Bab 1Saingan(Bagian 8)
"Kami masih belum tahu mengapa kemarin listriknya tiba-tiba padam, ya…"
Di hari berikutnya, Saito duduk di mejanya, memiringkan kepalanya dengan bingung. Mereka tidak menggunakan apapun yang akan menghabiskan banyak listrik, seperti oven, penanak nasi, atau semacamnya. Karena tidak ada lagi pemadaman listrik yang terjadi setelah itu, tidak ada masalah dengan kabelnya juga. Saito memeriksanya secara daring, tetapi tidak dapat menemukan laporan lain mengenai pemadaman listrik.
"Mengapa Abang begitu khawatir tentang itu?" Shisei duduk di atas meja Saito saat dia menanyakan ini.
"Aku tidak bisa tenang saat aku bahkan tidak tahu apa yang menyebabkan pemadaman ini. Bagaimana kalau itu terjadi lagi selama pertandingan?"
"Itu memang akan merepotkan. Itu mengingatkan Shisei saat Abang memainkan RPG baru waktu SD. Shisei mengerjai Abang dan mematikan konsolnya, tetapi itu menyebabkan sebuah tragedi."
"Jangan ingatkan Abang tentang itu." Saito mengerang saat ia mengingat masa lalu yang kelam itu.
Namun Shisei melanjutkan dengan acuh tak acuh.
"Abang cuma punya data pada penyimpanan otomatis. Dengan pemadaman listrik yang tiba-tiba itu, Abang tidak hanya kehilangan kemajuan Abang, tetapi juga seluruh berkas (file) yang diamankan Abang…"
"Apakah insiden ini kamu juga yang lakukan?" Saito menarik Shisei, dan bertanya padanya saat dia menjuntai di udara.
"Shisei tidak melakukan apa-apa kok." Dia menggelengkan kepalanya.
Cara Shisei menjuntai di udara itu membuatnya tampak seperti boneka. Karena kamu tidak bisa membaca ekspresinya dengan benar, kamu juga tidak akan tahu persis apakah dia mengatakan yang sebenarnya atau tidak. Saito tahu akan hal ini, menyerah, dan menjatuhkan Shisei ke tanah lagi. Di saat yang sama, Himari mendekati mereka berdua.
"Saito-kun, ada sesuatu yang tidak aku mengerti selama pelajaran itu barusan, bisakah kamu mengajariku lagi?"
"Iya. Sangat menyenangkan melihatmu begitu ingin belajar lebih giat lagi."
"Terima kasih~!"
Apapun motifnya itu, itu membuat kemajuan dalam belajarnya akan membantu Himari dalam jangka panjang. Cinta monyet seperti ini cuma akan bertahan selama sesaat, jadi begitu mereka lulus, Himari pasti akan segera melupakan Saito, tetapi usahanya dalam belajar akan terus bersamanya selamanya. Namun, tanpa mengetahui pemikiran ini, Himari melambaikan tangannya ke arah Akane.
"Mengapa kamu tidak membiarkan Saito-kun mengajarimu juga~?"
"Aku sih tidak masalah, aku tidak ingin diajari oleh orang ini." Akane mengangkat dagunya, dan membuang mukanya.
"'Begitu ya." Saito mengangkat bahunya.
Akane hari ini sama seperti dirinya yang biasa. Saito sedikit menyesal tidak meninggalkannya sendirian di kegelapan agar Akane dapat mengambil hikmahnya. Tepat saat Saito memutuskan untuk tidak bersikap baik padanya lagi, Akane tiba-tiba berjalan ke samping kursinya, dan mencondongkan tubuhnya ke arah Saito. Akane kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah Saito, dan mendorong rambutnya, kemudian dia berbisik.
"Be-Begitu kita sampai di rumah, lebih baik kamu mengajariku juga, oke?"
Akane segera kembali ke kursinya sendiri, dan meletakkan bagian atas tubuhnya di atas mejanya, membenamkan wajahnya di lengannya. Saito bisa melihat daun telinga Akane yang memerah.
–Apa kamu serius…?
Saito mulai gelisah dengan canggung di bangkunya, tidak bisa tenang. Saito tahu betapa merahnya daun telinganya sendiri.
←Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya→