Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 8 Bab 181 - Lintas Ninja Translation


baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-181-di-lintas-ninja-translation

Catatan Admin:

*Sebelum membaca bab ini pastikan kalian sudah membaca versi LN-nya yaitu sampai Jilid 7 Bab 10.5 di situs web terjemahan LN kesayangan kalian.

*Penerjemahan ini pada dasarnya untuk mempermudah kalian yang menunggu lama penerbitan versi Light Novel, dikarenakan volume adaptasi dari Web Novel yang masih kurang.

Bab 181
Akhir dari Mereka Berdua

Selalu saja saat pertengahan bulan Oktober, kalian baru menyadari kalau "Eh, ini sudah musim gugur?". Pada saat aku masih duduk di bangku kelas tujuh SMP, aku belum menyadari hal ini, aku bahkan masih mengenakan seragam musim panas dan sangat dingin karena aku menggigil seperti anak domba. Udara dingin membuatku bulu-bulu lenganku geli sampai membuatku merinding. Bahkan siswa yang hendak menuju SD saat pertengahan musim dingin dengan mengenakan kaus berlengan pendek serta celana pendek untuk bermain dodgeball mungkin sudah mulai menyadari keadaan sekitar.

Dengan catatan lain, diseret oleh adik Sasaki, Yuki-chan, sampai pada akhirnya terpaksa memberinya nasihat cinta yang tulus merupakan hari yang luar biasa. Ada apa dengan kakak beradik itu, ampun deh. Tetapi hari ini, aku akan menikmati diriku sendiri.

"Oh, Sajou. Kamu tidak bawa apa-apa, ya?"

"Karena aku tidak butuh apa-apa, sih."

"Pasti enak ya, bisa jadi anggota klub pulang pergi."*

(TL: Go-home club/klub pulang pergi: itu istilah untuk siswa-siswi yang tidak tergabung dalam klub atau organisasi apapun.)

"Diamlah."

Sebagai perubahan musim yang indah jadi musim yang hangat dan nyaman, seragam musim dingin mengusung warna hitam. Menatap seluruh sekolah yang penuh dengan siswa-siswi berseragam hitam, aku memasuki ruang kelas, lalu mendapatkan tepukan di sebelah sampingku dan bukannya sapaan biasa. Aku rasa aku agak terlalu santai dalam perjalanan karena jam yang tergantung di atas papan tulis menunjukkan padaku kalau aku sampai di sini cukup terlambat. Lagipula,  hari ini masih dalam suasana festival budaya, jadi telat beberapa menit juga tidak masalah, kali. Agak menyenangkan berjalan-jalan di pagi hari yang sejuk tanpa membawa barang bawaan apapun.

"Hei, hei."

"Ah, Sajocchi. Ada apa?"

"Aku baru saja sampai di sekolah...?"

"Iya, yoi."

"...?"

Aku berangkat ke sekolah di pagi hari dan pergi ke ruang kelasku. Apa yang membuatmu mempertanyakan alur yang normal seperti itu?

1: Berangkat ke sekolah.

2: Menuju ke ruang kelas.

Aku cukup yakin kalau itu merupakan rutinitas standar untuk seorang pelajar sepertiku, jadi mengapa sih, dia begitu meragukannya? Aku menoleh ke arahnya sambil berpikir begitu, tetapi Ashida menganggukkan kepalanya seakan-akan dia sudah puas dan memalingkan wajahnya kembali ke arah semula. Aku merasa kata-kata dan tatapannya itu menempel padaku seperti lem atau madu, dan aku tidak suka itu. Apa-apaan yang dilakukan cewek ini? Apa dia akhirnya tahu kemampuan seorang "Normie dari kejauhan" selagi aku tidak melihat ke arahnya? Satu langkah saja lagi yang tersisa, dan dia mungkin akan menyempurnakannya.

"...Se-Selamat pagi."

"Hmm. Iya, selamat pagi..."

Dan berangkat sesuai urutan yang biasanya, Aku sedang berdiri di depan Ashida, tidak membutuhkan waktu yang lama untuk Natsukawa menengok ke arahku, dan dia menyapaku dengan cara yang paling canggung. Sebagai hasilnya, aku bahkan mulai merasa tidak aman (insecure). Apa ini sesuai dengan dugaanku? Apa ini ancaman khas "Jangan pikir kamu bisa mengobrol empat mata denganku secara normal sekarang"? Astaga, kalau jendela terbuka, aku mungkin bisa terbang keluar  sekarang.

—Tidak, Ah, bercanda. Mana mungkin Natsukawa yang lembut akan berpikiran begitu. Kemungkinan besar itu karena kondisi fisiknya, kekurangan tidur, alasan khusus cewek, dan lain sebagainya. Aku akan berpura-pura tidak memperhatikan itu dan memperlakukannya dengan cara yang biasanya saja. Karena aku  punya kebijaksanaan dan pertimbangan!

"..."

"....Iya?"

Tung-Tunggu, apa? Apa mungkin aku salah?

Maksudku, saat ini, ada bukti kalau dia tampak gelisah dan gundah. Bahkan kalau kamu tanya orang-orang di sekitarnya, mereka sudah menyadarinya. Namun, kalau kamu tanya aku, dia itu tampak sangat anggun. Begitu dia mulai berjalan dengan gerakan yang bermartabat itu, membuatnya tampak seperti dia berjalan di atas panggung yang tidak terlihat di ruang kelas... Tunggu, apa jangan-jangan ada yang salah dariku...?

"Kita mau pergi ke mana dulu, nih?"

"Kios! Makanan manis!"

"Pagi-pagi begini?"

"Iya, pagi-pagi begini!"

Aku bertanya sambil melihat pamflet festival yang aku keluarkan dari saku belakangku, dan Ashida melompat-lompat sambil berkata "Hap." . Seperti yang diharapkan dari anggota klub bola voli ini, dia tidak takut bertambah gemuk, menyuarakan keinginannya. Meskipun kami sama-sama anak SMA, dia baru saja memberiku kesan "Ah, masa muda" dan aku tidak tahu apa yang aku rasakan soal itu. Bahkan seorang cowok sepertiku menyadari daya tarik dari masalah ini.... Lagian, itu bukan ranahku, itu karena aku itu anggota klub pulang pergi.

"Apa kamu tidak masalah, Natsukawa?"

"I-Iya..."

"Ah. Kalau aku perhatian baik-baik. Kamu habis potong rambut, ya?"

"Eh? Aku tidak potong rambut, kok..."

"Bukannya kamu baru saja bilang itu secara acak, ya?" Gerutu Ashida di belakang kami.

Tetapi tentu saja, sensor Natsukawa-ku tidak akan pernah ketinggalan sesuatu kalau berkaitan soal Natsukawa. Aku tahu sejak awal kalau dia tidak memotong rambutnya. Meskipun begitu, aku tidak mau ketinggalan pesona barunya cuma karena sensorku menumpul... Jadi, aku memutuskan. Dan lagi, mana mungkin sensorku jadi tumpul, dari awal.

"A-Apa aku kelihatan aneh atau semacamnya?"

"Sebenarnya..."

"Mengapa kamu malah mencari-cari sesuatu sekarang?" Ashida melompat lagi.

Iya... Karena ini merupakan kesempatan yang sah buatku untuk menatap Natsukawa! Mana mungkin aku akan melewatkan hal ini.

Akhir-akhir ini, aku tidak bisa menjaga mataku agar tetap ke depan, mungkin karena tempat duduk kami itu depan-belakang. Iya, tentu saja aku senang bisa duduk sedekat ini dengan Natsukawa. Apalagi, mempertimbangkan kebiasaanku di masa lampau. Astaga...itu terlalu menyeramkan (menjijikkan) buatku.

Saat aku melakukan kontak mata dengan Natsukawa, yang masih menggoda seperti biasanya, dia memalingkan wajahnya seakan-akan dia ingin melarikan diri dari tatapanku. Tampaknya, dia menderita luka parah cuma dengan menatap mataku saja.... Iya, aku harus berhenti. Aku merasa ingin mulai menangis.

"...Hmm?"

"Apa?"

"Ah, tidak, tidak ada apa-apa, kok."

"Eh, ada apa? Ayolah, aku jadi penasaran, nih..."

"Tidak, suer deh, lupakan saja."

Tiba-tiba aku merasakan kilauan keluar dari bibir Natsukawa. Saat aku melihatnya, bibirnya tampak lebih lembab dari biasanya. Aku rasa, dia pasti mulai memakai pelembab bibir. Menyadari hal ini sekilas saja sudah cukup menjijikkan, tetapi itulah alasan mengapa aku tidak bisa bilang "ah, kamu memakai pelembab bibir, ya?" Bagaimana kalau dia jawab dengan "Menjijikkan...!" sebagai balasannya...?!

Itu tampak seperti ingin berkata "Hai...!"

"Aku... Aku tidak terlihat aneh, bukan?"

"Eh? Tidak, tidak ada yang aneh darimu..."

"..."

"Tidak, maafkan aku. Tidak apa-apa, kamu seimut biasanya, kok."

"Ya ampun, kamu ini...!"

Setelah memeriksa ulang dengan cermin tangan lipat sekali dan bantuan Ashida, Natsukawa memelototiku. Aku rasa berusaha menyembunyikan kebenaran itu langkah yang salah?

Tetapi saat aku berusaha menyelamatkan situasi dengan sedikit pujian, dia cuma mengeluh dan menghadap ke arah lain. Aku pasti terdengar seperti playboy… Iya, aku memang tidak bohong, kok, jadi terserahlah.

"─Kalau begitu, pertama-tama mari kita mulai dengan berfoto sambil memegang makanan manis kita dengan satu tangan."

"Ah, apa kamu mau ikut, juga?"

"Aku rasa kalian bisa memberi garis hitam pada mataku."

"Memangnya kamu seorang kriminal. Kamu kan, bukan."

Ashida itu yang paling terlibat dengan jejaring sosial, di antara grup kami. Yang punya banyak pengikut, dan tampaknya 90% berasal dari kelas kami, dan aku tidak boleh ada di linimasa cewek ini. Jujur saja, aku rasa akan lebih baik kalau tidak ada bayang-bayang cowok di linimasa cewek ini. Cowok juga tidak ada kerjaan kalau ada di sana. Jadi, serahkan saja padaku, biar aku saja yang jadi juru kameranya. Aku tahu kalian akan mulai menyenter dari posisi pusar kalian, bukan? Aku tahu itu.

Karena aku sudah makan krep dengan Ichinose-san dan Sasaki-san kemarin, aku rasa aku akan merasakan rasa manis yang berbeda hari ini. Yuki-chan? Siapa ya, gak kenal gue?

Karena beberapa alasan, kami membeli makanan bergula dibungkus dengan kertas, dan alangkah baiknya kalau aku beli sesuatu yang dapat aku pegang dengan cangkir. Maksudku, aku tidak keberatan dengan ayam goreng atau semacamnya. Lagipula, aku tidak boleh ada di linimasa Ashida.

"..."

Saat pandanganku sedang fokus pada daftar kios yang ada pada pamflet, aku sadar kalau Ashida menatapku. Kadang-kadang, dia mengirimiku tatapan mendalam yang sayangnya tidak dapat aku pecahkan karena kurangnya kemampuanku. Apa maksud dari tatapan yang jarang-jarang dia berikan padaku itu?

"...Ada apa?"

"Tidak, aku cuma kepikiran kalau kamu tampak sangat bersenang-senang hari ini. Aku kira kamu sudah cukup bersenang-senang dengan Ichinose-chan dan yang lainnya kemarin, mengerti kan?"

"Apa-apaan itu? Apa itu berarti aku tidak boleh bersenang-senang juga hari ini?"

"Ah, iya. ...Itu benar."

"Hei, Kei..."

"...?"

Ada apa ini...? Bukan cuma Ashida, tetapi tampaknya sekarang Natsukawa juga menatapku dengan aneh... mungkin ada yang salah dariku, ya? Tetapi, aku cukup yakin kalau aku sudah memeriksa rambutku, baik yang di kepalaku maupun yang di dalam hidungku. Aku melihatnya setiap pagi saat aku mencuci mukaku. Ah, begitu. Pasti karena wajah jelekku, kan? Aku tidak bisa buat apa-apa kalau soal itu. Saat aku menyentuh wajahku untuk berusaha dan memperbaiki beberapa bagian seperti tanah liat yang lembut, aku dapat mendengar suara cekikikan yang samar.

"Hehe..., jangan khawatir, itu bukan apa-apa, kok."

"Hah?"

Saat aku mendongak, Natsukawa tertawa sambil menutupi mulutnya dengan tangannya. Aku rasa kepanikanku soal penampilanku pasti pemandangan yang cukup lucu. Apa ini balas dendam? Kalau aku memikirkannya baik-baik, aku bertingkah seperti orang yang bodoh...  Lagipula, apa gunanya ini? Ini tidak akan membuatku tampan. Aku mulai merasa malu... Aku mengalihkan pandanganku untuk mengatasi kilatan rasa malu ini lalu aku mendengar suara yang benar-benar menarik semua perhatianku.

'Hei, Saitou-san...'

"!"

Sebuah suara yang familiar datang dari dalam ruang kelas yang bising membuat tubuhku terdiam tanpa sadar. Biasanya, aku selalu benci menit-menit di mana aku dipaksa untuk mendengarkan suara itu, tetapi hari ini, itu membuatku tetap fokus pada suara itu. Itu Sasaki, pemula yang sedang jatuh cinta, dan Saitou-san, yang baru saja menyatakan cintanya pada cowok itu. Pasangan yang tinggal satu langkah lagi terbentuk—Kalau ini di manga, telingaku mungkin akan bertambah besar tiga kali lebih besar dari ukuran aslinya cuma karena mendengar suaranya saja. Dan bisakah kamu menyalahkanku? Tetapi, aku tidak mau diomeli nanti, jadi aku akan pura-pura tidak melihat saja—.

'Sasaki-kun...'

'Apa kamu... ada waktu senggang hari ini...?'

Kaca jendela kelas yang menyilaukan cahaya di luar yang cerah ini sehingga kami tidak bisa banyak melihat pantulan bagian dalamnya. Namun, menatap Natsukawa dari kejauhan sudah melatih mataku, memungkinkanku untuk menciptakan kembali pemandangan di dalam kepalaku…─ ─ S*al*n...! Kalau saja sosok yang  mempesona di sebelahku ini bukan Natsukawa! Dia menarik pandanganku!

'Iya, aku punya waktu. ...Selalu.'

'Iyakah...?'

'Kapanpun... tidak masalah...'

'Sa-Saitou-san...'

Tetapi setelah mendengarkan sebentar, aku tidak bisa terus mencari alasan yang sangat berbeda.

Kalau aku menyaksikan adegan ini secara langsung ke arah mereka berdua sekarang, mata dan dadaku akan terbakar. Seandainya aku membawa cokelat atau permen di sakuku, pasti cokelat itu akan langsung meleleh saat ini.

Namun, dari sudut pandang Saitou-san, mungkin tidak ada ruang untuk itu. Untuk orang-orang di sekitar mereka, itu mungkin terlihat manis dan luar biasa, tetapi dia masih belum menerima jawaban yang jelas atas pengakuan cintanya, dan aku dapat membayangkan betapa gelisahnya dia. Dan buatnya, pasti rasanya sepahit kentang panggang yang dibakar. Analogi ini terlalu kasar. ...Mungkin aku cuma sedang lapar...

Kalau dipikir-pikir, akan bohong, kalau aku bilang kalau aku tidak penasaran akan ke mana hubungan mereka akhirnya. Normalnya, aku tidak akan memberikan dua sen pun untuk urusan romansa dan kehidupan cinta Sasaki, tetapi aku malah terjebak di sana... Mengapa aku bisa membocorkan hal yang kecil dan memalukan seperti itu kemarin...?

Mendukung cinta Saitou-san, atau menghalanginya, itulah bedanya antara ditendang oleh kuda atau diseruduk oleh Yuki-chan. Aneh... Mengapa nyawaku terasa seperti dalam bahaya cuma karena kisah romansa mereka berdua?

Penyebabnya pasti Sasaki karena menyeretku ke dalam hal ini. Tunggu, bukankah ini berarti aku punya hak untuk melihat bagaimana kisah romansa mereka terungkap? Karena kalau mereka mulai pacaran, berkat kata-katakulah Saitou-san berhasil merebut hati Sasaki! Itu benar, aku tidak perlu mendengarkan diam-diam begini! Aku mesti menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri lalu kemudian menggoda mereka tentang hal itu. Karena aku masih punya perasaan terpendam soal Sasaki. Jadi, ayolah izinkan aku, sang ahli cinta, menunjukkan pada kalian masa muda kalian yang cerah—...!

'...Kalau begitu...'

"Ah, maafkan aku... Mengapa kalian berdua berdiri dan terdiam di depan pintu kelas?"

"..."

"..."

"..."

"Apa? Tunggu, mengapa kalian menatapku sekarang?! Mengapa kalian mengeluh di depanku? Dan mengapa Natsukawa-san juga ikut-ikutan kalian?!"

Aku mengalihkan pandanganku ke arah Matsuda, yang baru saja muncul di barisan di belakang kami. Sayangnya, ini memang ruang untuk menaruh barang bawaan...Jadi memang bukan salah Matsuda dalam hal ini, sebaliknya, sepertinya ada yang salah dari kami mengantre di sini. Mundur selangkah, wajah Ashida memucat yang belum pernah aku lihat sebelumnya, tetapi...Matsuda, suatu kehormatan bisa menerima tatapan Natsukawa begitu (propaganda).

Tunggu sebentar... Cara kalian berdua bertingkah hampir seperti... Apa kalian berdua juga sudah tahu tentang hubungan Sasaki dan Saito-san? Natsukawa mungkin sudah melihat mereka sekilas sebelum dia pulang kemarin....

Iya, cewek-cewek memang cepat dalam urusan penyebaran informasi. ....Meskipun Sasaki tidak memberi tahu siapapun kecuali aku, Saitou-san mungkin sudah menyebarkan kabar itu? Meskipun, tampaknya mulutnya tidak ember, sih. ...Surga melarang 

(TL: Kuwabara: lantunan kata untuk melindungi diri dari sambaran petir.)


←Sebelumnya          Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama