KuraKon - Jilid 5 Bab 4 Bagian 2 - Lintas Ninja Translation

Bab 4
Perang
(Bagian 2)

Pertama kalinya Sakuramori Akane bertemu Houjo Saito yaitu saat pesta kelulusan sekolah dasar. Nenek Akane, Chiyo mengajaknya ke kediaman pribadi Keluarga Houjo. Makanannya sangat mewah dan para tamunya berkilauan dengan dikelilingi oleh aksesori. Akane yang masih muda saat itu benar-benar bingung. Mereka tampak seperti selebriti yang Akane lihat di televisi, dan seorang pimpinan perusahaan terkenal sedang mengobrol dengan seorang pengisi suara wanita.

Akane mungkin telah melihat orang-orang macam itu sebelumnya di ruang tamu neneknya, tetapi mereka itu cuma pengunjung toko neneknya, dan Akane belum berpengalaman dengan pertemuan besar macam itu. Akane mengenakan gaun baru yang dibelikan oleh Chiyo untuknya dan mengikat rambutnya dengan gaya klasik, namun dia masih merasa kalau itu bukan tempatnya. Tidak butuh waktu lama buat Chiyo untuk menghilang, jadi Akane tidak yakin apa yang mesti dilakukan. Akane gugup, dan juga tidak tahan mengobrol dengan para tamu lain. Akane merasa seperti kucing nyasar.

Tidak butuh waktu lama buat Akane untuk merasa kelelahan, jadi dia lari ke balkon lalu dia bertemu dengan Saito. Saito mengenakan setelan yang ketat, menguap bosan saat ia melihat sekelilingnya. Saito merupakan penerus masa depan Houjo Group, serta bintang utama pada pesta ini. Namun, sepertinya Saito sendiri tidak menikmati pesta ini.

"Ha-Halo."

Sejak mata mereka saling bertatapan, Akane tidak punya pilihan lain selain menyambut Saito.

"Hai. Sepertinya kamu sedikit lelah?"

"I-Iya. Aku belum pernah pergi ke pesta semacam ini, jadi aku merasa sedikit lelah. Aku ingin mencari udara segar, makanya aku keluar…"

Akibat betapa gugupnya perasaan Akane, dia akhirnya berbicara dengan sangat sopan. Akane sedang mengobrol dengan seseorang yang seusianya, tetapi rasanya seakan-akan mereka hidup di dunia yang sama sekali berbeda. Akane telah melihat bagaimana semua orang terkenal di pesta itu berbaris untuk menemui Saito.

"Aku tidak ingin menghalangi, jadi aku akan balik la—."

"Tunggu!" Saito meraih bahu Akane saat dia berniat untuk pergi menjauh.

"A-Ada apa ya?"

"Ah maaf. Sebenarnya, aku tidak dapat berurusan dengan orang-orang itu lagi. Ini semua tentang bersikap sopan dan tidak membuat mereka marah, dan aku muak dengan itu. Jadi kalau kamu punya waktu, bisakah kita mengobrol sebentar?"

"…Tentu saja!"

Saito memang bilang sebentar, tetapi mereka akhirnya mengobrol sepanjang waktu sampai mereka berdua meninggalkan pesta. Tidak seperti cowok lain yang Akane ajak mengobrol sebelumnya, proses berpikir Saito itu jauh lebih dewasa. Sejarah, filsafat, dan bahkan sastra, Saito punya banyak pengetahuan di semua bidang yang memungkinkan, menceritakan kisah-kisah menarik pada Akane tanpa henti. Berbeda dengan teman-teman sekelas Akane yang cuma tertarik pada permen karet atau sepak bola.

Alasan Akane kebanyakan sendirian di sekolah bukan cuma karena dia buruk dalam berinteraksi dengan orang lain. Karena Akane berada di puncak peringkat sekolahnya dalam hal nilainya, tidak ada yang benar-benar berharap untuk berada di tingkat yang sama dengannya. Walaupun Akane memberi tahu teman sekelasnya tentang sesuatu yang menarik yang dia baca di buku, teman sekelasnya cuma akan menunjukkan kebingungan. Metafora atau sarkasme juga tidak akan berhasil. Itu seperti kata-kata yang tidak sampai pada mereka. Namun, Saito sangat mengerti apa yang Akane obrolkan. Dan bukan cuma itu, Saito bahkan mengajari Akane segala macam hal baru.

Ini seru! Sangat seru!

Ini merupakan kali pertama hati Akane menari dengan gembira saat mengobrol dengan seorang cowok. Gestur Saito, postur berdirinya, aroma tubuhnya, ekspresinya saat ia tersenyum, dan nada suaranya, semuanya membuat dada Akane merinding. Waktu berlalu begitu cepat, dengan Akane menangis dalam perjalanan pulang di dalam taksi. Akane ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Saito, tetapi dia mesti pulang.

Dan karena Akane terlalu malu, dia tidak bisa meminta informasi kontak Saito. Akane mungkin tidak akan pernah bisa bertemu dengan Saito lagi. Akane itu cuma warga negara biasa, dan bagaimanapun juga Saito itu seseorang dengan banyak pengaruh di Keluarga Houjo. Itulah yang Akane asumsikan sampai titik tertentu.

Akane menjadi siswi kelas sembilan SMP, menuju ke SMA tertentu untuk mengikuti ujian masuk lalu dia melihat seorang cowok. Sekolah yang dimaksud tidak terlalu sulit atau bergengsi dalam hal apapun, namun Saito duduk di sana, beberapa kursi dari Akane. Tampang wajah Saito memang telah tumbuh semakin dewasa, tetapi matanya memancarkan getaran seorang penguasa mutlak. Seperti yang diduga, papan namanya dengan jelas menyatakan nama "Houjo."

Houjo-kun juga berencana untuk masuk ke sekolah ini? Kalau begitu kami mungkin bisa datang ke sini bersama-sama…?

Motivasi Akane naik jadi sepuluh kali lipat saat dia mengerjakan ujian. Bahkan pada hari saat hasilnya diumumkan, Saito datang ke sekolah yang dimaksud, bersama dengan seorang cewek kecil yang sepertinya merupakan adiknya. Saito tampaknya lulus dengan mudah, karena ia tidak bersemangat seperti siswa-siswi lain di sekitarnya.

Dan kemudian, hari pertama mereka di sekolah baru pun tiba. Saat mengenakan seragam baru yang segar, jantung Akane berdebar kencang. Mulai saat ini, Akane dapat menghabiskan setiap hari bersama Saito. Belajar bersama, makan siang bersama, dan bahkan mungkin berjalan pulang bersama. Mereka dapat melanjutkan apa topik yang mereka tinggalkan. Tentunya, Saito akan mengingat Akane dan menyapanya dengan senyuman. Dada Akane dipenuhi dengan kewaspadaan lalu dia mendekati kursi Saito. Lutut Akane jadi goyah karena tegang, dan dia merasakan dorongan untuk melarikan diri. Kepala Akane berputar dan dia tidak dapat melihat langsung ke arah Saito. Akane menarik lengan seragam Saito lalu dia berbicara dengan suara gemetaran.

"Su-Sudah lama sekali ya, Houjo-kun."

"…Kamu ini siapa?"

Ternyata, Saito tidak mengingat Akane.


Rasa sakit yang tajam menjalari dada Akane. Dua tahun telah berlalu sejak saat itu, tetapi cuma dengan kenangan itu saja sudah membuat dada Akane terasa sesak.

"Aku benar-benar… tidak tahan dengannya…" Akane membenturkan tinjunya ke dinding ruang belajarnya.

Pada akhirnya, Akane tidak akan pernah bisa memberi tahu Saito kalau mereka pernah bertemu di pesta itu. Fakta kalau Akane-lah satu-satunya yang ingat hal itu—satu-satunya yang menantikan pertemuan kembali mereka—Akane tidak bisa memberi tahu Saito cuma karena rasa malu dan frustrasi. Dan setelah itu, setiap kali Akane melihat wajah Saito, dia menjadi tidak masuk akal dan marah, yang menyebabkan pertengkaran mereka yang tanpa akhir. Bagaimana bisa Akane menjelaskannya sendiri sekarang? Mengatakan kalau jantungnya deg-degan dengan kewaspadaan saat dia berkata 'Sudah lama sekali ya, Houjo-kun,'?

Akane tidak akan pernah bisa. Harga dirinya melarangnya melakukan itu. Kenyataannya, Akane tidak bersenang-senang selama pesta itu. Akane mesti mengatakan hal itu pada dirinya sendiri dan menghapus kenangan itu.

"Saito, dasar bodoh…" Akane menekan tangannya ke dadanya untuk menahan rasa sakit, dan bergumam tanpa kekuatan.


←Sebelumnya          Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama