Bab 1Siswi Pindahan di Semester BaruBagian 1
Mizuki telah bermimpi. Itulah hari di mana musim dingin tidak berawan, tetapi sangat dingin.
Mizuki tahu kalau itu bukan miliknya, tetapi itu adalah ingatan seseorang. Sekarang ia berbagi indra dengan seseorang. Entah bagaimana ia memahami hal semacam itu.
Dan sekarang, orang yang berbagi kesadaran dengan dirinya berada di antara kehidupan dan kematian.
Detak jantung yang intens dan rasa sesak di dada membuatnya berhenti duduk, ia bahkan tidak dapat membuka matanya, matanya ditutup dengan rasa perih, dan ia terjatuh ke dedaunan yang berjatuhan dan berusaha bangkit.
Bagaimanapun, pada saat ini.
"Hei, apa kamu baik-baik saja!?"
Sebuah suara datang dari alam bawah sadar, dan ia merasakan tubuhnya ditopang.
Pemilik dari tubuh itu sedikit membuka matanya, dan ada sosok yang tidak jelas dalam pandangannya. Seakan-akan seseorang ingin menolong orang ini, ia bangkit.
Dari indra yang dibagikan, ia dapat merasakan bahwa pemilik tubuh memegang tangan itu dengan seluruh tenaganya. Mizuki juga menyadari kalau tenaga orang ini menginginkan untuk bertahan hidup.
"Itu tidak masalah! Tunggu sebentar!"
Suara orang yang telah datang menolongnya terdengar lagi. Di saat yang sama, Mizuki merasakan tubuhnya terangkat.
"Seseorang, tolong datanglah secepatnya! Tolong bantu anak ini!"
Dalam kesadarannya yang dangkal, ia mendengar secara samar suara teriakan minta tolong. Lalu, tubuh itu diangkat pindah ke suatu tempat.
Ah, kemudian, pemilik dari tubuh ini pasti terselamatkan.
Memikirkan hal itu, kesadaran tertelan ke dalam kegelapan yang dalam.
*
- Kriiiiiiiing!
(TL Note: ini suaranya udah Mimin sesuaikan ya.)
Jam weker bernada tinggi berdering di telinganya.
"Hmmm..."
Mizuki mengerang dan perlahan membuka kelopak matanya yang berat. Mematikan jam weker itu sambil menguap, melirik ke jam itu. Pukul 6.30 pagi. Ini adalah waktu bangun tidurnya yang biasanya.
Membuka kelopak matanya, yang akan tertutup lagi jika dia ceroboh, Mizuki membuka gorden.
Di luar sangat cerah, dan hari ini sepertinya akan menjadi hari musim pancaroba (cerah dan hujan), matahari sudah menggantung di langit, memancarkan sinar yang panas.
Ketika hujan membuat orang tidak mau keluar rumah, matahari juga sama-sama membuat depresi. Begitu musim panas benar-benar dimulai, cuacanya akan menjadi lebih panas, seseorang tidak bisa menahan napas orang lain hanya dengan membayangkannya.
"Aku sangat mengantuk..."
Ia hanya membasuh wajahku di kamar mandi untuk membangunkan dirinya sendiri. Setelah mengambil handuk, ia memandang ke cermin dan bertemu dengan wajah yang biasa ia lihat. Mizuki merasa sedikit minder dengan penampilan wajahnya.
Tetap saja, menatap wajahnya sendiri itu membosankan, jadi ia bergegas menuju dapur.
"Paman, kali berikutnya beliau pulang itu di akhir bulan."
Mizuki bergumam, melirik ke kalender yang dipajang di kulkas.
Sekarang satu-satunya yang tinggal di rumah ini adalah Mizuki. Pamannya, pemilik tanah, menghabiskan setengah tahun merantau ke luar negeri karena pekerjaannya. Sayang sekali beliau sekarang memiliki rumah yang indah warisan mendiang ayahnya - Kakek Mizuki.
Dalam keadaan seperti itu, Mizuki merasa seperti tinggal sendiri. Untuk pekerjaan rumah tangga dan sebagainya, di antara teman-temannya, ia itu orang yang cukup sanggup melakukannya.
"Sarapan pagi.... Kamu bisa memesan apapun yang kamu mau."
Ia mengeluarkan natto, yogurt dan susu dari kulkas. Menambahkan nasi ke mangkuk, menambahkan natto yang sudah diaduk rata, dan sarapannya pun jadi. Menaruh yogurt dan susu di piring yang sama, dan memakan sarapannya di ruang keluarga.
Setelah sarapan pagi, Mizuki menggosok giginya di kamar mandi, dan secara perlahan merapikan rambutnya menggunakan sisir rambut. Mengenakan seragam, mengambil tas sekolahnya, dan berjalan keluar pintu.
Di saat yang sama, tubuhnya langsung berkeringat.
Matahari yang terik membuat orang-orang lelah, Mizuki berjalan menuju stasiun lewat jalan di bawah teriknya matahari.
Mizuki, yang meninggalkan rumah pada waktu yang biasanya, tiba di kelas dengan tenang sebelum bel berdering. Karena ia tidak memiliki teman cowok yang bisa diajak mengobrol, ia mengeluarkan buku dari tas sekolahnya, dan menghabiskan waktu dengan membaca buku.
Setelah membaca sekitar dua puluh halaman, wali kelas datang datang ke ruang kelas ketika bel kelas berdering.
Setelah memastikan kalau semuanya telah duduk di bangku masing-masing, wali kelas berdehem dengan keras.
"Ah––, meskipun Bapak sudah mengatakan ini saat pertemuan kelas kemarin, mulai hari ini akan ada murid pindahan baru di kelas kita."
Kata-kata wali kelas itu membuat seisi kelas berisik, dari sini dan sana, Mizuki mendengarkan suara seperti, "Anak itu tipe yang seperti apa ya?" "Cowok kah? Cewek kah?"
Pindah pada bulan Juli di kelas sebelas SMA itu jatuhnya di semester baru. Mungkin seorang murid dengan keadaan khusus.
Di tengah-tengah kebisingan teman-teman sekelas, Mizuki merenungkan hal semacam itu.
"Kalau begitu ini belum terlalu terlambat. Biarkan Bapak memperkenalkannya pada semua orang. ....Kamu bisa masuk sekarang."
"--Iya."
Diberi isyarat oleh wali kelas mereka, seorang siswi memasuki ruang kelas.
Dia ramping dan memiliki rambut sepanjang bahu. Seragam roknya tidak dilipat, dan gayanya sangat serius.
Seorang gadis dengan kesan yang tenang. Itulah kesan pertama Mizuki terhadap siswi pindahan itu.
"Sangat imut. Sangat cantik."
"Dia itu tipe orang yang cantik. Akankah kamu mengobrol denganku nanti?"
Siswa di sebelah Mizuki langsung membicarakan penampilan siswi pindahan itu. Namun, sejak awal, hal semacam ini tidak ada hubungannya dengan Mizuki.
Saat ini, ia bertemu dengan seorang siswi pindahan yang melihat sekeliling kelas.
Pada saat itu, ia tersenyum dengan tulus. Senyumannya cukup ramah.
...Tidak, itu hanya ilusinya semata kalau dia akan tersenyum ketika dia bertemu dengan mata Mizuki. Itu hanya terjadi seperti yang terlihat.
Alasan mengapa dia menatap Mizuki dan tersenyum tidak terbayangkan. Mungkin Mizuki hanya membaca terlalu banyak manga dan anime. Terlalu mempesona.
Namun, dibandingkan dengan senyumannya, siswi pindahan ini selalu terlalu familier.
"Senang bertemu dengan kalian, aku Fujieda Misaki. Meskipun masa perpindahan ini agak canggung, tetapi mohon bantuannya."
Mizuki merasa sedikit aneh. Sambil merasa deja vu, siswi pindahan itu menyelesaikan perkenalan dirinya.
Di bawah instruksi wali kelas, Misaki menuju ke bangku yang telah disiapkan. Itu adalah bangku yang paling belakang di koridor. Segera setelah dia duduk, gadis di sebelahnya mulai mengobrol dengannya.
Mizuki melihat sosoknya dari kejauhan dan tidak bisa apa-apa selain berpikir.
Untuk sementara waktu, ia kepikiran beberapa hal aneh dan menjadi cemas, Mizuki belum pernah berkomunikasi dengan gadis-gadis sama sekali sejak ia masuk SMP. Dan setelah itu, mungkin tidak akan ada kesempatan untuk berhubungan dengannya.
Namun, Mizuki tidak memperhatikan satu hal.
Misaki diam-diam menatapinya berpikir kalau dia tidak akan berhubungan dengan Mizuki lagi.
~
Suara lonceng berdering dengan indah di ruang kelas.
Setelah pertemuan kelas berakhir, menghela napas dengan "Iya....". Pekan depan ada ujian akhir, jadi Mizuki tidak berani bersantai-santai di kelas.
"Hei, Akiyama-san, aku akan menyerahkan tugas untukmu besok."
"...Ah, iya. Terima kasih."
Ia mengambil jurnal harian dari seorang siswi dengan nomor absen sebelumku dan meletakkannya di mejaku dengan gemetar. Meskipun cukup menghabiskan waktu yang lama buatnya untuk bertahan, Mizuki sangat ketakutan sehingga ia hampir terjatuh ke lantai ketika ia tiba-tiba didekati oleh seorang siswi. ....Bahkan ia sendiri merasa malu.
Lagipula, Mizuki diam-diam meninggalkan ruang kelas di antara para teman sekelas yang sedang mengobrol sambil bersiap-siap meninggalkan sekolah.
Namun, Mizuki ditinggal sendirian dari kerumunan yang bergegas menuju pintu masuk.
"Permisi. Aku ingin meminjam kunci perpustakaan."
Memasuki ruang guru, menyapa guru di sebelahnya, mengambil kunci, dan menuliskan namanya di kolom perpustakaan di papan tulis.
Ini sudah menjadi rutinitas sehari-hari, jadi Mizuki sudah terbiasa dengan gerakan ini.
Mizuki yang mendapatkan kunci, berjalan melalui koridor yang berbeda dari ketika ia datang. Di depannya ada sebuah lemari. Namun, daripada memasuki perpustakaan, ia berbelok ke ujung sana dan berhenti di depan ruangan di ujung yang jauh.
Tidak seperti di perpustakaan, yang menjadi bising dengan banyaknya siswa-siswi yang berlarian untuk belajar buat ujian, hanya ada sedikit orang di sana. Hanya berbelok ke ujung saja, ini adalah dua dunia yang benar-benar berbeda.
Membuka pintu itu dengan kunci, memasuki ruangan itu dan menyalakan lampunya. Dan ketika ku memasuki pintu itu, udara berdebu hidungmu merasa sangat tidak nyaman.
Di dalam ruangan yang diterangi oleh lampu ini, rak buku berbaris di dalam ruang sempit, dan ada banyak buku di dalamnya.
Ini adalah perpustakaan untuk menyimpan buku-buku yang tidak muat di perpustakaan. Oleh karena itu, ruangan ini dipenuhi oleh buku-buku lama yang tidak akan lagi dibaca oleh orang-orang.
Karena itulah, tidak ada orang lain selain Mizuki yang akan memasuki ruangan ini.
Melewati di antara dua rak buku dan memasuki ruangan itu. Jadi di ujung belakang rak buku, meja empat orang, dan bangku-bangku tampak di ujung ruangan itu.
Ngomong-ngomong, di sebelah meja itu ada keranjang buku yang berisi banyak buku.
Menaruh barang-barang di atas bangku dan memasang laptop dan pencetak (printer) di meja.
"Mari kita lanjutkan apa yang kita kerjakan kemarin."
Ia mengendurkan bahunya, mengambil beberapa buku dari keranjang buku, dan menumpuknya di sebelah laptop.
Jadi apa yang Mizuki lakukan di perpustakaan ini, yang tidak bisa diakses dan hanya memiliki nama palsu ––?
Jawabannya adalah melakukan tugas di belakang layar di perpustakaan.
Bersiap-siap untuk buku yang baru dibeli untuk meminjamnya secara normal. Tugas perbaikan seperti memperbaiki buku-buku yang rusak dan melabel ulang buku-buku. Selain dari hal-hal tertentu, hampir semuanya dikerjakan oleh Mizuki sendiri.
Mizuki mulai bertugas di belakang layar, tepat setahun yang lalu. Itu awalnya hanya untuk membantu pustakawan/pustakawati.
Karena tidak ada pustakawan/pustakawati sekolah yang bekerja seharian penuh di SMA. Namun, jadwal yang padat dalam mengajar dan konsultasi untuk aktivitas klub berarti para guru tidak memiliki waktu luang, jadi wajar saja, tidak banyak waktu yang dihabiskan untuk urusan perpustakaan, dan bahkan para guru pun memiliki kesulitan dalam mendaftarkan buku-buku yang baru dibeli.
Guru yang bertugas di perpustakaan dengan wajah lelah, dan Mizuki yang merupakan anggota komite perpustakaan tidak bisa terus-terusan diam lagi ketika ia melihat penampilan guru itu.
"Sensei, aku harus memasukkan buku yang baru dibeli ke dalam sistem via komputer, lalu menempel stiker kode batang (barcode) pada buku itu, bukan? Tolong ajari aku bagaimana caranya. Dengan begitu, aku juga bisa membantu."
Jadi, Mizuki mengusulkan untuk mengganti guru yang bertugas memasukkan buku-buku.
Mizuki berniat untuk meringankan beban guru melalui bantuannya sendiri.
Namun, kontribusi Mizuki terhadap perpustakaan dan komite perpustakaan tidak berhenti di sana.
Karena ia mulai bertugas meletakkan buku-buku untuk para guru, bahkan jika ia tidak harus bertugas di konter perpustakaan, ia menghabiskan banyak waktu di perpustakaan di hari-hari lainnya.
Jadi berdiam diri di perpustakaan seperti ini membuat Mizuki waspada terhadap satu hal.
Mizuki sendiri seperti ini, tetapi karena selalu ada banyak siswa-siswi yang mengunjungi perpustakaan, anggota komite perpustakaan yang bertugas selalu sibuk. Menerima di konter perpustakaan dan memilah-milah liburan musim panas, dan juga tugas mengembalikan buku-buku yang dikembalikan ke posisi aslinya, itu juga sangat sulit. Dengan begini, hal-hal sepele seperti memperbaiki buku-buku yang rusak akan berada di luar jangkauan, jadi––.
Mizuki mengatakan ini––
"Sensei, tolong ajari aku caranya memperbaiki buku yang rusak. Juga, bolehkah aku mengumpulkan kembali buku-buku dengan kode batang yang tidak aktif lagi?"
Jadi, Mizuki juga mulai mengurus "bagian yang berada di luar jangkauan".
Kemudian, itu berkembang menjadi sebuah sistem di mana satu orang bertugas di belakang layar.
Tentu saja, Mizuki tidak perlu memikul beban kerja yang begitu berat sendirian. Faktanya, guru pustakawan lebih khawatir dengan Mizuki daripada berterima kasih.
Tetapi meski begitu, Mizuki yang bersikeras mengerjakan tugas ini sebenarnya berusaha mempraktikkan "gaya hidup yang membuat almarhumah ibunya bangga" yang telah disumpahi olehnya dua tahun yang lalu.
Faktanya, Mizuki tidak terlalu menyukai buku, ataupun memiliki perasaan istimewa terhadap perpustakaan. Menjadi anggota komite perpustakaan adalah hasil dari undian. Meski begitu, ketika ia berpikir kalau ia mungkin akan mampu membuat situasinya jadi sedikit lebih baik, Mizuki tidak bisa menyerah begitu saja di tengah jalan tidak peduli apa yang terjadi.
Apa lagi, Mizuki memiliki sifat tabah dalam kepribadiannya. ....Namun, terlalu blak-blakan juga bisa dibilang kekurangan pemahaman.
Ngomong-ngomong, ruang di perpustakaan ini ada karena Mizuki ingin lingkungan kerja yang tenang dan nyaman, jadi guru meminjamkan ruangan itu padanya. Lalu, karena Mizuki melakukan tugas di belakang layar setiap hari, dan tugas menjaga konter perpustakaan juga berkurang. Bagi Mizuki yang tidak jago dalam berinteraksi dengan orang-orang, ini benar-benar perhatian yang sangat baik.
Baiklah, aku akan mengesampingkan alasannya untuk saat ini. Setelah menyalakan komputer, Mizuki baru saja ingin memasukkan judul buku pertama––.
"Eh. Jadi seperti ini ya perpustakaan sekolah itu."
Mizuki mulai dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba. Mizuki terjatuh dari bangku.
Otak Mizuki sedang kacau, dan ia memalingkan kepalanya ke rak buku ke arah suara itu.
Dan berdiri di sana, ada siswi pindahan yang menjadi teman sekelasnya hari ini — Misaki.
"Oh, halo! Kamu berasal dari kelas yang sama denganku, bukan?"
Tampaknya menyadari kehadiran Mizuki, Misaki tersenyum dan berbicara padanya.
Kamu baru saja pindah ke sekolah hari ini, Apakah kamu mengingat rupa dari seluruh teman sekelasmu? Mizuki, yang tidak bisa mengingat wajah manusia, sangat mengagumi ingatan Misaki yang luar biasa.
"Ah? Apakah kamu sedang bertugas? Apakah aku mengganggumu? Emm..."
"Ah—eh—, aku Akiyama Mizuki. Eh, a-aku tidak sedang bertugas, jadi kamu tidak mengganggu atau semacamnya..."
"Begitu ya, tidak masalah."
Mizuki menjawab dengan ragu-ragu, dan Misaki membalas dengan senyuman.
"Karena ini adalah hari pertamaku berganti sekolah, aku ingin menjelajahi sekolah ini, dan datang ke sini karena aku sedikit khawatir, ruangan ini tidak buruk, ini seperti markas rahasia."
Misaki tidak bertanya padanya, dan Misaki melihat ke buku-buku di rak, ia menjelaskannya sendiri.
Di sisi lain, Mizuki, yang belum bisa berbicara dengan serius pada seorang gadis selama bertahun-tahun, tidak tahu bagaimana harus menjawabnya sama sekali. Ia hanya bisa setuju dengan mengatakan "Oh, itu benar.".
Misaki tiba-tiba datang dan mengintip layar komputer dari satu sisi.
"Kalau begitu, Mizuki-san, apa yang kamu lakukan di markas rahasia ini?"
"Wah!"
Misaki menatap ke layar komputer dan berpindah ke Mizuki dengan jarak yang sangat dekat. Dan tiba-tiba memanggil namanya.
Di sisi lain, ketika Misaki berpindah ke sisinya, Mizuki mengerang dan berlari menuju dinding.
Dan larinya yang cepat dan jeritannya membuat Misaki tercengang.
"Ah... Tidak, maafkan aku. Bukan hanya kamu, aku seperti ini kapanpun aku mengobrol dengan gadis, jangan dimasukkan ke dalam hati."
"Iya, aku tidak apa-apa... Itu? Mizuki-san, apa kamu ginofobia?"
"Ginofobia? Ahaha. Tidak. Aku hanya sudah menyendiri dalam waktu yang lama dan aku tidak tahu caranya berurusan dengan teman-temanku. Aku belum berteman sejak SMA. Kecuali teman-teman sekelasku yang mencariku jika ada sesuatu! Ngomong-ngomong, dipanggil dengan nama pemberian oleh teman sekelasku juga yang pertama kalinya sejak SD!"
"Mengapa kamu mampu berbicara dengan mudahnya ketika kamu membuat pernyataan kesepian? Mizuki-kun, kamu sepertinya memiliki alam batin yang sangat kuat, bukan?"
Misaki menatap tatapan Mizuki, itu seperti menatap beberapa makhluk yang mustahil.
Kemudian, Mizuki menghela napas dengan "Ah" karena lelah.
"Jadi apa yang kamu lakukan Mizuki-kun?"
"Em... Menyiapkan buku untuk dipinjam secara normal, melakukan beberapa perbaikan sederhana, hal semacam itu. Aku bertugas di belakang layar di perpustakaan."
"Di tempat seperti ini, kamu melakukan semuanya sendirian?"
"Selain itu, aku pada dasarnya memiliki banyak hal untuk dilakukan setiap hari, jadi aku meminjam ruangan ini."
"Kamu harus melakukan hal semacam ini sendirian, apa ini perundungan? Bukankah akan lebih baik jika semua orang mengerjakannya!"
Menghadapi jawaban Mizuki, Misaki mengangkat alis matanya sambil marah karena beberapa alasan.
Untuk menghindari kesalahpahaman, Mizuki langsung menggelengkan kepalanya dan berkata, "Bukan begitu kok."
"Ini bukan perundungan. Bukan karena seseorang memaksaku melaksanakan tugas ini, tetapi mengerjakan ini atas kemauanku. Alasannya sama seperti yang aku bilang di awal, karena aku sendiri, jadi aku sangat sibuk."
"Jadi seperti itu... Begitu ya? Tetapi mengapa kamu ingin melakukan hal semacam itu? Bahkan jika kamu bilang itu karena kamu memiliki waktu luang, sangat sulit melakukannya setiap hari."
"Setelah sekitar satu jam, jika aku benar-benar tidak memiliki sesuatu untuk dikerjakan, aku langsung pulang ke rumah. Lagi pula, apakah aku tidak cukup senang untuk bisa menolong orang lain? Harusnya ini cukup untuk digunakan sebagai motivasi..."
Mizuki tidak memalsukannya, ia mengatakan ini dengan sungguh-sungguh. Itu adalah ungkapan kepercayaan diri terhadap apa yang mesti ia lakukan.
Misaki agak terkejut, kemudian tertawa dengan lembut menunjukkan tanda-tanda memahami.
"Aku mengerti... Kamu masih sama, kamu masih seperti "sekutu keadilan"."
"Masih sama? Maaf, apa yang kamu bicarakan?"
"Iya, tidak ada apa-apa."
Dengan wajah dan kata-kata yang penuh makna, ditanya kembali, selagi Misaki sedikit mengejeknya.
"Ngomong-ngomong, aku tahu apa yang Mizuki sembunyikan di tempat seperti itu."
"Pernyataanmu itu agak aneh. Tetapi itu tidak masalah."
Kesalahpahaman Mizuki membuatnya merasa seperti ia sudah gila. Melihat ini, Misaki mengatakan, "Ahaha, maafkan aku." dengan nada bicara yang santai dan minta maaf.
"Hei, Mizuki-san. Apakah buku yang ada di meja itu yang ingin kamu operasikan sekarang? Bagaimana caramu mengoperasikannya?"
"Ini buku yang baru-baru ini dibeli, jadi daftarkan itu ke sistem perpustakaan dan tempelkan stiker kode batang dan label belakang padanya."
Hanya seperti itu, Mizuki mengeluarkan buku yang telah selesai ia kerjakan kemarin dari keranjang buku dan menyerahkannya pada Misaki.
Misaki mengambil buku itu dan melihatnya.
Stiker kode batang pada sampul dan label belakang dengan nomor panggilan di bagian belakang dengan rapi tertempel tanpa miring.
Itu berlaku juga pada buku-buku lain yang sudah diselesaikan di keranjang. Misaki menatap sekeranjang buku dan tahu kalau bukan hanya tidak ada label belakang buku yang menempel di sisi, tetapi bahkan ketinggian dari stiker belakang itu sama persis. Dia mengeluarkannya dan melihatnya, dan kode batang di sampul juga diposisikan dengan rapi.
Misaki meletakkan buku itu kembali ke keranjang dan mendecak kagum.
"Iya, Mizuki-san benar-benar hebat. Secara umum, itu mustahil bagi seseorang untuk melakukan tugas di belakang layar sendirian. Bukan hanya itu, tetapi hanya dengan membaca buku-buku ini, kamu bisa melihat betapa seriusnya Mizuki-san bertugas. Normal."
"Iya....Terima kasih."
Mizuki berpaling merasa malu atas pujian Misaki. Ini adalah pertama kalinya tugasnya di belakang layar dipuji dengan sangat positif, sehingga membuatnya merasa malu.
"Bolehkah aku membantu tugas ini juga?"
"...Hah?"
Misaki meletakkan tangannya di pinggulnya dan mengatakan sesuatu yang aneh ketika Mizuki sedang bingung.
Menghadapi saran Misaki yang tiba-tiba, Mizuki membuat suara membosankan bahkan tanpa malu-malu.
"Aku tergerak oleh keberanian dan sikap kerja yang terliti Mizuki-san, jadi aku juga ingin membantu Mizuki-san dalam bertugas!"
Misaki menatap ke mata seakan-akan dia membuat usulan yang baik.
Jadi, kali ini. Ini adalah giliran Mizuki untuk menatap Misaki seakan-akan dia melihat sesuatu yang tidak dapat dipercaya.
"Em... Aku senang kamu sudah berbaik hati, tetapi dari awal aku melakukan ini karena aku mau... Jadi, tidak perlu membantuku. Ujian akhir juga akan diadakan sebentar lagi. Dan ujian akhir juga akan datang sebentar lagi."
Mizuki diam-diam menjawab Misaki dengan makna tersembunyi "tolong pulang sajalah".
Jujur saja, Mizuki ingin melakukan yang terbaik untuk mencegah bisa berkerja sama dengan gadis. Dalam sudut pandangnya, keadaan semacam ini adalah semacam permainan hukuman buatnya.
"Aku hanya membantumu karena aku ingin. Dan kamu bilang kalau ujian akhir akan segera datang, bukankah itu juga berlaku sama untuk Mizuki-san? Mari kita lakukan bersama, percepat dan belajar setelah menyelesaikannya. Mizuki-san!"
"Tidak, tidak, bahkan jika kamu melakukannya bersama-sama, itu mungkin akan lebih cepat... Tetapi, tidak peduli apa alasannya, itu tidak bagus buatmu, Fujieda-san...!"
"Jangan bicara yang tidak masuk akal! Aku benar-benar tidak peduli. Tidak bagus ah."
Setelah mengatakan itu Misaki memegang tangan Mizuki dan mendorongnya ke meja.
(TL Note: ......)
Di sisi lain, Mizuki, yang tiba-tiba dipegang oleh tangan gadis, berada dalam kekacauan. Akan lebih baik untuk mengatakannya saat itu, ia sudah tidak sadar. Oleh karena itu, ia benar-benar tidak mampu untuk menolak, dan mengambilkan bangku dalam sekejap mata.
"Ayo, Mizuki-san! Cepatlah dan kembali bertugas!"
Misaki mengambil keuntungan dari situasi ini dan duduk di depan. Dia memberi Mizuki pandangan antisipasi.
Sepertinya ini bukanlah masalah yang bisa diatasi oleh kemampuan berkomunikasi Mizuki. Ia tidak memiliki kepercayaan diri yang dapat ia gunakan untuk membujuk Misaki dengan kata-katanya sendiri. Mizuki juga tidak berani untuk dengan paksa menolak permintaan pihak lain.
"...Ah, baiklah."
Mizuki menjawab sambil menghela napas lega.
Lagipula, Misaki ingin membantu dengan sesuka hati, jadi seharusnya sudah cukup untuk membiarkannya bertugas untuk satu hari.
Mizuki berpikir begitu, mengeluarkan laptopnya, dan mulai menyiapkan tugas yang akan diserahkan ke Misaki.
"Kalau begitu, aku akan bertanggung jawab dalam memasukkan data ke sistem. Fujieda-san, kamu akan bertanggung jawab dalam menempelkan kode batang dan label belakang pada buku sambil melihat ke daftar buku."
Hanya melihat ke daftar buku, memastikan judul bukunya, kemudian melabeli bukunya. Menempelkannya pada posisi yang tepat. Dengan begitu, bahkan jika ia menyerahkannya ke Misaki, yang masih pemula, seharusnya itu bukan masalah besar. Bahkan jika letak stikernya sedikit aneh, itu tidak akan mempengaruhi peminjaman buku. Jika itu masih belum berhasil, Mizuki akan melakukan pengecekan kedua nantinya dan itu akan selesai.
"Oke-! Serahkan saja padaku. Aku akan menempelkannya dengan erat."
Mizuki berpikir kalau gadis ini sedikit aneh, tetapi di saat yang sama, ia juga merasa kalau ia juga agak menikmati situasi ini.
Ini mungkin bukan hal yang buruk untuk menjalani hari-hari seperti ini sekali-kali.
Meskipun merasakan kalau kondisinya sedikit salah, Mizuki mulai mengerjakan tugasnya sendiri.