Bab 4Cincin(Bagian 2)
Sinar mentari pagi langsung menyinari kelopak mata Saito. Karena Saito sudah bekerja sampai larut selama beberapa hari terakhir ini, ia pasti sangat kelelahan. Tepat saat rasa kantuk hendak menariknya ke waktu tidur yang lain, Saito merasakan sesuatu di sebelahnya bergerak. Ia entah bagaimana berhasil membuka kelopak matanya yang sulit untuk dibuka, dan tak lama mendapati ada Akane yang mengenakan pakaian tidurnya, dan tampak gelisah. Akane duduk di ranjang seperti saat wawancara pernikahan, dan menoleh ke arah Saito dengan mata yang berbinar.
"…Ada apa?"
"Mm!"
Saat Saito mengangkat tubuhnya, Akane menunjukkan tangan kanannya. Di jari manis Akane berkilau cincin yang dibelikan Saito untuk Akane, memancarkan kilauan yang luar biasa. Ukuran cincin itu terlihat sangat pas, sehingga membuat Saito dapat menghela napas lega.
"Ba-Bagaimana…? Apakah ini tampak bagus buatku…?" Akane bertanya, karena bingung.
"Iya, itu tampak bagus buatmu."
"Ehehe…"
Melihat senyuman yang dapat mencairkan es itu sangat menenangkan, Saito merasa semua kelelahannya telah sirna. Ini merupakan senyuman yang ingin Saito lihat. Saat Saito mendapati Akane tersenyum di depannya, ia tidak lagi merasakan kesakitan atau penderitaan. Di saat yang sama, Akane meletakkan tangannya di bibirnya, dan kakinya mulai gemetar.
"Mengapa… kamu membelikanku cincin ini?"
"Em…ya…sebagai bukti perdamaian?"
"Bukti perdamaian?"
"Aku ingin kita bersikap baik satu sama lain, dan bersenang-senang bersama-sama." Saito merasa sangat gelisah.
Meskipun Saito tidak punya niat lain dari hadiah ini, menyuarakan emosinya begini itu terlalu memalukan baginya untuk tetap tenang.
"Kamu ingin… akrab denganku?"
"Kalau bisa…"
"A-Aku mengerti…" Akane mengalihkan pandangannya.
Suasana canggung "terlalu manis untuk kebaikanmu sendiri" semacam ini memenuhi kamar tidur. Saito merasa lebih dekat dengan Akane dari sebelumnya, dan merasakan kehangatan manis darinya. Akane turun dari ranjang, dan menginjak lantai dengan kaki telanjang. Mengenakan pakaian tidurnya yang tipis, Akane memunggungi Saito.
"Apa kamu akan terlambat hari ini juga?"
"Tidak, pekerjaan paruh waktuku sudah tuntas dan selesai. Aku akan pulang sama seperti biasanya."
Tantenya memang meminta Saito untuk melanjutkan pekerjaannya sedikit lebih lama, tetapi Saito tidak membutuhkan uang itu. Selama ini Saito hanya menggunakan uangnya untuk membeli buku dan gim, jadi ia sama sekali tidak mau menghambur-hamburkan uangnya.
"Kalau begitu, aku akan membuatkanmu makan malam yang lezat malam ini."
Daun telinga Akane berubah merah tua saat dia melangkah keluar dari kamar tidur.