Kūruna Megami-sama to Issho ni Sundara, Amayakashi Sugite Ponkotsu ni shite Shimatta Kudan ni Tsuite - Jilid 1 Bab 2 Bagian 1 - Lintas Ninja Translation


kuruna-megami-1-2-1

Bab 2
Tinggal Bersama Sang Dewi.
(Bagian 1 dari 5)

"Hmm. Tidak aku sangka kalau tempat ini bersih dan rapi."

"Tetapi kamu akan tinggal di apartemen ini, bukan, Mikoto-san?"

Itulah hal pertama yang dikatakan cewek itu padaku.

Malam itu, menggigil karena kedinginan, aku kembali ke apartemenku (flatku) yang sudah berusia 30 tahun dan membuka pintu lalu mendapati seorang cewek berseragam sekolah sedang berdiri di dapur, tepat di balik pintu depan ini, melihat-lihat ke wastafel.

Aku tinggal sendirian, dan aku tidak punya pacar.

Teman masa kecilku, Kaho, dulu sering datang ke apartemen ini, namun setelah gagalnya pengakuan cintaku padanya, dia berhenti datang ke sini.

Jadi mustahil buatku untuk melihat seorang cewek berdiri di dalam apartemenku...

Aku sudah bertemu dengan cewek itu sebelumnya hari ini.

Cewek ini merupakan teman sekelasku, Sang "Dewi Es".

Dia itu sempurna dan juga siswi tercantik di sekolah.

Nama cewek berambut perak yang panjang dan lurus serta bermata biru itu adalah Mikoto Rei.

Mengapa Mikoto-san ada di apartemenku?

Bagaimana dia bisa masuk ke apartemen ini dari awal?

Aku benar-benar tidak tahu.

"Akihara-kun, bukan? Mengapa kamu terdiam seperti itu? Mengapa kamu tidak melepas sepatumu?"

Dia memanggil namaku dan aku kembali ke alam sadarku.

Mikoto-san menatapku dengan mata birunya yang jernih.

Aku membersihkan tenggorokanku.

"Mikoto-san, bukan? Teman sekelasku. Aku sama sekali tidak tahu ada apa ini, tetapi aku rasa kamu salah masuk apartemen."

"Nomor apartemen ini 301, rumahmu, bukan? Aku tidak salah masuk."

"Mengapa kamu ada di apartemenku?"

"Karena, mulai hari ini, ini juga akan menjadi rumahku."

Seakan-akan itu hal yang biasa, Mikoto-san mengucapkan kata-kata itu.

Aku terdiam sekali lagi.

Mikoto Rei, seorang teman sekelasku yang populer yang juga dikenal sebagai "Dewi" di sekolah, akan mulai tinggal di apartemenku.

Jangan bilang kalau... aku tidak merasa dia bermaksud kalau dia akan tinggal di apartemen ini bersamaku.

Setelah dikatakan begitu.

Aku memikirkan soal itu sejenak, dan kemudian berkata dengan takut-takut.

"Aku belum pernah telat membayar biaya sewaku, dan aku malah diusir, yang mana itu merupakan pelanggaran Hukum Sewa Tanah dan Bangunan."

"Tidak ada yang bilang soal pengusiran."

"Tetapi kamu akan tinggal di apartemen ini, bukan, Mikoto-san?"

"Itu benar. Aku tidak punya pilihan lain selain tinggal di sini. Aku mesti tinggal di apartemen tempat tinggalmu, Akihara-kun."

Mikoto-san mengatakan itu tanpa perubahan ekspresi di wajahnya yang cantik, seakan-akan itu sudah ditentukan.

Mulai saat ini, seperti yang dia bilang, aku akan tinggal bersama "Dewi" Sekolah di tempat yang kecil ini.

Dengan cara apapun, itu agak sulit untuk dipercaya.

Mungkinkah ini semacam rencana keisengan?

Mungkin saja beberapa orang temanku sebenarnya sedang bersembunyi di lemari di apartemen ini dan akan muncul cuma untuk bersantai?

Aku membuka lemari dengan suara keras.

Tidak ada siapa-siapa di sana.

Mungkin ini bukan rencana keisengan.

Mikoto-san menatapku dengan aneh.

"Apa yang kamu lakukan?"

"Tidak, bukan apa-apa, kok..."

Saat aku menjawab, beberapa buku terjatuh dari lemari.

Aku berusaha menyembunyikan buku-buku itu, tetapi Mikoto-san dengan cepat mengintip sebentar isi bukunya.

Buku macam apa yang disembunyikan oleh seorang siswa SMA di lemari?

Tampaknya Mikoto-san tidak tahu soal itu.

Seorang cewek modis berpakaian renang merupakan sampul dari buku foto oleh Himejima Iri, seorang idola bikini yang baru-baru ini populer.

Ini, hmm, memalukan, tetapi... itu masih bagus.

Masalahnya salah satu dari buku ini terbuka dan mengungkapkan isinya.

Sederhananya, ini sebuah buku erotis.

Sebagai pembelaan, ini bukan punyaku.

Ini dipaksakan padaku oleh seorang temanku yang bernama Ooki.

Tetapi Mikoto-san tidak tahu soal itu, dan menatap buku itu, dan bergumam sambil menghina.

"Menjijikkan..."

Mikoto-san memberiku tampang yang sangat jutek (dingin).

Aku tidak merasa kalau dia mesti menatapku dengan tatapan yang penuh celaan cuma karena majalah foto terlarang 18+.

Aku menghela napas.

"Apa kamu orangnya germafobia, Mikoto-san?"

"Aku benci hal yang semacam ini! Semua cowok itu ingin bercocok tanam dan mereka memikirkan semua itu sepanjang waktu, itu sangat bodoh!"

"Aku mengerti kalau kamu tidak suka cowok, Mikoto-san! Tetapi, tolong jangan mengatakan hal semacam itu padaku, aku akan kehilangan kata-kata."

"Menjijikkan, MENJIJIKKAN!! Mengapa sih aku mesti tinggal di bangunan yang kecil ini bersama seorang cowok?! Ini benar-benar payah."

Sang dewi tampaknya sedang dalam suasana hati yang buruk.

Ini pertama kalinya aku melihat Mikoto-san menunjukkan emosinya dengan sangat terbuka.

Aku penasaran apakah ada sesuatu yang membuatnya membenci hal semacam ini.

Bagaimanapun juga, aku tidak tahu apa-apa.

Setidaknya, tampaknya Mikoto-san tidak mau tinggal di rumah ini bersamaku.

Rumor yang beredar katanya Mikoto-san itu putri dari pimpinan sebuah perusahaan besar, jadi tampaknya tidak ada alasan buatnya untuk tinggal di apartemen yang murah begini.

Aku mencoba menanyakannya.

"Aku tidak tahu apa itu, tetapi kalau kamu sebegitu bencinya, kamu boleh pergi. Aku juga tidak memaksamu untuk tinggal di sini, Mikoto-san?"

Tiba-tiba, Mikoto-san berhenti bergerak.

Apa yang terjadi?

Mikoto-san menatapku dengan ekspresi yang kesusahan di wajahnya yang anggun dan mata birunya yang indah menengok ke arahku.

Tidak seperti saat aku melihatnya di ruang kelas dan sebelumnya, Mikoto-san tampak sangat takut-takut dan tidak berdaya saat ini.

Mikoto-san berbisik.

"Maafkan aku. Apa kamu marah padaku?"

"Tidak, aku tidak marah. Tetapi aku harap kamu bisa meninggalkan tempat ini dengan segera."

"Aku tidak bisa melakukan itu. Karena aku tidak punya tempat lain lagi untuk pergi."

Mikoto-san mengatakan hal ini dengan suara samar dan menatapku.


←Sebelumnya           Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama