Bab 1
Pacar (Palsu)
(Bagian 3)
Ketika mereka berdua kembali ke ruang kelas kelas 3-A, teman-teman sekelas mereka langsung mendekat ke arah mereka.
"Himari-chan, yang barusan itu maksudnya apa?!"
Orang pertama yang mendekati Himari yaitu seorang siswi yang tampak sama mencoloknya. Karena Saito sering melihat mereka berdua bersama-sama, jadi tidak heran kalau mereka berhubungan baik.
"Err, ap-apa yang kamu bicarakan?" Himari pura-pura polos.
"Apa yang baru saja kamu lakukan dengan Houjo-kun! Beberapa siswi melihatmu bermesra-mesraan dengannya di ruang kelas yang kosong! Kok kalian langsung melekat satu sama lain, aku minta penjelasan lengkapnya!"
"Ah, jadi kalian melihat kami…Ahaha, itu agak mengganggu…" Himari tampaknya benar-benar terganggu dengan fakta ini.
Sekali lagi, Himari menunjukkan bakat aktingnya yang luar biasa. Kalau saja Akane yang berada pada posisi ini, mereka pasti sudah ketahuan sejak lama.
"Aku juga melihat mereka makan siang bersama!"
"Apa yang sedang terjadi?!"
"Ishikura-san?!"
"Coba kamu sendiri yang jelaskan!"
Teman-teman sekelas lainnya mendekati Himari tanpa penyesalan sama sekali. Obrolan rahasia di lorong, makan siang bersama di kafetaria, pertemuan di ruang kelas yang kosong, semua peristiwa ini membangun rasa penasaran teman-teman sekelas mereka yang kini sudah meledak. Menyaksikan hal ini, Himari melirik ke arah Saito.
"Apa yang mesti kita lakukan tentang ini? Haruskah kita memberi tahu mereka?"
Bahkan bagian itu dieksekusi dengan sempurna. Menambahkan kata "kita" ke dalam pertanyaannya saja sudah membantu membuat teman-teman sekelasnya jadi lebih gusar. Ruangan itu dalam kendali Himari, siswa-siswi menari di telapak tangannya.
"Iya… aku tidak keberatan."
Saito dipenuhi dengan setengah rasa kagum tetapi juga rasa takut saat ia mengangguk. Saito sekali lagi menyadari kalau individu yang paling berbahaya di kelas ini mungkin itu Himari. Menerima izinnya, Himari mendekat ke arah Saito, gelisah dengan canggung.
"Se-Sebenarnya...Saito-kun dan aku akan keluar."
"""Haaaaaaaaah?!"""
Suara teman-teman sekelas meraung keras.
"Apaan itu barusan?!"
"Aku kira kalau Houjo-kun dan Akane-chan tinggal bersama?!"
"Mungkin saja mereka sudah putus?!"
"Apa ia mendua?!"
"Houjo… aku akan membunuhmu!"
"Ia itu iblis! Bunuh ia! Sekarang juga!"
"Seseorang bawalah cabai merah agar kita bisa menaruh itu ke bokongnya!"
Para siswi kebingungan, dan para siswa penuh dengan rasa haus darah. Ruang kelas itu perlahan berubah menjadi tempat ritual, teman-teman sekelasnya sudah siap untuk membakar Saito sebagai taruhannya, lalu Himari melangkah di antara mereka.
"Maaf, tetapi semua kekacauan ini sebenarnya itu salahku. Aku cuma bercanda saat aku bilang kalau Saito-kun dan Akane tinggal bersama.”
"Bercanda…?" Seluruh siswi tampak kebingungan.
"Kami sebenarnya sudah pacaran cukup lama, tetapi saat aku melihat Saito-kun dan Akane akrab begitu, rasa cemburu mulai menguasaiku. Aku mengatakan hal itu sebagai bahan bercandaan dan di saat yang cukup panas." Himari dengan lembut memeluk bahunya sendiri untuk menekankan kelemahannya. "Aku seharusnya memperjelas hal ini lebih cepat, tetapi lalu semua ini sudah melebar, jadi aku tidak tahu mesti berbuat apa. Karena Saito-kun akan mewarisi Houjo Group, aku tidak mau membuatnya terganggu dengan mengumumkan hubungan kami, jadi…Maaf, semuanya." Himari sangat menundukkan kepalanya, menjelaskan dasar dari rumor tersebut. Himari dengan sempurna memainkan perannya yang bahkan Saito pikir kalau dia sedang mengatakan yang sebenarnya. Namun, pada kenyataannya, mereka semua dipermainkan oleh Himari.
"Kamu tidak perlu minta maaf, Himari-chan!"
"Kamilah yang seharusnya minta maaf, oke?"
"Aku senang kalau kamu dan Houjo-kun akhirnya bisa bersama-sama!"
"Selamat!"
"Jangan berani-berani kamu membuatnya menangis, Houjo!"
Menerima restu dan kata-kata dukungan, Himari tampaknya berhasil menimpali rumor Akane dan Saito tinggal bersama. Himari menatap ke arah Saito dengan mata berair, tersenyum dengan sedikit rasa lega yang bercampur di dalamnya.
"Syukurlah… Sekarang kita tidak perlu berbohong lagi. Kita bisa terbuka dengt hubungan kita, bukan?"
"…Ya."
Saito tidak bisa tidak mengagumi apa yang telah ia saksikan. Dari gerakan tubuh Himari sampai ekspresi dan nada suaranya, semuanya berhasil dengan sempurna untuk mengendalikan pikiran teman-teman sekelas mereka. Bakat akting Himari ini jauh melampaui apapun yang Saito bayangkan. Bahkan pegawai Humas yang ahli dari Houjo Group pun tidak dapat melakukan bakat semacam itu.
"Terima kasih atas semua dukungannya, teman-teman!" Himari melihat ke sekeliling, dan teman-teman sekelasnya mengangguk dengan serempak.