Bab 4Perasaan Terpendam(Bagian 7)
Makan malam berakhir, dan Akane baru saja akan bergegas meninggalkan ruang keluarga. Baru-baru ini, mereka berdua bermain gim bersama, menonton film, atau sekadar menghabiskan waktu dalam suasana yang sama, membentuk ikatan layaknya keluarga, tetapi hari ini Akane tidak punya waktu luang untuk melakukan hal itu.
"Kamu yakin tidak mau belajar di sini?" Saat Saito memanggil Akane, dia tiba-tiba berhenti.
Dia bahkan tidak berbalik untuk menanggapinya.
"Aku dapat lebih fokus kalau belajarnya di ruang belajarku sendiri."
"Aku mengerti…"
"Itu benar, apa itu masalah buatmu?"
"Tidak kok, tidak juga…" Saito menggaruk pipinya. "Aku cuma ingin mengobrol sedikit. Jadi begini, Himari mengajakku berkencan."
"Aku juga tahu itu. Mendapati kamu bisa diajak berkencan oleh gadis yang baik, ya? Dia itu imut, tampak lebih cantik dariku, dan secara keseluruhan merupakan orang yang hebat. Dia tampak disia-siakan bagimu."
"Aku rasa begitu."
Himari populer di kalangan cowok dan cewek, mungkin dikelilingi oleh banyak calon pujaan hatinya. Akane merasakan amarah tumbuh di dalam dirinya, dan menyilangkan kedua lengannya.
"…Jadi? Mengapa kamu memberi tahuku tentang hal itu? Aku sibuk mempersiapkan pelajaran buat besok, oke."
Sepertinya mereka telah kembali ke hari-hari pertikaian mereka di masa lalu ketika masih belum ada pernikahan paksa yang terjadi. Namun meskipun begitu, ada sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
"Bolehkah aku pergi ke kencan itu?"
"Mengapa kamu menanyakan hal itu padaku? Aku akan pergi berbelanja sendirian pada hari itu."
"Bukan begitu maksudku. Kita secara teknis sudah menikah, bukan?"
"Tetapi bukan karena cinta, kita dipaksa melakukannya! Kita setuju melakukan ini agar impian kita bisa terwujud. Dengan siapapun kamu pergi berkencan, dengan siapapun kamu pacaran… itu tidak ada kaitannya denganku!" Mengatakan semua yang dia inginkan, Akane terengah-engah.
Dia mengepalkan tangannya, dan menatap Saito. Menghadapi hal itu, Saito menghela napas samar.
"…Dimengerti. Aku cuma ingin memastikan hal itu."
"Ah…" Akane terdengar seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi langsung menutup mulutnya.
Saito berbicara dengan nada yang lebih acuh tak acuh, seakan-akan untuk membuang suasana yang tidak nyaman dan mencekam ini.
"Aku belum pernah berkencan sebelumnya, jadi menurutmu tempat apa yang akan membuat Himari senang?"
"Aku tidak tahu hal itu ...Jangan tanya aku." Akane menggigit bibirnya.
"…Maaf."
Tidak ada satupun dari mereka yang bergerak satu inci, seakan mereka hanya terpaku di tanah. Di tengah suasana yang tegang ini, Saito merasakan bahunya menegang.