Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 8 Bab 196 - Lintas Ninja Translation

 

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-196-di-lintas-ninja-translation

Bab 196
Bukan, Itu Bukan Kencan 

[Apa kalian mau melihatnya? Haruskah aku memfotonya? Haruskah aku memfotonya?]

[Hentikan!]

[Jangan pernah ya!]

[Itu menjijikkan.]

Keprihatinan mereka akhirnya berubah jadi hujatan, dan aku bilang pada mereka kalau aku tidak apa-apa, dengan perasaan kalau aku tidak akan ragu untuk memberikan bukti. Dari awal, aku sudah ketahuan. Seperti biasanya, hujatan dari siswi-siswi sangat menyinggung perasaanku. Aku merasa seperti efek obat penghilang rasa sakit sudah hilang dalam sekejap. Aduh duhduh-a-duhduh....

Seakan-akan ingin memojokkanku, foto-foto teman-teman yang menikmati pesta pembubaran festival budaya dikirim ke grup obrolan kelas di layar ponsel pintarku. Aku senang kalau kalian bersenang-senang. Aku senang karena aku tidak membuat semua orang merasa tertekan karena aku. Maksudku, aku agak sedikit sedih, jangan cuma foto, dong, bisakah kalian mengirimkan video juga untukku... ...paling tidak agar aku bisa merasakan suasananya.

"...Hah...?"

Aku sedang di atas ranjang, dan di kamarku, terasa sunyi, dan hening, berbanding terbalik dengan keramaian yang tergambarkan oleh foto-foto itu. Sambil berbaring telentang dan menyimak dengan seksama, aku dapat mendengar suara mobil lewat di suatu tempat dari kejauhan. Aku dengan perlahan meletakkan tangan kananku yang sedang memegang ponselku di atas ranjang, agar tidak secara tidak sengaja mengeluarkan tangan kiriku. Aku penasaran mengapa hal ini bisa terjadi....

"...Eum."

Ponselku mulai bergetar meskipun grup obrolan kelas di layar ponselku masih terbuka. Apa seseorang meneleponku...?

Aku mengangkat lengan bawahku, yang secara aneh tampak melawan gravitasi, dan mengalihkan pandanganku ke layar ponselku.

"...!? Natsuka buhu–!?" (TL Note: Lengkapnya: "Natsukawa!?", terpotong karena terkejut.)

Terkejut dengan nama yang muncul di layar, aku melepaskan ponselku dari tanganku. Benda itu jatuh tepat di ujung hidungku dan menebarkan debu bintang di bidang pengelihatanku. Jadi begitu ya... ...Apa ini yang disebut hari yang buruk? Akhirnya aku dapat menerima hal itu. Akulah dalang di balik semua ini...

"Na-Nafuhawa..." (TL: Aslinya: "Na-Natsukawa...", lagi-lagi ini karena saking kagetnya.)

Aku tidak heran mengapa dia meneleponku. Kalau dipikir-pikir lagi, bahkan saat itu, saat aku masih terus-terusan menempel padanya, dia sangat mengkhawatirkanku sampai-sampai dia tidak seperti biasanya, mencari tahu dari Yamazaki, di mana alamat rumahku dan mengunjungiku. Itulah kebaikan murni dari Natsukawa yang aku kenal.

Aku berhasil mengangkat tubuh bagian atasku cuma dengan menggunakan otot perut sambil memegang hidungku, aku mengambil ponselku dan menggerakkan jari-jariku di layar ponselku.

"Ha-Halo, ha–––eh?"

Wajah Natsukawa yang indah muncul di layar ponselku saat aku baru saja mulai mengangkat telepon dan hendak mendekatkan ponselku ke telingaku. Aku berteriak nyaring saat aku melihat panggilan video yang tidak terduga itu. Aku buru-buru memegang ponselku di depanku dan tangan kananku berubah jadi tongkat swafoto yang berdarah. Di layar ponselku, aku bisa melihat Natsukawa dengan ekspresi khawatir di wajahnya.

"─Bagaimana kabarmu?"

[Harusnya aku yang bilang begitu!]

[Kabar menyedihkan:] Natsukawa sedang marah.

Tidak peduli apa yang aku pikirkan, aku memang salah menggunakan kata-kata. ...Tetapi aku juga tidak bisa memikirkan jawaban yang tepat. Jawaban terbaik yaitu "Apa yang bisa aku aku lakukan untukmu?", atau aku kepikiran "Ada apa kamu meneleponku?", tetapi aku cuma bisa membayangkan Natsukawa yang sedang marah. Aku mungkin tidak punya waktu saat ini...

"Maafkan aku, apa aku membuatmu khawatir?"

"Iya, ...kamu membuatku khawatir! Saat aku kembali ke kelas, kamu tidak ada di sana, dan lalu ada seorang senpai yang tidak aku kenal mengambil barang bawaanmu... ...dan bilang kalau kamu sedang dalam perjalanan ke rumah sakit..."

"..."

Aku dapat melihat alis mataku sendiri terkulai. Bagaimanapun juga, Natsukawa itu Natsukawa. Cewek yang baik, peduli, dan imut. Dia itu begitu sempurna sampai-sampai aku hampir meragukan kenyataanku. Bahkan, mungkin saja aku sudah masuk ke dalam VRMMO* selama tiga tahun. Aku membuat keberadaan yang ideal seperti dirinya tampak sedih. Aku ragu-ragu dan bimbang mengenai apa yang mesti aku katakan padanya lagi, dan terlebih lagi, aku rasa, aku tidak bisa menceritakan kisah itu apa adanya.

(TL Note: Ini referensi dari seri LN/Manga/Anime: Sword Art Online, Mimin baru nonton episode 1 sih. VRMMO itu singkatan dari Virtual Reality Massively Multiplayer Online (Daring Multipemain Secara Masif Realitas Virtual), adalah gim video multipemain realitas virtual yang mampu mendukung ratusan atau ribuan pemain secara bersamaan.)

[...Apa kamu baik-baik saja?]

Menatapku dari layar ponselnya, Natsukawa melihat sedikit ke bawah posisi kamera. Saat aku merasa seperti ditatap begitu, itu membuatku sedih. Mau tidak mau aku akhirnya mengalihkan pandanganku darinya, meskipun aku sedang tidak melakukan kontak mata langsung dengannya.

[Hei, biarkan aku melihat lebih dekat.]

"Ah, iya...?"

Aku agak kesal dan terburu-buru untuk memperlihatkan tanganku lagi. Apa itu sesuatu yang mesti kamu lihat sebanyak itu? Bagian mana dari wajahku yang sering kamu lihat? ...Aku ingin tahu sudut pandangmu mengenai pemeriksaan ini. Aku akan fokus pada hal itu lain kali. Aku ingin tahu bagaimana reaksimu kalau aku tiba-tiba memasang wajah puas...

[Kya...!]

"...!"

Saat jantungku berdebar saat aku memikirkan hal yang berbahaya itu, seseorang di belakangnya memeluk Natsukawa di sisi lain layar ponsel dengan erat. Ponsel pintarnya bergetar dan video pada layar ponselku jadi terganggu. Aku tidak bisa melihat wajah pelakunya, tetapi ternyata itu Ashida. Dia itu Ashida, bukan? Paling tidak kalau dia itu bukan cewek, aku yakin kalau aku pasti akan pingsan sekarang. Ayolah...!

[Aku menangkap pelaku yang memonopoli Sajocchi!]

[Ke-Kei! ...! Me-Memonopolinya... itu...!]

[Halo–, Sajocchi. Apa kamu baik-baik saja...? Mengapa kamu mengelus-elus dadamu?]

[Ah, tanganmu itu...!]

Seluruh diriku merasa lega karena pelukan antara sahabat yang tepat ini telah usai. Aku tidak tahu pasti bagaimana dengan siswi-siswi lain, tetapi paling tidak aku lega karena itu bukan pelecehan seksual yang dipaksakan oleh para b*j*ng*n itu. Namun, kelegaanku cuma berlangsung singkat, karena mereka melihat tangan kiriku, yang dibalut perban. Tetapi untungnya itu ada di bagian belakang tanganku.

"Tidak, kalian lihat, ini persis seperti yang aku kirimkan di grup obrolan kelas. Aku mengacau saat sedang beres-beres sendiri saat festival budaya."

[Tanganmu tidak sengaja tertusuk?]

"Iya, iya, alatnya sebesar ini, lalu tap." (TL Note: Tap: Efek suara tertusuk.)

[Euh...]

Mereka berdua pasti sedang membayangkan saat-saat terjadinya cederaku, dan segera setelah bergumam, mereka memejamkan mata mereka, dan memasang wajah seakan-akan mereka sedang mencoba menahannya. Maafkan aku karena telah membuat kalian khawatir, Sayang. Sekarang aku bisa mencium layar ponselku ini. ...Tidak, tidak usah deh, aku tidak mau menciptakan riwayat gelap baru dalam hidupku.

(TL Note: Aura haremnya mulai keluar deh.)

[...Anu, apa kamu yakin kalau kamu baik-baik saja? Apa tidak ada efek samping atau semacamnya...?]

"Aku belum terlalu yakin, sih."

[Begitu ya...]

[Semoga kamu bisa cepat sembuh dan pulih lagi!]

"Iya, semoga saja..."

Aku masih merasa malu karena telah membuat mereka sangat khawatir. Aku sudah bilang pada mereka kalau aku baik-baik saja saat ini, dan aku tidak akan mengganggu mereka berdua yang sedang menikmati pesta pembubaran. Aku mau mereka berdua menikmati pestanya seperti diriku saat ini.

"Terima kasih, ya. Kalian sedang ada di bar karaoke sekarang, bukan? Maaf, kalau aku sudah mengganggu kesenangan kalian, ya?"

[Eh? Tunggu.]

"Kamu tidak bisa mengobrol denganku sepanjang waktu, ya. Jadi Ashida, tolong kirimkan video Natsukawa yang sedang bernyanyi padaku, ya."

[Eh? Memangnya siapa yang merekam itu tadi?]

[Tung-Tunggu! Memangnya aku direkam! Hei!]

"Kukuku!"

Ashida, sudah menjauh dari Natsukawa dan menghilang dari layar ponsel. Ashida tampaknya sudah kembali ke kamar karaoke sebelum Natsukawa sadar. Natsukawa, yang tidak dapat mengejarnya, menyerah untuk berusaha menahannya, lalu dia menghela napas dan memelototiku dengan tampang gelisah.

[Kayaknya kamu punya banyak waktu luang ya.]

"Maafkan aku, ya."

[Mou...]

Natsukawa tersipu malu dan mengalihkan pandangannya, mungkin mengingat lagi fakta kalau dia habis direkam saat bernyanyi. Begitu ya, dia tadi nyanyi, ...aku harap aku bisa dengar nyanyiannya secara langsung, ...aku benar-benar menyesal karena aku mesti cedera begini.

[...Apa kamu sudah bisa masuk sekolah, nanti?]

"Aku sudah mendingan, sih. Jadi aku bisa masuk, aku bisa berangkat. Mungkin saja."

[Karena kamu optimis sekali, sih...]

Sudah berapa banyak aku melihat wajahnya yang tertegun begini? Aku yakin kalau aku sudah sebanding dengan Airi-chan. Aku merasa kalau ekspresinya sudah melembut sejak pertama kali panggilan ini dimulai. Tampaknya aku akhirnya mampu memastikan ulang padanya melalui panggilan video ini.

"Tolong beri tahu teman-teman yang lain kalau aku sudah baik-baik saja. Akan lebih meyakinkan kalau Natsukawa atau Ashida yang menyampaikannya."

[Iya... tung-tunggu. ...Kamu ingin aku bilang kalau aku habis teleponan sama Wataru, ...ke semua orang?]

"Iya, mohon bantuannya ya. Aku tidak mau kamu menganggap kalau aku itu serius."

[Eum, iya, ..., memang, aku juga tidak  menganggapmu serius. ─Ah, iya, Ichinose-san...]

"E-Eum? Ichinose-san?"

Tanpa sadar aku menanyakan nama yang tiba-tiba keluar dari mulut Natsukawa. Sebagai senpai di tempat kerja paruh waktunya dulu, sebagai ayah spiritualnya dan sebagai roh penjaga yang menggantikan abangnya, aku tidak bisa apa-apa selain mengkhawatirkannya. Aku penasaran apakah Ichinose-san juga ikut bernyanyi di bar karaoke. ...Aku juga mau mendengarkannya.

[Ichinose-san..., dia tidak datang ke pesta pembubaran ini.]

"Ah, begitukah?"

[Dia ada pekerjaan paruh waktu...]

Shirai-san dan Okamocchan akan berusaha mengajaknya untuk bergabung dengan mereka dengan segala cara. ...Tetapi menurutku dia tidak suka tempat yang bising seperti bar karaoke. Tidak sulit membayangkan kalau dia enggan untuk datang. Apa ini masih terlalu dini buat Ichinose-san untuk mendatangi tempat yang bising seperti ini... ...eum? Ichinose-san, ya?

"...Ah."

[...?]

"Besok, akhir pekan ini, aku ada janji kencan dengan Ichinose-san."

[A-Apa! Kencan?]

"Tidak, kamu ingat, kami akan belanja rak buku bersama. Yang waktu itu, Ashida bilang kalau dia mau ikut juga bersamamu."

[Ah...]

Rak buku, belanja, kencan, eumm... ...mungkin memang agak sulit dengan kondisi tangan kiriku saat ini. Kemungkinan kalau aku bisa masuk sekolah nanti, juga didasarkan pada anggapan kalau aku akan banyak beristirahat besok. Aku merasa tidak nyaman tangan kiriku yang sakit pada Ichinose-san sepanjang hari, ...dan aku bisa melihat adegan di mana aku akan membuatnya khawatir.

[...Begitu ya. Jadi itu sebabnya Ichinose-san  mencari Wataru tadi siang...]

"Eh?"

[Hei... ...Wataru. Kamu juga harus menelepon Ichinose-san nanti, ya! Ōtsuki-sensei tadi siang menjelaskan soal kondisimu dan dia jadi bertingkah sedikit aneh...]

"O-Oh, iya... Baiklah, aku mengerti."

[Jangan sampai lupa ya?]

Ichinose-san, ya... ...tentu saja, tampaknya dia akan jadi lebih khawatir dari biasanya, jika dia tahu kalau aku cedera dan dilarikan ke rumah sakit. Aku mesti meminta maaf padanya dengan benar, termasuk untuk fakta bahwa kencan besok itu akan sulit.

[Mak-Maksudku itu...]

"Hmm?"

[Me-Mengapa kamu... ...repot-repot menyebut itu sebagai "kencan"? Padahal itu kan cuma 'jalan-jalan', karena kalian cuma akan belanja rak buku dan tidak ada yang lain lagi, bukan?]

"Ughh."

Bi-Bisa dibilang begitu, ...Tidak, tidak, seorang cowok dan seorang cewek yang saling mengenal dengan baik, jalan-jalan bersama dengan pakaian santai pada hari libur. Tidak salah lagi, jelas kalau ini kencan. Aku tidak menyebutnya begitu di depannya karena Ichinose-san akan menunjukkan ekspresi sedikit malu-malu dan menyembunyikan wajahnya agar tampak imut. Aku yakin itu bukan karena dia imut.

(TL Note: Si MC sadar kalau dia udah bikin anak orang ngeblush.)

[A-Apa ada hal lain yang ingin kalian lakukan!]

"A-Aku tidak merencanakan apa-apa! Kami akan jalan-jalan berdua, seorang cowok dan seorang cewek, jadi ini sudah bisa disebut kencan!"

[Kalian cuma akan jalan-jalan untuk bermain, kan! Bukannya kalian cuma akan berbelanja bersama saja!]

"Ten-Tentu saja itu sudah bisa disebut "kencan", kamu tahu!"

[Pertama-tama, kencan itu tidak didasarkan pada "hubungan semacam itu". A-Apa jangan-jangan kamu sudah salah paham?]

(TL Note: Biasa aja Mbak, gak usah ngegas. Panas, ya?)

"Ah, teganya dirimu..."

Ti-Tidak, tidak usah diteruskan...! Tidak usah diteruskan lagi, Natsukawa-dono! Kamu sudah menusukkan naginata tajam yang disebut kenyataan ke dalam kepolosan seorang cowok ini! Dan bilang begitu di depan cowok yang kamu tolak sendiri itu berlebihan. Mengapa kamu jauh lebih emosional seperti ini daripada saat kamu menolak pengakuan cintaku...?

"Ti-Tidak masalah mau disebut apa itu, lagipula... aku tidak juga tidak bisa jalan-jalan untuk kencan besok... ...karena aku cedera dan sekarang H-1nya. Mau ini kencan atau bukan, intinya aku tidak bisa pergi..."

[Oh, hei, tunggu sebentar. Jangan ucapkan sumpah serapah yang aneh begitu.]

Hei, aku ini cowok jahat yang pernah membuat  cewek yang mencoba untuk mandiri, berlutut dan aku ini cowok menjijikkan yang menyebut jalan-jalan dengan cewek ini sebagai "kencan". Inilah hukuman yang pantas buatku. Tangan kiriku gemetaran.

"Tolong bilang pada Ashida, kalau aku tidak jadi pergi––Kalian pergi belanja berdua saja."

[Aku tidak bilang sampai sejauh itu...]

"Aku tidak tahu apakah aku bisa menundanya, tetapi mungkin lain kali. Aku akan membicarakan hal ini dengan Ichinose-san."

[Eh...? Apa itu berarti kita akan jalan-jalan bersama juga lagi lain kali?]

"Tidak, aku sudah menolaknya karena alasanku  sendiri, jadi aku yang mesti menebusnya, bukan? Jadi, kalau dia bilang "berdua saja" sudah cukup, ya jadinya begitu."

[Be-Begitu ya...]

Kalau tidak salah, alasan Ichinose-san mengajakku belanja bersama yaitu 'Karena aku tidak bisa mengobrol dengan pramuniaga kalau aku pergi sendirian.'. ...Dan setelah aku pikir-pikir lagi, itu memang benar-benar tidak tampak seperti kencan. ...Asal itu kenalannya, tidak mesti aku, dia mungkin akan mengajaknya. ...Ughhh...

[Tadi... ...itu, bukan cuma Ichinose-san yang...]

"Iya, kalau begitu, sudah dulu ya. Natsukawa dan yang lainnya nikmati pesta pembubarannya ya. Sampai jumpa lagi di sekolah besok lusa."

[Eh, tunggu... tung—.]

Tut. (TL Note: Suara panggilan telepon dimatikan.)

(TL Note: Kasihan amat, Mbak.)

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Author Note:

—Pemeriksaan/Inspeksi.

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Translator Note:

Sampai jumpa lupa lagi di waktu yang akan datang ya.

–––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––

←Sebelumnya         Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama