Kūruna Megami-sama to Issho ni Sundara, Amayakashi Sugite Ponkotsu ni shite Shimatta Kudan ni Tsuite - Jilid 1 Bab 1 Bagian 3 - Lintas Ninja Translation

Bab 1
Dicampakkan oleh Teman Masa Kecilku.
(Bagian 3 dari 3)

Aku berjalan perlahan-lahan di antara bangku-bangku di ruang kelas untuk menghampiri Mikoto-san dan memberi tahunya soal pergantian ruang kelas.

Posisi bangku Mikoto-san itu tepat di sebelah jendela, di bagian paling belakang di kelas.

Betapa irinya diriku.

Aku rasa dia pasti merasa sangat nyaman karena tidak ada orang di belakangnya.

Tetapi di masa akhir tahun begini, akan dingin ketika berada di dekat ventilasi dan juga jauh dari pemanas, jadi mungkin itu tidak senyaman itu.

Kenyataan bahwa aku memikirkan sesuatu yang tidak penting seperti posisi bangkunya, semuanya merupakan alasan dan pelarian dari kenyataan.

Dengan kata lain, aku sebenarnya tidak begitu ingin bicara dengan Mikoto-san.

Orang mungkin akan berpikir kalau bicara dengan teman sekelas bukanlah masalah yang besar.

Tetapi aku ini orang yang cukup pemalu, dan pihak lain di sini merupakan seorang siswi cantik yang jarang aku ajak bicara.

Iya, bagian terseramnya yaitu ucapan pertama, tetapi sekali aku berbicara pada mereka, aku perlahan akan mulai terbiasa.

Namun, aku merasa kalau Mikoto-san punya aura yang mengatakan, "Jangan pernah bicara padaku."

Bahkan ketika aku berdiri tepat di depannya, dia bahkan tidak menengok sedikitpun.

Pandangannya mengarah ke bawah ke arah meja, dan dia sedang membaca buku.

"Mikoto-san, maaf kalau aku mengganggumu, tetapi bolehkah aku bicara sebentar?"

Aku memanggilnya, tetapi dia tidak merespons.

Mungkin aku akan memanggilnya lagi.

"Mikoto-san ...Mikoto-san? ...Mikoto Rei-san?"

Ketika aku memanggil dengan nama lengkapnya dengan nada yang cukup keras, dia akhirnya menengok ke arahku.

Dengan ekspresi kesal di wajahnya, dia menatapku dengan mata birunya.

Aku tidak bisa apa-apa selain terkejut.

Seperti yang diharapkan dari Dewi sekolah kita.

Bahkan dengan ekspresi kesal di wajahnya, Mikoto-san tampak cantik.

Aku sekali lagi teryakinkan dan terkesan dengan kenyataan bahwa Mikoto-san itu siswi tercantik di sekolah.

Walaupun, aku lebih suka cewek yang ceria dan imut seperti Kaho.

Iya, preferensiku mungkin tidak penting buat Mikoto-san maupun Kaho.

"Ada apa?"

Tak lama, Mikoto-san menanggapiku.

Aku dapat melihat kalau mata birunya agak loyo.

Aku bertanya-tanya apakah dia sedang ngantuk.

Aku penasaran, jadi aku bertanya tanpa berpikir.

"Apa yang sedang kamu baca?"

"Buku."

Mikoto-san langsung menjawab dengan sepatah kata.

Aku dapat mengetahui kalau dia sedang membaca buku ketika aku melihatnya.

Aku terkesan sekali lagi.

Dia memang layak mendapatkan julukan, "Dewi Es".

Tanggapannya sangat dingin!

Aku rasa salah kalau aku mengintipnya, tetapi sejenak, sampul dari buku bersampul tipis itu membalik terbuka.

"Wah," aku bergumam sendiri.

"Itu menarik bukan, "Duda-Duda Hitam"."

Apa yang sedang Mikoto-san baca merupakan sebuah novel lama bergenre misteri, yang kebetulan juga pernah aku baca.

Terlepas dari tampangku yang seperti ini, aku ini lumayan menyukai genre misteri, tahu.

kūruna-megami-1-1-3

Mikoto-san menatapku dengan mata yang tampaknya menunjukkan sedikit keterkejutan, seakan-akan dia menatap sesuatu yang tidak biasa.

Ini merupakan pertama kalinya aku melihat emosi yang keluar darinya.

Lalu, Mikoto-san berkata, 

"Ini tidak menarik sama sekali."

"Oh, begitu ya. Kamu tampak mengantuk, sih."

"Iya, memang betul."

Mikoto-san bergumam dengan singkat dan kembali ke ekspresi bosannya.

Ada pepatah yang bilang, "Sekali kamu telah minum racun, kamu juga akan memakan nampannya."

Aku berusaha agar dia menurunkan kewaspadaannya dan bicara lagi.

"Mengapa kamu membaca buku itu kalau itu sangat membosankan?"

"Karena aku merasa kalau aku akan menyia-nyiakan uangku kalau aku tidak membacanya. Jadi, Akihara-kun, bukan? Kalau kamu tidak punya apa-apa lagi untuk dikatakan, mengapa kamu tidak kembali saja ke bangkumu?"

Obrolan dengan Mikoto-san diselesaikan dengan cepat dan mudahnya.

Bicara lagi padanya merupakan sebuah kesalahan.

Sepuluh susunan huruf abjad yang membentuk frasa 'GIM SELESAI' terlintas dalam benakku dan kemudian menghilang.

Aku tahu kalau aku seharusnya cuma perlu memberi tahunya apa yang ingin aku sampaikan sejak awal.

Dan kemudian memberi tahu Mikoto-san secara langsung.

"Ruang kelas untuk jam pelajaran berikutnya sudah diganti."

Dan aku memberi tahu detailnya secara singkat.

Mikoto-san mengangguk dan berkata, "Terima kasih" dengan suara pelan.

Dia setidaknya telah berterima kasih padaku.

Aku dengan sopan berkata, "Sama-sama" lalu pergi.

Iya, tadi itu menegangkan.

Apa ini Mikoto-san yang ditakuti oleh semua orang?

Iya, dia tidak terlalu semenyeramkan itu, tetapi jelas sangat tidak ramah.

Meskipun aku dengar kalau dia tidak bertingkah sedingin ini pada para cewek, jadi dia mungkin cuma tidak menyukai para cowok.

Ketika aku kembali ke bangkuku, dia masih mengayunkan kakinya di atas meja di belakangku.

"Bagaimana tadi?"

Kaho bertanya padaku, menatapku dengan tampang penasaran.

Aku mengangkat bahuku.

"Jelas saja, dia memberiku kesan seorang Dewi."

Seorang Dewi Es yang cantik dan dingin.

Itulah kesanku terhadap Mikoto Rei.

Iya, kami akan berganti kelas dalam beberapa bulan, dan aku mungkin tidak akan punya banyak kesempatan untuk bicara dengan Mikoto-san sebelum itu juga.

Mikoto-san itu di luar jangkauanku yang tidak menarik dan transparan.

Begitulah yang aku pikirkan kala itu.

Wajar saja kalau aku tidak pernah membayangkan kalau dia akan datang ke apartemenku malam itu juga.


←Sebelumnya         Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama