Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 1 Bab 3 - Lintas Ninja Translation

 

Yumemiru-3

Bab 3
Berpikir Secara Realistis

Mata pelajaran ini berakhir tanpa adanya masalah, dan inilah waktunya untuk pulang sekolah.

Entah mengapa, aku merasa kalau hari ini benar-benar lama. Sejak kejadian pagi ini, kondisiku semakin aneh, aku kira kalau aku sudah selesai makan siang, kondisiku akan semakin membaik namun... Entah mengapa, aku masih merasa kalau ada yang aneh...

Dan, apa ini cuma imajinasiku saja? Tetapi, aku merasa kalau suasana di kelas itu agak lebih tenang daripada biasanya. Aku rasa suasananya lebih berisik kemarin...

"Huah... Ngantuk banget..."

"Ada apa, Yamazaki? Kekurangan tidur?"

"Hmmm, tidak, bukan begitu kok..."

Yamazaki, yang duduk di sebelah kananku, menempelkan tubuh bagian atasnya ke meja dan tidak bergerak sama sekali seakan-akan ia telah wafat, jadi saat aku tiba-tiba bicara padanya, ia memberikan reaksi yang aneh padaku.

Ada apa dengannya, sih? Bukankah biasanya ia langsung pulang setelah jam pelajaran berakhir? Oh, benar, aku lupa kalau cowok ini tergabung dalam ekstrakurikuler bola basket.

Sepulang sekolah, di dalam koridor, sangat bising dengan siswa-siswi yang sedang beranjak pulang dan siswa-siswi yang hendak ikut ekstrakurikuler.

Mari kita mampir ke suatu tempat dalam perjalanan pulang. Oh benar, ada manga yang aku baca ketika aku masih SMP yang biasanya aku beli dan koleksi, tetapi aku penasaran apakah penerbitannya masih berjalan...

Bagaimanapun, mari kita pergi ke toilet sebelum meninggalkan sekolah... Aku telah menghindarinya sejak aku bangun dari kursi...

"...Hmm?"

Di sebelah kanan toilet pria, ada sebuah cermin besar. Dan aku terkejut melihat apa yang terpantul di dalamnya.

"...Apa yang sudah aku lakukan?"

Apa yang terpantul di cermin itu seorang siswa yang memangkas rambut coklatnya yang panjang. Tentu saja, itu aku, tetapi bukan itu yang membuatku terkejut.

Gaya rambut yang aku persiapkan secara khusus untuk debut SMA-ku, tentu saja tidak cocok dengan wajahku yang biasa saja. Aku juga tidak tinggi. Terlebih lagi, aku tidak jago dalam olahraga, dan aku juga tidak jago dalam urusan belajar.

Cowok yang membosankan... Maksudku ini bukan terlalu merendahkan diriku sendiri, tetapi bukankah aku cowok yang biasa saja? Apakah ada orang lain yang tidak punya sesuatu yang layak disebut sepertiku?

Pertanyaan yang aku pikirkan sejak siang tadi. Aku penasaran apa alasannya aku merasa  seakan-akan api yang membara telah mendingin walaupun perasaanku pada Aika masih belum berubah... dan aku rasa, aku tahu sebabnya.

Benar, Natsukawa Aika itu di luar jangkauanku.

Beberapa orang jatuh cinta pada selebritis yang imut dan bergaya anggun. Tetapi, tidak ada orang bodoh yang nekat dan benar-benar berusaha berada di dekat mereka. Itu benar, bagiku saat ini, 'Natsukawa Aika' itu bagaikan seorang idola yang populer yang mempengaruhi pikiranku, dan aku cuma tampak seperti seorang penggemar yang jatuh cinta pada idolanya.

Kalian lihat, bagaimana kalau kalian tiba-tiba melihat anggota dari idola yang kalian gemari, sedang syuting acara televisi di depanmu? Jawabannya adalah menjaga jarak tertentu dan menyemangati dari sana sehingga tidak mengganggunya. Inilah apa yang akan dilakukan oleh penggemar yang baik.

Mungkin itulah sebabnya aku tiba-tiba merasa kalau aku telah kembali ke diriku yang lama. Kalau aku pikir-pikir lagi, Aika itu perempuan yang pekerja keras dan bertalenta, dan kalau dia disandingkan dengan orang sepertiku, itu akan tampak seperti sesuatu yang tidak seimbang... Mengapa aku baru menyadarinya sekarang!

"Kumohon jadilah pacarku, ya... Yang benar saja?"

Tidak ada seorangpun selain aku di toilet pria. Dan aku bergumam sendiri di depan cermin. Aku merasa kalau darah memulai memanaskan wajahku.

Mungkin saja, dari sudut pandang orang di sekelilingku, aku tampak persis seperti seorang badut yang terus berusaha dengan nekat.

Pikirkan, pikirkan secara realistis... buat seorang cewek, kalau seorang cowok yang tidak dia sukai, terus-terusan mengganggunya, dia akan merasa sangat tidak nyaman, iya kan?

"...Aku rasa, aku ini bodoh...?"

Wajahku yang mulai tenang terpantul di cermin. Aku mulai berpikir.

...Waktu yang lama penuh dengan pemandangan yang halus dan berkilau... dibutakan oleh itu, terlalu banyak waktu yang telah aku habiskan. Bukan waktu untuk orang lain, tetapi waktuku sendiri. Ini... Bukankah ini sangat berbahaya...?

"..."

Anehnya, aku mulai berkeringat. Lalu aku membuka jendela toilet, aku dapat merasakan angin dingin bertiup, dan aku menyeka keringat dengan handuk tangan yang kebetulan aku bawa. Dan anehnya tidak ada orang lain yang datang ke toilet sampai aku berhenti berkeringat.

Aku penasaran mengapa film aksi langsung (live-action) itu seperti salah dari cerita orisinalnya. Ketika aku masih SMP, ada seri manga yang aku tahan untuk diikuti karena kala itu aku sedang dekat dengan masa ujian, tetapi aku tidak pernah kepikiran kalau aku akan tahu kelanjutan manga itu dari versi film aksi langsungnya. Di atas semua itu, ketika aku menontonnya, aku terus berpikir, 'Tidak, bukan begini, ini lain. Ini merupakan kesalahan besar."

Dan setelah itu, aku mesti menimpa kenanganku dengan versi orisinalnya.

Ketika aku berpikir begitu, suara bel rumahku berbunyi. Sayangnya, hanya aku saja orang yang ada di rumah ini sekarang. Ketika aku membuka pintu melalui jalur masuk depan, orang yang nyata berdiri di sana.

"...Aika? Mengapa dia datang ke rumahku? Terlebih lagi, pada saat ini? Apa yang terjadi?"

Waktu saat ini menunjukkan pukul 19:30. Dan idola kita, Natsukawa Aika, ada di sini. Rambutnya yang berwarna merah kecoklatan tampak lembab, sepertinya dia baru selesai mandi. Dan keseksian yang meluap melalui kulit lengannya yang putih membuat jantungku berdebar. Iya, aku memang selalu bingung di sekitarnya dari awal.

"Ma-Maafkan aku berkunjung di waktu seperti ini..."

"Tidak apa-apa, kok, tetapi mengapa..."

"Co-Cowok yang masih ikut ekstrakurikuler memberi tahuku alamat rumahmu!"

Terlalu berbahaya untuk cewek cantik seperti dia berjalan sendiri malam-malam. Aku sangat sayang padanya sampai aku ingin mengomelinya. Namun, saat ini, akulah yang mungkin melakukan sesuatu yang membahayakannya.

Mengapa dia mencari tahu alamat rumahku, sih...? Mudah untuk membayangkan kalau apa yang dipikirkan Aika tentangku. Setidaknya ini bukanlah waktunya untuk dia semakin mendekat padaku seperti ini. Mungkin saja, rasa sukanya padaku sebenarnya sangat tinggi...? Mustahil, ah. Kalau aku itu Aika, aku sudah mendorong cowok sepertiku jauh-jauh dengan menggunakan tanganku.

"A-Apa? Kamu mau bilang sesuatu?"

"Iya, iya, itu benar."

"..."

...Begitu ya.

Mungkin saja, 'itu' akan datang. Mungkin dia akan bilang, "Kamu itu menjijikkan, jadi kumohon jangan dekat-dekat denganku lagi." Atau, "Aku punya seseorang yang aku sukai, jadi kumohon jangan libatkan dirimu denganku lagi.", tetapi kali ini dia akan mengatakan sesuatu semacam itu dengan nada yang serius. Iya, itu benar, Aika datang jauh-jauh ke sini untuk mengatakan sesuatu semacam itu. Kalau tidak, tidak masuk akal kalau dia mau menghabiskan waktu dan tenaganya buat datang ke sini.

"...Kamu mau masuk? Saat ini, sedang tidak ada orang lain di rumah."

"Ti-Tidak ada orang lain di rumah!?"

"Oh, biarkan aku tambahkan satu hal, aku tidak tahu kapan mereka akan pulang."

Akan berbahaya kalau keluargaku pulang ketika aku sedang melakukan sesuatu setelah aku mengajaknya masuk, bukan? Tidak ah, dari awal, aku tidak punya niat ataupun keberanian untuk melakukan hal semacam itu.

Aku membiarkan Aika, yang telah memutuskan untuk masuk dengan takut-takut, duduk di meja makan.

Dia mungkin akan merasa lebih tenang kalau berada di dekat ruang tamu, bukan?

Saat ini, masih belum awal musim panas. Kalau kamu berjalan setelah kamu mandi pada malam hari, kamu akan masuk angin. Aku mengerti kalau kamu mau memprioritaskan pakaiannya ketimbang angin dinginnya, tetapi bukankah mengenakan gaun one-piece itu berlebihan? Mengapa sih dia perlu tampil begitu seksi cuma buat bertemu denganku... Bukannya dia membenciku?

Aku meletakkan kemasan sup bawang instan, yang banyak disimpan oleh ibuku, di depan Aika dan memberinya selimut yang tergantung di bangku. Tidak biasanya, dia tidak mengeluh dan memakainya. Kamu lihat, pengurusan kondisi fisik idolaku merupakan prioritas buatku.

Ketika aku merasakan suasana yang canggung, Aika-lah yang memecahkannya duluan.

"Hei, kamu... Apa yang terjadi padamu?"

"Apa maksudmu...? Apa ada yang aneh dariku?"

"Yang aneh... Tidak, tidak ada yang aneh! Tetapi, itulah yang membuatmu aneh!"

"Te-Tenanglah."

Entah mengapa, aku mengerti apa yang ingin dia katakan. Akulah orang yang biasanya bicara dan bertingkah aneh pada Aika. Jadi, sudah kuduga, Aika menyadari kalau aku sedang aneh hari ini. Tetapi, Aika datang ke sini cuma untuk menanyakan itu? Haruskah aku bilang padanya soal kesadaran yang aneh itu yang aku rasakan saat aku di toilet tadi? Jangan, itu terlalu memalukan untuk dikatakan, aku tidak bisa mengatakan itu.

"Kamu, bukankah kamu tidak menjauh begitu saja walaupun aku mendorongmu? Malahan, kamu malah semakin mendekatiku, jadi aku kira kamu orangnya 'M...'*. Ba-Bagaimanapun, kamu itu biasanya menjijikkan." (TL Note: M = Masokis.)

"Aku setuju."

"Ja-Jadi mengapa kamu sangat patuh hari ini!? Apa yang kamu rencanakan kali ini? Jawab aku!"

"..."

Aku biasanya cuma seorang cowok yang suka menempel padanya dan tidak mendengarkan apa yang dia katakan. Iya, meskipun aku melihat kembali diriku sendiri, aku rasa itu memang benar. Jadi, mau bagaimana lagi kalau dia berpikir kalau aku juga merencanakan sesuatu kali ini, karena aku telah mendekatinya dengan berbagai cara, selalu saja. Makanya kalau dia bilang kalau dia membenciku walaupun aku cuma mendekatinya secara normal... itu akan sedikit membuatku kaget... Tidak, bukan sedikit sama sekali... Kalau begitu, apa yang mesti aku lakukan?

"Hmm... Aika..."

"A-Apa?"

Kalau begitu... Kalau memang benar begitu, daripada mengatakannya, aku cuma perlu membuktikannya dengan hasilnya. Kenyataan bahwa kesadaran aneh yang aku rasakan hari ini, dan hubungan yang telah aku putuskan antara aku dan Aika saat ini, tidaklah salah.

Dan untuk itu...

"Aku suka padamu. Kumohon jadilah pacarku."

Tidak lagi, aku tidak lagi takut akan mengubah hubungan ini.


Catatan Author:

'Bukankah akan jadi seperti ini kalau perkembangan yang seperti kisah komedi romantis terjadi di kehidupan nyata?', aku akan menulis bab ini dengan pemikiran itu.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama