KuraKon - Jilid 3 Bab 4 Bagian 3 - Lintas Ninja Translation

Bab 4
Cincin
(Bagian 3)

Tepat setelah pulang ke rumah, Akane mengunci diri di ruang belajarnya. Akane mengeluarkan sebuah kotak kecil dari lacinya, dan duduk di kursi. Merasa seperti dia berada di atas awan, Akane memasang cincin itu di jari manis tangan kanannya. Karena perasaan Akane benar-benar kacau sehari sebelumnya, dan karena dia sibuk pagi ini, dia tidak punya banyak waktu untuk memeriksa cincin itu dengan cermat. Akane dengan lembut membelai bagian atas cincin itu, sehingga membuatnya merasa geli. Saat Akane memegang batu permata yang berbentuk hati ke arah jendela, batu itu menyala dengan warna merah cerah.

"Indah sekali…" gumam Akane.

Ini merupakan pertama kalinya Akane menerima hadiah dari seorang anak laki-laki. Belum lagi kalau cincin ini jelas dari anak laki-laki yang paling Akane benci di seluruh kelasnya. Meskipun begitu, Akane tidak benci mendapat hadiah dari Saito. Akane tahu betapa kerasnya Saito bekerja demi dia. Namun, Akane marah pada Saito karena sering pulang terlambat, dan sekarang merasa menyesal karena melakukan hal itu. Memikirkan tentang bagaimana Saito mati-matian berusaha untuk membuat ini menjadi kejutan, Akane tidak dapat tidak menganggap Saito sedikit lucu. Hanya dengan melihat cincin itu, Akane merasakan kalau pipinya mengendur.

Saito dan Shisei saat ini sedang bermain gim di ruang tamu, namun Akane tidak terlalu terganggu dengan hal itu. Tidak seperti sebelumnya, saat Saito keluar ke rumah Shisei, Akane sekarang bisa menerima mereka melakukan hal yang seperti ini. Memikirkan hal ini secara rasional, adik-kakak (sepupu) yang akur merupakan suatu hal yang indah dan pantas untuk dihargai.

Akane merasakan keinginan untuk menyimpan foto diam-diam dari cincin ini, dan mengebut aplikasi kamera ponselnya. Karena Akane belum pernah memakai cincin sebelumnya, dia tidak tahu pasti dari sudut mana dia harus mengambil foto itu. Menempatkan cincin di sapu tangan, dia mencoba segala macam cara memfoto.

"Makan malam apa yang akan kamu buat untuk malam ini?"

"Kyaaaaaa!?"

Saito tiba-tiba membuka pintu ruangan Akane, sehingga membuat bahu Akane tersentak kaget. Akane dengan panik menyembunyikan ponsel pintar dan tangannya di antara kedua pahanya.

"Ja-Jangan mengintip ke dalam ruanganku, dasar mesum!"

"Aku sudah mengetuk pintunya beberapa kali..."

"Itu bohong, dasar kamu penyusup!"

"Mungkin kamu saja yang terlalu fokus pada hal lain sampai-sampai kamu tidak mendengarku?"

"Aku bukannya tidak fokus atau semacamnya!"

Saito pasti tidak diperbolehkan untuk mengetahui kalau Akane begitu kegirangan karena hadiah yang ia berikan sampai-sampai Akane jadi sesenang ini. Kalau Saito menyadari hal ini, ia mungkin akan lebih memandang rendah diri Akane. Saito mungkin mengancam Akane, dan mengubah Akane menjadi sesuatu seperti hewan peliharaannya. Itu merupakan sesuatu yang tidak dapat Akane biarkan terjadi.

"Memangnya apa yang sedang kamu lakukan?"

"Bukan apa-apa kok! Sudah keluar saja!" Akane melemparkan mainan lembut terdekat ke Saito.

Sebelum itu bisa mengenainya, Saito dengan terampil menutup pintu itu, dan menghindar. Menghadapi hal itu, Akane menghela napas lega. Akane baru akan mengeluarkan ponsel pintarnya dari bawah pahanya, lalu dia mendapati Shisei sedang duduk tepat di bawahnya.

"Shi-Shisei-san…?"

Seperti biasanya, Shisei tidak menunjukkan emosi apapun di wajahnya, tiba-tiba muncul entah dari mana. Entah apakah Shisei punya keahlian khusus yang memungkinkan dia untuk menghapus keberadaannya, atau perawakannya yang kecil mungil memungkinkan dia untuk menyelinap dengan lebih mudah. Si Shisei itu  saat ini sedang menatap tangan kanan Akane.

"Abang yang membelikan cincin ini buatmu? Indahnya."

Akane segera mulai membual.

"Be-Benar? Aku melihat ini di toko perhiasan, dan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama."

"Singkatnya, kamu melihatnya saat kamu sedang berkencan dengan Abang."

"Itu bukan kencan! Kami cuma jalan-jalan singkat!"

"Berduaan saja?"

"I-Iya... Berduaan saja."

Meskipun tidak ada makna yang lebih dalam dari fakta itu, menuangkannya ke dalam kata-kata terasa sangat memalukan.

"Dengan seseorang dari bintang Hemekoputerus?"

"Siapa!? Aku tidak kenal alien apapun! Cuma aku dan Saito kok!"

"Terdengar seperti kata-kata yang akan keluar dari mulut seorang pacar."

"Kami bukan pasangan!" Akane terengah-engah.

Akane mencoba untuk tetap tenang dan rasional dengan hal ini, tetapi setiap alasan telah hancur lebur begitu dia mengambil foto cincin itu.

"Shisei juga ingin bersenang-senang dengan Abang. Mari kita jalan-jalan bertiga lain kali." Shisei bertanya, wajahnya polos seperti anak kecil.

"Aku tidak keberatan. Jauh lebih tenang daripada saat cuma ada aku dan Saito."

"Yei. Shisei juga mau cincin itu."

"Kamu tidak akan mendapatkan cincin itu!" Akane bingung dengan permintaan Shisei yang konyol ini.

"Mengapa?"

"Karena aku bilang begitu!"

"Karena itu cincin yang kamu dapatkan dari Abang?" Shisei memiringkan kepalanya.

"Ti-Tidak juga, aku cuma sangat menyukai cincin ini!"

"Kalau begitu Shisei akan membelikan cincin yang sama."

"Kalau begitu, kamu saja yang memakainya sendiri!?"

"Karena kamu ingin memakai cincin itu yang merupakan hadiah dari Abang?" Shisei meletakkan kedua tangannya di pangkuan Akane, mendorong tubuhnya ke depan.

Mata Shisei yang besar dan bulat sama menggemaskannya seperti biasanya, tetapi dia jelas-jelas sedang mempermainkan Akane. Meskipun Shisei tampak seperti binatang yang menggemaskan di luar, dia tetaplah wanita yang berbahaya.

"Po-Pokoknya, tidak bisa! Aku bilang kalau tidak akan boleh memilikinya, jadi begitu saja!" Akane dengan panik mendorong Shisei menjauh, saat tubuhnya memanas dengan panas yang menyengat.


←Sebelumnya            Daftar Isi         Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama