Bab 43Liburan yang Cerah
Sehari setelah aku menjenguknya, Takane-san merasa lebih sehat dan aku bisa meneleponnya malam harinya.
[Aku sudah selesai membaca 'Kambing dan Semangka' yang aku pinjam sebelumnya. Aku akan mengembalikannya ke perpustakaan.]
"Oke, aku akan meminjamnya ketika aku sudah selesai membaca bukuku yang sekarang."
[Aku akan meminjam buku yang sudah kamu pinjam, Nagito-san... Apa itu akan jadi ide yang buruk untuk terus melakukan itu sering-sering...?]
"Bukannya aku mau meminjamnya setiap saat, aku akan segera membacanya, jadi aku rasa itu tidak masalah."
Kalau riwayat peminjaman buku di antara aku dan Takane-san itu berurut-urutan, bukankah itu akan menjadi jalan untuk mengetahui hubungan kami saat semakin banyak buku semacam itu menjadi tersedia? Kalau mereka menyerangku dari arah itu, aku akan bilang kalau kami berada dalam hubungan yang biasa saja.
"Aku mau menonton film di bioskop setelah aku membaca buku. Filmnya masih belum tayang di televisi sih."
[...E-Em. Kita semua akan jalan-jalan pada tanggal 3 Mei, tetapi... Film itu akan ada pemutaran peringatan pada perayaan satu tahunnya.]
"Eh... Benarkah?"
Takane-san belum menyelesaikan kata-katanya. Fakta bahwa dia melakukan itu pada topik ini menandakan bahwa dia terlalu malu untuk memulai percakapan.
"Ya, kalau kamu mau... Mari kita pergi bersama-sama?"
[...E-Em... Nagito-san, kamu itu tidak memaksakan dirimu, kan...?]
"Hahaha... Tidak kok. Aku sebenarnya lumayan bersemangat."
[...Aku menantikannya. Mari kita atur jadwal kita agar aku bisa pergi bersama Nagito-san.]
"Aku akan ke sana bagaimanapun caranya."
Itu membuat hatiku sedikit sakit mendengar dia mengatakan itu. Ketika aku ketemuan dengan Asatani-san, dia tampaknya tidak sesemangat Takane-san ingin pergi, dan aku juga berpikir kalau Asatani-san mungkin sibuk sehingga mau bagaimana lagi.
Tetapi terbiasa berpikiran 'mau bagaimana lagi' mungkin juga merupakan hal yang membuatmu merasa kesepian. Apa ini waktu yang tepat untuk memikirkan hal ini, meskipun aku punya hari yang akan datang untuk nongkrong bersama Asatani-san sebagai seorang teman.
[Aku juga menantikan tanggal 3 Mei ini.]
"Iya, mudah-mudahan saja cuacanya akan cerah."
Ramalan cuacanya saat ini menyatakan akan cerah. Mungkin ini akan panas sekitar hari-hari libur seperti biasanya.
———————————————————————
Kami akan ketemuan di alun-alun di depan bangunan stasiun pada pukul 12.00. Setelah makan siang, kami pergi ke gerai perbelanjaan untuk melihat-lihat dan kemudian ke karaoke untuk beristirahat. Setelah itu, kami akan mengeteh, mengobrol, dan kemudian berpisah. Itu ringkasan dari kegiatan "Festival Hari Pertama Liburan yang Menyenangkan", seperti yang Nakano-san bilang.
"Nakkun, kerahmu bengkok."
"Ah, iya... Aku kira aku sudah melihatnya tadi."
Saat aku keluar dari kamar mandi setelah melihat di cermin, aku segera diperiksa oleh Kak Ruru. Dia menatapku dari atas sampai bawah dan memberiku tatapan setuju tepat saat dia meluruskan kerahku.
"Kakak juga akan jalan-jalan malam ini. Apa kamu akan makan malam di rumah?"
"Kalau Kakak lelah setelah sampai rumah, mungkin kita bisa pesan Gopud atau semacamnya."
"Kalau begitu, mari kita ajak Ei-sensei makan malam bersama. Dia bilang dia akan berada di gimnasium selama liburan."
"Itu mungkin ide yang bagus. Kalau begitu, aku serahkan ke Kakak."
"Fufu, anak pintar. Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan."
Aku jalan-jalan dan Kak Ruru masih sangat bersemangat soal itu.
Kakakku juga bersiap-siap untuk jalan-jalan, dan aku kira kalau dia itu berjalan-jalan keliling kota dengan berpakaian seperti ini, itu akan kembali seperti pada hari-hari di mana dia dianggap seperti seorang cewek berkelas tinggi saat dia masih SMP. Aku penasaran apakah itu terlalu banyak pilih kasih yang datang dari seorang adik cowok.
"Kakak menantikan cerita istimewa dari Nakkun~. Semua orang yang Kakak temui itu cewek, jadi mereka tampaknya tidak tertarik kalau diajak mengobrol soal Nakkun."
Kalau aku ditanya apakah aku akan tertarik kalau Kak Ruru itu punya pacar – Aku mungkin akan kepo orang seperti apa cowok itu pada awalnya dari awal.
Apakah ini berarti Kak Ruru, yang sangat tertarik pada Takane-san, dan yang aku pikirkan juga sama?
"Saat Kakak memberi tahu orang-orang kalau Kakak punya adik cowok, beberapa di antara mereka meminta Kakak untuk mengenalkanmu pada mereka. Karena ini sekolah khusus putri, apapun bisa berubah menjadi topik romansa. Itu tidak terlalu begitu buat Kakak."
"Begitu ya...? Kakak cuma main-main denganku, iya kan?"
"Mulai dari sekarang, Kakak akan bilang kalau Nakkun sudah punya pacar."
"Itu agak meresahkan ketika orang-orang membicarakan itu tanpa sepengetahuanku..."
"Ahaha, mungkin itulah masalahnya. Tetapi Kakak sangat bangga padamu Nakkun, jadi Kakak banyak mengoceh kalau ini berkaitan dengan adik Kakak."
Aku tidak merasa kalau dia itu Kakak yang merepotkan — Aku cuma menganggap kalau dia itu cuma bodoh sama seperti aku dulu.
"Pakaian musim panas sudah keluar sekarang, jadi mari kita berbelanja bersama lagi. Ataukah kamu maunya pergi bersama Nozomi-chan?"
"Aku penasaran. Haruskah kita pergi bersama kapan-kapan?"
"Fufu..."
"A-Apa...?"
"Tidak, tidak ada apa-apa. Semoga harimu menyenangkan."
Kali ini aku berangkat dan keluar dari rumah. Aku bisa saja naik sepeda menuju stasiun, tetapi aku memutuskan untuk naik bus hari ini untuk pergi bersama semua orang.
———————————————————————
Cuacanya cerah. Seperti itu biasa selama Pekan Emas, area di depan stasiun itu dipadati oleh orang-orang.
"Ah, ia ada di sini! Nozomi-chan, Nagisen ada di sini!"
"Iya... Halo, Nagito-san."
"Halo, kalian berdua. Takadera dan Ogishima masih belum sampai, ya...?"
"Ini masih belum waktu kita untuk ketemuan, jadi santai saja dan tunggu. Ah, dan juga... Soal Kiri-chan."
—Entah bagaimana aku punya firasat... Ketika Nakano-san dan Takane-san sedang membicarakan tentang rencana hari ini di ruang obrolan grup, Asatani-san juga ada di dalam obrolan ini, dan dia bilang, [Aku mungkin akan sedikit terlambat.]
Dia bilang ada pekerjaan sulih suara yang dia bilang kemarin telah dijadwalkan ulang, dan dia sedang bekerja untuk itu saat ini.
Dia tidak bilang acara macam apa itu, tetapi Asatani-san telah menghapus jadwalnya tetapi kemudian dia menjadwalkan ulang untuk perekaman itu.
"Itu benar... Aku yakin itu akan baik-baik saja."
Takane-san juga tampak khawatir. Aku tahu kalau agensi itu tampaknya berpikir kalau ini juga waktu yang penting buat Asatani-san, yang merupakan seorang artis sukses — tetapi aku juga yakin semua orang yang telah menunggu hari ini merasakan hal yang sama.
Kalau Asatani-san tidak datang... Tentu saja akan lebih baik dia datang, tetapi aku tidak bisa bilang kalau itu keterlaluan kalau dia tidak datang.
"Aku cuma bisa bilang semoga sukses buat Kiri-chan, tetapi aku tidak tahu apakah itu cukup. Aku mau membantu, tetapi aku bisa melakukan apa-apa..."
"...Aku tidak merasa kalau itu benar. Aku tidak merasa kalau menyemangati Asatani-san itu tidak ada artinya."
"...Itu benar. Maafkan aku karena telah mengatakan sesuatu yang aneh. Kiri-chan pasti akan datang, bukan?"
"Iya. Aku yakin kalau dia akan datang."
Kata Takane-san, dan Nakano-san menyeka matanya dengan sapu tangan, dan menengadah dalam sekejap mata.
"Iya, hari ini cerah ya, jadi aku benar-benar bersemangat dan siap untuk bersenang-senang!"
Itulah Nakano-san yang biasanya. Mata Takane-san berkedip secara mendadak.
"Ngomong-ngomong, Nagisen. Berapa banyak poin yang akan kamu berikan padaku dan Nozomi-chan untuk pemeriksaan fesyen hari ini? Ah, kamu cuma fokus pada Nozomi-chan ya? Sudah kuduga."
"...Nakano-san. Em, semuanya menyaksikan, jadi..."
Takane-san mengenakan gaun wanpis putih yang keren dan topi, mungkin saja karena cahaya matahari yang kuat. Dia tampak seperti nona muda (ojou-sama) yang telah datang dari pondok liburan — Dia tampak cantik tidak peduli apapun yang dia kenakan, tetapi hari ini dia tampak memukau lagi.
Nakano-san mengenakan blus dan rok. Dia juga mengenakan topi. Aku sebelumnya telah melihatnya di klub membaca mengenakan jersi di atas pakaiannya, jadi pakaian semacam ini tampak baru buatku. Mengejutkannya, aku akan bilang kalau dia mengenakan pakaian yang feminim.
"...A-Ada apa~. Aku merasa malu ketika kamu menatapku dengan sangat serius. Rok ini terlalu panjang dan aku tidak suka itu, tetapi ibuku bilang kalau para cowok juga akan datang, inilah yang harus aku kenakan."
"Aku rasa pakaianmu sangat imut, Nakano-san. Aku juga mau mengenakannya sebagai rujukan fesyen."
"Haha... Apa maksudmu, Nozomi-chan yang seperti boneka imut, aku bahkan tidak bisa dibandingkan denganmu... Nagisen, kamu tertawa barusan!"
"Tidak, aku setuju dengan Takane-san."
"Hmm... Jadi begitu cara Nagisen belajar bagaimana cara mengatakan kata-kata yang licik. Hanya karena jaketmu lucu itu agak keren, jangan pikir kalau kamu menang hari ini."
"Kapan aku mempelajari hal itu? ...dan aku tidak merasa kalau aku memenangkan apa-apa."
Kata Nakano-san seraya menarik jaketku — Takane-san menertawakan kami.
"Yo... Semuanya sudah di sini. Eh... Di mana Noarin?"
"Aku jadi benar-benar khawatir saat kamu mengatakan hal-hal semacam itu... Ah, halo."
"Halo~. Kalian berdua tampak dekat."
"Iya, kami kebetulan saja bertemu di jalan. Ogishima berjalan-jalan dengan pakaian seperti ini, dan ia dikira seorang cewek..."
"Untuk memperjelas, aku ini seorang cowok, jadi bagaimana bisa aku salah dikira seorang cewek?"
Ogishima bilang begitu, tetapi aku mau bilang begitu dari sudut pandangku — karena itu akan membuat pertemanan kami retak. Cara ia berjalan bersama Takadera, itu tampak seperti pasangan cowok dan cewek yang normal.
Pada saat itu, Nakano-san mengeluarkan ponselnya. Setelah berjalan-jalan sedikit lebih jauh dan mengobrol, Nakano-san berkata seakan-akan itu bukan apa-apa,
"Iya, tampaknya Kiri-chan akan datang sebentar lagi, jadi aku rasa kita bisa makan siang duluan. Apa kalian para cowok tidak masalah tidak masalah kalau kita makan kue dari restoran semua bisa kamu makan?"
"Ya, aku memang lapar, jadi apa saja tidak masalah."
"Iya, itu enak juga sekali-sekali. Tempat itu ada di dekat sini, iya kan? Ada prasamanan dengan banyak camilan lain selain kue juga."
"Apa kamu pernah ke sana juga, Ogishima-kun? Aku pergi ke sana lumayan sering. Aku punya kartu stempel."
Nakano-san, Takadera, dan Ogishima berjalan di depan kami — Nakano-san menatap balik ke arah kami dan memberi isyarat pada kami untuk ikut.
"Takane-san, apa kamu pernah pergi ke toko kue manis prasmanan?"
"Tidak, aku pernah mendengar tentang itu, tetapi aku belum pernah."
"Apa kamu suka kue-kue manis? Aku sangat suka."
"Iya, aku suka itu. Kalau dipikir-pikir lagi, ketika kita berada di stasiun kereta, ada toko kue sus di mana kamu mengantre lama sekali."
Itu saat aku baru kenalan dengan Takane-san. Kami mengobrol tentang ketika aku mengantarnya ke stasiun. Aku bersyukur kalau dia mengingatku — walaupun itu hal yang biasa saja.
"Tolong beri tahu aku apa yang kamu suka, Nagito-san. Aku dapat mengambilnya dari prasmanan itu."
"E-Em... Memintamu untuk melakukan itu... Bagaimana bilangnya ya..."
"...Apa aku tidak boleh melakukan itu?"
"Fufu... Tidak apa-apa. Terkadang akan lebih baik untuk dimanjakan."
Itu sudah waktunya untuk menyusul tiga orang di depan kami.
Tetapi sebelum aku bisa melakukannya, Takane-san mencubit ujung jaketku dan berkata,
"...Karena aku sudah banyak dimanjakan saat kamu datang untuk menjengukku."
Ketika sedang nongkrong bersama teman-teman dan pacarmu secara bersamaan, itu tidak sama dengan berkencan. Aku rasa itulah normanya, tetapi bagiku ini tampak lebih dari cukup untuk dikatakan sebagai kencan.
"......"
Takane-san dengan cepat menarik kembali tangannya sebelum Nakano-san, yang berjalan di depan kami, menatap ke belakang — Dia punya refleks yang luar biasa.
Kami berdua berlari dengan laju yang pendek dan menyusul mereka bertiga. Nakano-san tersenyum bahagia dan menunjukkan jalan ke arah restoran.
-----
Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/
←Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya→