Bab 78
Setelah Menonton Film Bersama Gadis Paling Cantik
Saat filmnya dimulai, aku mengalihkan perhatianku dari tangan kami yang bergandengan ke layar.
Panas dari telapak tanganku masih terasa, dan panas itu berlanjut hingga ke pipiku. Perlahan mengambil napasku, aku terus menengok ke layar.
Film ini merupakan sebuah film romantis antara kedua teman masa kecil. Seorang cowok dan seorang cewek, yang sudah berteman sejak lama, menjadi siswa-siswi SMA, dan secara bertahap. Mengatasi berbagai peristiwa dan masalah, dan perasaan mereka tercipta setiap kali, dan proses dari mereka berdua jatuh cinta digambarkan dengan cermat.
Sepanjang film ini berlangsung, terkadang aku juga akan curi-curi pandang ke Saito, yang menatap ke layar dengan penuh minat. Matanya yang indah dan cantik dipenuhi dengan warna-warna cerah dari layar, berkilauan bagaikan permata.
Bahkan bibirnya yang digincu itu s*ksi dan lembab, dan aku tidak bisa apa-apa selain menelan ludahku.
Sebagai tambahan, kapanpun para protagonis sedang berada dalam kesulitan, dia memberikan banyak tekanan pada tanganku yang digandeng, mungkin itu karena takut dan kegugupan, sehingga membuat jantungku mau copot. Aku memang yakin kalau itu tidak disengaja, tetapi aku benar-benar berharap kalau dia memberi tahuku.
Sambil mengalami hal-hal semacam itu, film terus berputar sampai akhir.
[Aku takut mengakui perasaan cintaku karena aku takut itu akan menghancurkan hubungan kami.]
Itu merupakan adegan terakhir dari kisah ini. Kedua protagonis saling menyadari dan sisanya tinggal saling menyatakan perasaan cinta mereka. Ketika hubungan mereka sudah berkembang sampai ke titik itu, monolog sang heroin diputar. Kata-katanya dengan kuat menyentuh hatiku.
Aku bisa jadi sangat menyambung dengan pemikirannya itu.
Memajukan hubungan mereka berarti mengubah hubungan yang sudah mereka miliki saat ini. Sekali sesuatu berubah, itu tidak bisa dibatalkan. Tidak peduli seberapa penting itu buat mereka.
Makanya aku takut untuk maju, karena aku menyukaimu. Aku tidak mau hubungan kita berubah.
Selama kita terus berteman baik seperti sekarang ini, kita bisa mempertahankan hubungan yang nyaman ini. Namun, kalau kita berpacaran, kita tidak akan mampu mengembalikan apa yang kita miliki saat ini. Aku masih belum siap untuk kehilangan hubungan ini.
(TL Note: Payah lu!)
Aku sendiri juga seorang remaja, dan aku punya hasrat untuk punya pacar. Akan tetapi, itu lebih mirip rasa penasaran yang sederhana, dan aku tidak mau menggunakan Saito untuk memuaskan rasa penasaran itu.
Berada dalam suatu hubungan berarti suatu hari kita mungkin mesti berpisah di masa yang akan datang. Memikirkan hal ini, aku tidak bisa mengambil langkah maju dalam hubungan kami.
Apa yang Saito pikirkan soal ini?
Aku memandang ke sekeliling dan melihat sosok Saito di sebelahku.
Dia sangat mempercayaiku, menunjukkan padaku banyak ekspresi yang berbeda-beda dan membolehkan aku menyentuhnya, dan dengan semua hal itu, aku dapat mengatakan dengan yakin kalau Saito menyukaiku. Meskipun, kalau ini cuma pemikiranku pribadi saja, aku akan sangat merasa malu...
Sebentar saja lagi. Aku mau tetap seperti ini, sebentar saja lagi.
Kalau kami berpacaran, itu mungkin akan terjadi saat ada sesuatu yang kami ingin bergerak maju dengannya, Meskipun itu berarti kami harus kehilangan hubungan kami saat ini. Ketika aku sudah siap untuk melakukannya, ketika tiba waktunya, aku akan mengakui perasaan cintaku. Itu apa yang aku putuskan.
Pada akhirnya, film ini berakhir dengan si cowok akhirnya mengumpulkan keberanian untuk mengakui perasaan cintanya dan berhasil. Kegembiraan dan ketenangan pada akhir yang bahagia itu jelas.
[Tadi itu seru.]
[Aku juga merasa begitu. Aku jadi terbawa emosi pada berbagai adegan.]
[Aku juga begitu. Aku juga terkesan dengan cara si heroin diperankan di film ini. Aku banyak hal yang menyambung denganku, terutama dengan si heroin, sehingga aku menonton dengan napas tertahan.]
Saito juga tampaknya tenggelam dalam cerita akhir dari film ini dan mengeluarkan suara yang samar dengan ekspresi gembira di wajahnya. Suaranya mengindikasikan kalau dia sendiri menikmatinya.
[Tentu saja, Saito sangat tenggelam dalam alur film ini.]
[Eh? Kamu melihatnya?]
Pipinya memerah dan dia mengalihkan pandangannya. Aku pikir masih imut untuk melihatnya seperti itu, dan menanggapi.
[Cuma sedikit saja, kok. Aku dapat mengetahui kalau Saito sedang menengok ke layar dan berkonsentrasi.]
[Iya, kisah itu sendiri memang sederhana, tetapi itu membuatnya lebih mudah untuk bersimpati dengan sang heroin, dan aku mendapati diriku tenggelam dalam posisi sang heroin.]
[Wah, kalau kamu sampai masuk sebanyak itu, film ini memang layak ditonton. Bagian mana yang paling menyambung denganmu?]
[Hmm, sulit bilangnya kalau ditanya begitu...]
Dia meletakkan ujung jarinya yang ramping ke dagunya dan memikirkan hal itu. Dia terus begitu untuk sementara waktu, lalu dia mulai berbicara.
[...Mungkin bagian sebelum pengakuan cinta?]
[Sebelum pengakuan cinta?]
[Iya, bagian di mana sang heroin bermonolog "Aku takut mengakui perasaan cintaku karena aku takut itu akan menghancurkan hubungan kami."]
[Oh, bagian itu.]
[Iya, aku masih takut kehilangan satu-satunya hal yang penting buatku.]
Suaranya rentan dan agak turun saat dia mengesampingkan kepalanya.
Selagi aku penasaran apa yang semestinya aku katakan padanya, Saito menatap ke atas. Ekspresi yang agak murung yang dia miliki sudah hilang.
[Tetapi aku suka bagian itu. Persis seperti sang karakter utama untuk mengeluarkan keberanian dan aku tidak bisa apa-apa selain mengaguminya.]
[Iya, itu sangat keren.]
Secercah kegelapan sesaat tadi sekarang sudah benar-benar hilang, dan dia tersenyum bahagia dan bertukar beberapa kata denganku. Kami meninggalkan bioskop, mendiskusikan kesan kami pada beberapa adegan.
TL Note:
Akhirnya lanjut juga seri ini, ada yang masih ngikutin gak ya? Komentar dan Reactnya dong, Kakak!
Support kami: di sini