Bab 3Sepulang Sekolah Bersama Gadis Impianku(Bagian 5)
"Bladers itu benar-benar yang terbaik dari yang terbaik! Di akhir musim pertama, ketika si KU (karakter utama) bilang 'Aku akan mempertaruhkan (memperdagangkan) dunia untuk melindungi mereka!' dan memutuskan untuk merapal Darkslave, aku menangis!"
"Bagian itu benar-benar dapat membuatmu menangis, baiklah! Dan kemudian, dan tepat ketika kamu berpikir kalau itu semua sudah selesai, ternyata masih ada perputaran (twist) di akhir! Itu memang yang terbaik dari yang terbaik!"
"Iya, iya! Aku setuju!"
Aku berjalan melalui kota hanya berduaan dengan seorang gadis.
Ketika aku menjadi seorang budak perusahaan, aku mesti pergi ke kunjungan bisnis dan pesta minum-minum dan menjumpai situasi semacam ini.
Namun, karena aku tidak memiliki keahlian untuk berurusan dengan lawan jenis, aku meninggalkan kesan yang buruk dengan keahlian berkomunikasiku yang lamban dan buruk. Bukannya menjadi akrab dengan mereka, mereka berpikir kalau aku ini tidak menarik dan tidak bisa diandalkan, yang menghalangi kerja sama kami dalam bekerja.
Jadi aku datang dengan sebuah rencana.
Aku merasa lebih santai kapanpun aku membicarakan hal-hal kesukaanku seperti gim video atau novel.
Ini pasti juga hal yang sama bagi orang lain, jadi aku membiarkan mereka membicarakan hal-hal kesukaan mereka, itulah rencanaku.
Dan ternyata itu berjalan mulus. Entah apa itu seorang wanita atau atasan, kapanpun aku membiarkan mereka membicarakan hal-hal yang mereka sukai seperti peliharaan mereka atau tim bisbol yang mereka dukung, mereka umumnya akan berada dalam suasana hati yang baik. Aku tidak perlu jago dalam berbicara, aku hanya perlu menganggukkan kepalaku sesekali...
"Juga, ketika si KU melakukan itu..."
Shijouin-san tampaknya bersenang-senang.
Sepertinya dia sedang mencari seseorang yang bisa diajak bicara tentang adegan favoritnya di novel. Aku tidak tahu banyak soal teman-temannya, tetapi berdasarkan tingkah lakunya, aku bisa menebak kalau dia tidak nyaman membicarakan hobi anehnya dengan mereka...
"Itu bagus. Kamu sepertinya merasa lebih baik."
"Ah, iya, aku merasa lebih baik sekarang karena aku akhirnya bisa membicarakan sesuatu yang aku suka."
Itu bagus. Dia harus berusaha menghilangkan pikirannya dari upaya pelecehan sebelumnya dan santai. Aku tidak akan membiarkan upaya itu membebani pikirannya dan menyebabkan dia mendapat gangguan mental karena hal itu seperti di kehidupanku sebelumnya.
"Ini bukan pertama kalinya aku mengalami sesuatu seperti ini... Tetapi aku masih belum terbiasa dengan hal ini..."
"Aku mengerti... Berapa kali sesuatu semacam itu terjadi?"
"Itu sudah sejak aku kelas satu SD. Beberapa gadis pernah bilang padaku kalau aku merusak pemandangan... Aku terbawa suasana..."
Kelas satu SD... Mereka seharusnya masih berumur enam tahun, tetapi mereka sudah melakukan hal semacam ini...
Benarkah...
"Jujur saja, aku tidak tahu apa yang mereka inginkan dariku... Tetapi aku bisa tahu kalau mereka membenciku... Aku ketakutan... Tetapi, aku senang kamu ada untukku, Niihama-kun..."
Shijouin-san menatapku. Wajahnya, yang diliputi kecemasan, tampak seperti seekor anak anjing yang depresi dan itu memang imut. Aku hampir kehilangan diriku sendiri karena keimutan itu, tetapi aku berhasil menahan diri.
Aku paham, dia tidak mengerti mengapa dia terlibat dalam situasi itu... Masuk akal karena dia agak polos...
"Baiklah. Alasannya itu sebenarnya sederhana. Itu karena Shijouin-san itu cantik dan baik hati."
"Eh...?"
"Itu adalah rasa iri, kamu paham? Semua orang tidak secantik dan sebaik hati Shijouin-san, jadi mereka tidak bisa apa-apa selain merasa iri padamu."
"Ti-tidak! Apa yang kamu bicarakan? A-Aku tidak..."
"Aku serius. Tidak peduli betapa tidak bisa dipercayanya itu bagimu, di mata orang lain, kamu itu cantik. Kamu harus sadar akan hal ini, oke?"
Aku telah memutuskan kalau tidak ada gunanya berbicara berputar-putar padanya, jadi aku memberi tahunya kebenarannya.
Aku harus membuatnya sadar diri akan situasinya. Dengan begini, Shijouin-san yang terlalu serius ini tidak harus menderita karena keraguan dirinya lagi.
"Ngomong-ngomong, semua ini bukan salahmu, Shijouin-san. Baiklah, mari kita lakukan ini, ulangi setelah aku, 'ini bukan salahku'.'
"I-ini bukan salahku... Te-tetapi apa kamu yakin dengan hal ini, Niihama-kun? Mungkin ada sesuatu yang membuat mereka tidak nyaman?"
"Tidak, tidak ada kok. Kamu perlu mengubah perspektif itu, Shijouin-san. Sekarang, sepuluh kali lagi. 'Ini bukan salahku'."
"Mengapa kamu sangat yakin...?"
Shijouin-san tampak bingung, tetapi karena sifat seriusnya, dia mulai mengucapkan 'Ini bukan salahku'.
Tetap saja, ini masih dibutuhkan.
Alasan mengapa aku terdengar memaksa sedari tadi adalah karena aku putus asa. Aku harus membuat kecenderungannya untuk menyalahkan dirinya sendiri menghilang.
Itulah orang-orang yang selalu bersungguh-sungguh yang berakhir di perusahaan gelap. Bahkan ketika mereka dipaksa mengerjakan banyak tugas yang keterlaluan dan orang-orang di sekitar mereka mendorong mereka tanpa alasan, mereka masih menyalahkan diri mereka sendiri karena hal itu. Pada akhirnya, mereka akan semakin dan bertambah depresi seiring berjalannya waktu dan akhirnya terlalu banyak bekerja sendiri.
Dan itulah mungkin alasan mengapa Shijouin-san melakukan hal itu di kehidupanku yang sebelumnya.
Dia gagal memahami kalau motif dari para perundung itu adalah rasa iri, jadi dia menyalahkan dirinya sendiri atas segala hal sampai ke titik di mana dia tumbang.
Untuk mencegah masa depan semacam itu terjadi, aku harus mengubah pola pikirnya itu.
"'Ini bukan salahku', 'Ini bukan salahku', 'Ini bukan salahku'.... Selesai, aku sudah melakukannya!"
"Bagus. Di masa depan, jangan biarkan para jalang seperti Hanayama-san mendorongmu. Harga diri mereka terlalu tinggi untuk mengatakan sesuatu seperti 'Aku membencimu karena kamu lebih cantik dariku', jadi mereka menggunakan istilah yang nyaman seperti, 'Kamu terbawa suasana akhir-akhir ini' sebagai gantinya."
"Begitu ya?"
"Iya, pada akhirnya semua itu hanyalah rasa iri, mereka melakukan hal itu membuat diri mereka lebih baik, itulah mengapa– Hah, ada apa?"
Karena beberapa alasan, Shijouin-san menatap wajahku dengan tampang aneh di wajahnya.
"Tidak ada... Wajah Niihama-kun tampak sangat serius... Aku sangat berterima kasih, tetapi aku penasaran mengapa kamu keluar dari jalurmu untuk membantuku seperti ini..."
"Eh...?"
Aku ingat kalau di kehidupanku yang sebelumnya, Shijouin-san merenggut nyawanya sendiri, dan aku bersumpah pada diriku sendiri agar tidak membiarkan itu terjadi lagi.
Tetapi mengatakan kalimat itu masih terasa memalukan. Aku bahkan tidak menyadari kalau gadis di sampingku menatapku dengan mata yang lebar.
"I-itu... Niihama-kun..."
"Iya?"
"Kamu bilang sebelumnya kalau orang lain itu iri padaku karena penampilanku... Karena sepertinya kamu tidak mengatakan itu hanya untuk membuatku nyaman... Iya kan..."
"Iya, tentu saja. Ketika aku pertama kali melihatmu, Shijouin-san, aku terkejut pada betapa cantiknya dirimu."
"!!"
Kata-kata yang baru saja aku kemukakan mungkin terdengar murahan, tetapi itu perasaanku yang sejujurnya.
Ketika Shijouin-san mendengar hal itu, karena beberapa alasan, pipinya memerah dengan rasa malu dan dia terdiam sambil menutupi wajahnya.
Responsnya itu wajar. Maksudku, seseorang baru saja memberi tahunya dengan wajah yang serius kalau dia itu cantik tepat di depan wajahnya. Pada saat itu, aku tidak menyadarinya sih, jadi aku hanya memiringkan kepalaku, bingung dengan tingkah lakunya.
***
←Sebelumnya Daftar Isi Selanjutnya→