saat Kakak baru saja masuk SMA, di era yang disebut Era Gyaru, itu jauh lebih buruk dari saat ini.

"…Jadi? Mengapa Kakak tiba-tiba bilang kalau Kakak mau berangkat bareng?"

"Hah? Kakak cuma bilang kalau Kakak mau berangkat juga."

"Memang apa bedanya…?"

Sesosok makhluk misterius yang disebut "Wanita" ada di sini. Kalau "wanita" ini memang seorang cewek yang dekat denganku, aku akan senang untuk berpikir kalau dia mungkin cuma seorang 'tsundere', tetapi "wanita" itu Kakakku…. Bahkan alasan mengapa Kakak membuatku menunggu itu terlalu misterius jadi membuatku takut.

Saat aku mengikuti Kakak tanpa tahu apa yang dia mau, Kakak yang berjalan pelan di depan tiba-tiba terhenti.

"Hei, ada apa sih, Kak?"

"…Cewek itu."

Kakak menunjuk ke depan dengan dagunya. Tunggu, mengapa Kakak menggunakan dagu?

Melihat ke arah yang dia tunjuk, aku mendapati punggung seorang cewek yang aku kenal sedang berdiri di ujung jalan menuju sekolah. Alih-alih menunggu sesuatu, tampaknya dia sedang melihat sesuatu dari ujung jalan. Dia berjongkok dan mengenakan rok mini, jadi sedikit lagi saja… ...Ah, Nyonya Natsukawa, terima kasih banyak.

"…"

"…"

"Hei, kamu itu kenal dia, bukan? Kalau memang benar begitu, karena kita akan pergi ke sana, sapa dialah."

"Hei, jangan menatapku terus..."

Kakak, yang menyadari tatapanku, bilang begitu sambil menyentuh bahuku dengan punggung tangannya. Secara nyata, menyapa Natsukawa, yang ada dalam posisi dan keadaan begitu, tampaknya merupakan ide yang buruk dan dia mungkin akan membencinya. Jujur saja, aku tidak mau pergi ke sana, meskipun itu berarti aku mesti mengambil jalan memutar. Tetapi di belakangku, seorang Overlord (Kakak) terus menatapku. Jadi aku tidak punya pilihan lain, bukan?

"…Natsukawa."

"Hiya…!?"

Apa... ...yang baru saja dia bilang?

Jantungku pun tiba-tiba jadi 'Hiya'. Suara kecil dan bernada tinggi yang tidak kayak Natsukawa yang biasanya itu sangat imut sampai-sampai aku merasa bisa meledak kapan saja sekarang. Ah, 'Ledakan Terakhir!'.

[TL Note: 'Ledakan Terakhir', Apa kalian tahu dari rujukan apa ini? ...Iya, benar, itu dari Dragon Ball.]

"Wa-Wataru…!?"

"Selamat pagi, apa yang kamu lakukan di sini…?"

Hmm…? Tadi, apa dia barusan memanggilku dengan nama panggilanku? Biasanya, dia selalu memanggilku dengan nama keluargaku, bukan…? Hmm? Biasanya Natsukawa bilang apa untuk memanggilku?

"Begini, ada beberapa cowok aneh...! Apa-apaan sih itu!?"

Natsukawa mencengkeram lenganku, keintiman yang begitu cepat ini! Niatku yang sesungguhnya memang keluar dari mulutku, tetapi entah mengapa aku nyaris menahannya (*terlambat). Saat aku kembali ke diriku sendiri lagi dan mengingat kata-kata Natsukawa, aku sadar kalau dia bilang sesuatu itu cukup mengkhawatirkan.

"Itu, coba lihat itu...!"

"Hmm…?"

Sama kayak Natsukawa, aku diam-diam melihat ke luar ujung. Melihat ke luar, aku mendapati empat orang cowok berseragam SMA yang sama dengan kami berdiri di depan kedua sisi pagar. Ini mirip kayak Victory Road sebelum menantang Elite Four, yang tampak seperti mereka akan memulai pertempuran cuma dengan menatap mata mereka saja.

[TL Note: 'Victory road', Apa kalian tahu referensi apa ini?… iya, benar, ini dari Pokemon.]

(TL Note: Banyak banget rujukan (referensi) padahal gak ada yang cerai! Hehe, gak lucu, Min!)

"Meskipun begitu, mereka semua itu pelatih yang elite…"

"Apa yang kamu bicarakan…?"

"Hei, berapa lama kalian berencana untuk terus melakukan hal itu?"

"Eh... Ah!? Kakaknya Wataru...!?"

Sementara aku mengumpat, 'Cowok-cowok tampan mestinya mati saja!', dalam pikiranku, Kakak (*Level 63.), yang sudah menungguku, mendekatiku dengan suara rendah memintaku untuk melakukannya lebih cepat, tentu saja, aku tidak bisa menang.

Tunggu sebentar. Natsukawa, jadi lemah saat dia melihat salah satu kakak temannya, tampaknya dia baru saja menerima kerusakan besar dari serangan 'Hyper Beam'. S*alan, aku tidak boleh kalah di sini! Wataru akan menggunakan 'Splash'! Tetapi tidak ada yang telah terjadi!

[TL Note: Apa kalian tahu referensi dari apa ini…? Iya, benar, satu lagi dari Pokemon.]

"Kalian, apa yang kalian lihat baru…san!?"

"…Kakak?"

'Ah! Bukannya itu Kaede!?'

"Hah?"

Tanpa bercanda, sensor bahayaku sudah membunyikan alarm. Para pelatih elite yang berdiri menunggu di ujung belokan berlari ke arah kami, sambil menyebut nama Kakak. Aku mau kabur dengan sekuat tenaga, tetapi aku tidak bisa bergerak karena Kakak sedang bersembunyi di belakangku dan memegang lenganku dari belakang.

"Hei, Kaede! Siapa sih cowok itu!? Mengapa kamu melakukan hal yang kayak sembunyi-sembunyi dari kami!?"

"Menjengkelkan! Mengapa kalian semua menyergapku! Itu menjijikkan, loh!"

"Mega**um! Aku telah memilihmu!"

[TL Note: Ini Meganium... tetapi ya, aku rasa kita perlu menyensor namanya.]

"Hei, kalian, bisakah kalian membaca suasananya sebentar..."

Natsukawa, yang tampaknya sedang panik, meraih seragamku dan dengan putus asa menariknya. Aku tidak bisa lebih bahagia dari ini, dan saat ini tampaknya semua orang memutuskan untuk melepaskan semuanya dan lari masuk ke SMA dengan cepat… …merupakan apa yang aku harapkan terjadi… ...Apa? Memangnya tidak boleh, ya?

Author Note: Tidak boleh!

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi  Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

Baca juga:

 [Manga Short Story Special Extra] - Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha - Okemaru-sensei Cerita Pendek Manga Jilid 5 Edisi Spesial

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama