Bab 2Kencan(Bagian 4)
Selama jam pelajaran Penjasorkes, mereka bermain bola voli. Saito duduk di pojok aula gimnasium, menyaksikan kedua tim bertanding mati-matian. Di sebelah Saito duduklah Shisei.
"…Jadi, saran macam apa yang Abang butuhkan hari ini?"
"Bagaimana kamu bisa tahu kalau Abang mengalami masalah!?" Saito terkejut karena keahlian menebak Shisei yang tidak manusiawi.
"Shisei mengerti segala hal yang perlu diketahui tentang Abang. Kapanpun Abang membutuhkan saran untuk suatu perkara, Abang terus melirik Shisei…dengan wajah yang tamak."
"A-Abang benar-benar ragu kalau Abang memasang wajah yang tamak begitu." Tubuh Saito menggigil ketakutan.
"Abang begitu kok. Aura yang Abang keluarkan itu benar-benar berteriak bahwa Abang ingin melompat ke Shisei dan membenamkan wajah Abang di dadaku."
"Membenamkan…?"
Shisei tampaknya tidak menyukai komentar itu, lalu dia menunjukkan potongan (chop/gerakan karate dengan tangan dirapatkan) dengan kecepatan cahaya ke tenggorokan Saito. Namun, Shisei menahan dirinya, karena itulah itu tidak begitu sakit.
"Iya, seperti yang kamu duga. Akhir-akhir ini, Akane jadi kekurangan tenaga seperti biasanya, dan Abang berusaha mencari cara yang bisa Abang lakukan."
"Shisei punya suntikan yang akan segera memberinya banyak tenaga, apa Abang mau?" Shisei mengeluarkan sebuah jarum suntik dari saku baju olahraganya.
"Mengapa kamu menyimpan alat itu bahkan selama jam pelajaran!? Dan juga, Abang tidak mau obat yang berbahaya semacam itu."
"Ini tidak berbahaya kok, ini merupakan obat baru yang dikembangkan dan diproduksi dari laboratorium penelitian di bawah naungan Houjo Group. Sekitar 80% dari orang yang mereka uji dapat membuka seluruh pintu hanya dengan menggunakan tangan kosong."
"Abang benar-benar tidak ingin mati duluan, oke…" Saito membayangkan Akane yang dapat membuka pintu dengan tangan kosong, dan menggigil ketakutan.
Saito menyita jarum suntik itu dari Shisei, yang perlahan mengarahkan alat itu ke lengannya sendiri. Saito benar-benar berharap kalau Houjou Group berhenti menuruti semua yang diminta oleh Shisei.
"Belum lagi masalah ini bukanlah masalah fisik. Akane tampak seperti dia sedang berada di tempat pembuangan sampah."
"Ada juga obat yang akan membuat Abang tertawa seketika, dan selamanya, jadi tidak perlu khawatir."
"Itu malah terdengar seperti masalah. Mengapa kamu terus mengeluarkan obat yang berbahaya, sih?" Saito memasukkan tangannya ke dalam saku Shisei, menyelidiki apa dia masih membawa sesuatu yang berbahaya.
"Abang, jangan menggelitikku, ah. Dasar mesum." Tubuh Shisei berputar dan berbalik sedikit, tetapi ekspresinya tidak menunjukkan emosi yang seperti biasanya.
Setelah penyelidikan itu, Saito juga menemukan permen karet, cokelat, sarden kering dan juga makanan ringan lainnya. Namun, tidak ada jarum suntik dan obat-obatan yang berbahaya yang tampak. Seakan-akan Saito takut akan akibat dari perbuatannya, ia mengembalikan semua yang ada di dalam kantung ajaib ini. Menanggapi hal itu, Shisei cuma mengunyah beberapa sarden kering. Meskipun Shisei sudah jelas mengemil selama jam pelajaran, tidak ada orang di sana yang memperingatkannya. Bahkan para guru pun lebih memperlakukan Shisei layaknya seorang putri yang turun dari BETA (Benda Terbang Aneh/UFO) daripada siswi yang sebenarnya.
"Apa Abang ingin Akane kembali ceria? Apa Abang mencintainya?"
"Ini tidak ada hubungannya dengan sesuatu yang romantis. Hanya saja ini membebani Abang kalau Akane terus-menerus menunjukkan ekspresi yang suram itu sepanjang waktu."
"Itu baru Abang yang aku kenal, Abang ini benar-benar seorang narsis."
"Kamu sendiri juga lebih narsis, Shisei."
"Shisei tidak menempatkan diriku sendiri sebagai orang yang paling penting di dunia ini. Tempat itu cuma tersedia agar Abang bisa tersenyum." Shisei bersandar ke bahu Saito.
"Terima kasih."
Mengetahui bahwa ada satu orang yang sangat peduli padanya, hati Saito terasa jauh lebih ringan. Biasanya, proses berpikir Shisei itu memang misterius bahkan bagi Saito, tetapi Saito tahu akan kebaikan Shisei. Kalau bukan karena dukungan dari Shisei, yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya, Saito mungkin akan menjalani waktu yang jauh lebih sulit dalam kehidupan.
"Adik cewek Akane, sepertinya dia sudah meninggal di usia muda."