Bab 34Sudut Pandang Kiri 2
Setelah teleponan dengan Nagi-kun selesai, aku mengistirahatkan punggungku di bola keseimbangan (exercise ball), dan menatap ke langit-langit untuk beberapa lama.
"Hah~...."
Aku ingin sekali bisa mengobrol dengannya sedikit lebih lama lagi, dan aku tahu kalau aku bisa.
Aku punya banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan, dan aku ingin menelepon sebentar, tetapi kemudian aku sadar kalau itu sudah melebihi batas waktu yang sudah ditetapkan untuk diriku sendiri.
Aku tadi menelepon sambil melihat arloji di tanganku yang lainnya.
Aku diberi tahu bahwa aku boleh menelepon Nagi-kun, asalkan aku tidak melanggar aturan yang sudah ditetapkan.
Aku mendengar ngeongan, dan merasakan bulu-bulu halus menyentuh kakiku. Itu adalah kucingku, Senna, yang menghampiriku.
"Maafkan aku, aku tahu kalau kamu penasaran dengan apa yang aku lakukan."
Senna mengeong lagi, aku tersenyum dan menggendongnya ke dadaku.
Aku merasa sangat tenang ketika aku mengelusnya.
"...Nagi-kun bilang bahwa ia sangat memahami kalau Yui-chan ingin sekali aku menyanyi untuknya."
"Meong —."
"Fufu... Benar, aku tidak mengerti. Kamu itu majikan yang bermasalah, meong."
Senna baru saja membiarkanku menyentuh bantalan kakinya.
Dia sangat imut dan menggemaskan, seperti dia sedang berjabat tangan dengan tangan yang kecil, itu membuatku ingin menangis.
Aku kira kamu yang bilang sendiri, 'teman', dan aku kira kamu tidak ingin bermain denganku lagi.
Aku rasa Yui-chan tidak perhatian padaku.
Dia juga meminta maaf padaku karena telah memberikan tiket ke acara perekaman publik itu pada Nagi-kun, dan aku memberi tahunya kalau dia tidak perlu minta maaf.
Aku tidak menduganya. Tetapi itu cuma alasan saja, aku tahu kepribadian Yui-chan dan memberinya tiket itu.
––Aku ingin Asatani-san memberi tahu Nagito-san, perasaanmu yang sebenarnya.
Takane-san tahu tentang semua kelicikanku.
Aku tahu kalau dia marah – aku ditegur olehnya.
Takane-san itu orang yang sangat baik hati dan keras pada dirinya sendiri. Memang tidak mudah bagi seseorang sepertinya untuk mencintai seseorang.
Ketika dia membela Nagi-kun dan bilang padaku kalau dia adalah 'pacar'-nya' yang sekarang', aku yakin kalau Takane-san masih belum menyadari perasaannya.
"...Aku membuatnya mengakui perasaannya, tetapi aku penasaran apakah itu akan terjadi jika aku tidak datang."
Senna tidak mengeong lagi, dia hanya menatapku.
Aku tidak merasa kalau dia cuma menatapku, malahan dia sepeti memberiku tampang yang mengatakan, "aku tidak ingin kamu bilang begini.".
Perasaanku yang sesungguhnya.
Apa yang aku rasakan tentang Nagi-kun saat ini?
Tidak mungkin aku bisa mengatakannya. Aku bisa menyimpannya seumur hidupku, sampai kelulusan atau lebih dari itu.
Aku sendiri yang mengatakannya pada Nagi-kun saat hari H upacara kelulusan (wisuda) SMP. Aku rasa ada banyak orang yang menghabiskan hari itu tanpa sengaja - benar-benar mengejutkan.
"Meong—."
"...Itu benar, kami bisa nongkrong bersama, jadi akan sia-sia jika kami tidak bersenang-senang."
Aku ini seorang teman, jadi aku bisa bermain dengan Nagi-kun, Takane-san, dan teman-teman yang lain juga.
Aku seharusnya tidak terlalu memikirkannya. Aku tidak bisa bergantung pada Nagi-kun dan berada di dekatnya dengan cara itu.
"...Aku harus pergi dan melatih nyanyianku. Apa kamu ingin bernyanyi bersamaku, Senna?"
Jika kamu mengelusnya di dagu, Senna akan merasa senang. Dia biasa tidur telentang, dan selama bulan-bulan musim dingin dia biasanya naik ke ranjangku.
Senna itu betina, tetapi aku tidak bisa memberi tahu Takane-san mengapa aku menamainya begitu. Jika aku memberi tahunya aku tidak akan mampu menunjukkan padanya bagaimana aku selalu menghabiskan waktu dengan Senna.
(TL Note: Mungkin saja nama Senna, diambil dari nama keluarga MC, Senda.)
"Nagi-kun, aku ingin tahu apakah kamu akan memahami hal ini mulai sekarang..."
Aku tahu kalau 'Ao Riri' telah ditonton oleh banyak orang yang seusia kami sampai ke yang seusia sedikit lebih tua dari kami, tetapi ketika aku berpikir Nagi-kun mungkin sedang menontonnya, sedangkan aku tidak bisa mengecek siarannya pada waktu aslinya.
Pada saat itu, ada ketukan di pintu kamarku. Aku menyadari bahwa ibuku telah pulang kerja ketika aku sedang bertukar pesan dengan Nagi-kun.
"Kiri, bagaimana dengan sinetron hari ini? Apa kamu ingin menontonnya bersama Ibu?"
"Tidak, tidak hari ini, Bu. Aku baik-baik saja."
"Iya, Ibu ingin mengobrol sedikit mengenai akting tetapi..., mari kita menonton siarannya bersama-sama lain kali."
"Aku mengerti. Selamat malam, Bu."
"Iya, selamat malam, Kiri."
Aku tahu kalau alasan mengapa Ibuku tidak membuka pintu kamarku dan masuk adalah karena dia menghargaiku.
Tetapi itu membuatku sedikit sedih. Karena ketika ibuku menonton siaran bersamaku, dia tidak lagi tersenyum bahagia seperti dulu (saat aku pertama kali tampil).
"Aku tahu kalau Ibu terlalu memikirkannya, sih..."
Bangun dari bola keseimbangan, aku melihat ke ponsel pintarku di ranjang.
Aku penasaran bagaimana tampangku saat aku mengobrol dengan Nagi-kun.
Bahkan ketika aku tidak perlu akting, aku tetap memberi tahu diriku wajah macam apa yang boleh aku pasang.
Aku penasaran kapan aku mulai begini. Sepertinya bukan ketika aku bertemu dengan Nagi-kun.
Apakah pada saat Nagi-kun mengakui perasaannya padaku? Tidak, itu jauh sebelum itu.
Aku harus latihan bernyanyi. Ini bukan untuk Nagi-kun, tetapi karena meskipun aku bernyanyi di depan teman-temanku, suasananya akan lebih baik jika aku bisa bernyanyi dengan merdu.
——Lagu seperti apa ya, yang akan dinyanyikan oleh Takane-san?
"Aku penasaran akan seperti apa tampang Nagi-kun jika kami berduet."
"Meong–."
Senna mengeong seperti tidak tertarik dan meringkuk di ranjang. Dia tidak suka dimandikan, jadi ketika dia mendengar keberadaanku, dia mendadak berhenti merindukanku.
Jika aku mandi sekarang, Nagi-kun mungkin baru saja menonton sinetron itu. Bahkan jika itu hanya perkara suasana hati, aku rasa aku hanya akan merekamnya hari ini dan menontonnya nanti jika tidak apa-apa.
←Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya→