Takane Zettai Motokano - Seri 1 Bab 17 - Lintas Ninja Translation

Bab 17
Mantan Pacar dan Pacar yang Sekarang

Ketika aku tiba di gimnasium, ada banyak siswa-siswi di sana. Beberapa tampak bahagia, beberapa tampak kesal, mungkin karena hasil akhir mereka.

"Oh, itu para siswi dari kelas kita."

Seperti yang Takadera bilang, para siswi dari kelas kami mengelilingi acara pengukuran dalam kelompok-kelompok.

"Takane-san dan Asatani-san benar-benar menonjol dari kerumunan, benar kan? Bahkan para kakak kelas memperhatikan mereka."

Takane-san dan kelompoknya menunggu giliran mereka untuk melakukan lompatan samping berulang, latihan terakhir yang akan diukur di gimnasium.

Ketika kami meninggalkan ruang kelas, seluruh siswa-siswi mengenakan jersi sekolah, terapi kebanyakan siswa-siswi melepaskannya mungkin agar lebih mudah bergerak. Takane-san berada dalam minoritas dan tetap mengenakan jersinya. Asatani-san berpakaian dengan cara yang sama, tetapi dia tampak melepaskannya ketika dia sedang diukur – aku kira bahwa aku seharusnya tidak memandang terlalu dekat.

"Bukankah para kakak kelas itu menatap mereka seperti orang gila?"

"Wah, mereka benar-benar menatapnya... Aku penasaran apakah lompatan samping berulang benar-benar semenarik itu?"

Orang-orang yang menatap Takane-san dan kelompoknya, sampai ke titik di mana itu membuat Takadera dan Ogishima terkejut – seperti yang kuduga, itu adalah para kakak kelas cowok dari klub tenis.

"Oh, hei, orang itu..."

Ada dua orang yang mengenakan nomor kelas dua belas. Salah satu dari mereka melihatku dan berkata dengan terburu-buru. Yang lainnya melihat seolah-olah dia telah melihat sesuatu yang buruk.

Ketika mereka menyadari kalau kami juga berada di sana untuk pengukuran kami, mereka saling menatap satu sama lain seolah-olah merasa lega dan mulai berjalan ke arah kami.

(Mereka menyeringai... Aku harap mereka tidak memikirkan sesuatu yang aneh. Iya, tampaknya kami berada dalam masalah.)

"Anak-anak kelas sepuluh, kalian berada di sini untuk pengukuran, iya kan?"

"Kami akan membantumu dalam membungkuk ke depan sambil duduk."

Cowok yang mencoba menginjakkan kakinya padaku, dan yang satu lagi – yang mengambil tas Takane-san dan mencoba untuk memaksanya, mereka berasal dari kelas yang sama, keduanya berasal dari Kelas 3-D.

"Sudah menjadi tradisi tahunan bagi siswa-siswi yang lebih tua untuk mengajarkan siswa-siswi yang lebih muda. Kemari."

Guru yang bertanggung jawab atas pelajaran penjasorkes sebenarnya bilang begitu pada kami. Kelompok kami diinstruksikan untuk duduk di dekat dinding, tiga demi tiga.

Ini merupakan giliranku, dan cowok yang mengambil tas Takane-san lah yang akan menjadi orang yang akan 'mengajari'-ku.

"Hei, kamu tidak terluka atau apapun, iya kan? Kami tidak ingin melakukan apapun padamu.

Itu terasa tidak enak sama sekali dibisiki oleh seorang lelaki, dan isinya – tampaknya, dia menyadari kalau aku mungkin mengadu ke sekolah atau hal lainnya.

"Apa yang Abang bicarakan? Aku tidak ingat..."

"Aku mengerti... Jika kamu berada dalam kondisi yang baik, aku akan membantumu mendapatkan nilai yang bagus."

Aku tahu niatnya dari awal, tetapi itu benar-benar dikonfirmasi, aku merasa kasihan padanya.

"Bang, kalian seharusnya tidak mendorong dari belakang."

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Jika kalian melakukannya seperti itu, kalian akan mendapatkan nilai yang lebih bagus."

Takadera mencoba untuk mengingatkannya, tetapi dihentikan oleh anak kelas dua belas yang lain.

Dalam membungkuk ke depan sambil duduk, itu melanggar peraturan jika seseorang mendorongmu. Tetapi kakak kelas itu mendorongku sekeras yang dia bisa. Tidak ada pengekangan sama sekali.

–Tetapi aku tetap di posisi awalku dan tidak bergerak satu inci pun. 

"Hei, hei, apa yang kamu lakukan...?"

"Itu bukan aku... Orang ini, dia..."

Siswa kelas dua belas di sebelahnya, yang membantu Takadera dalam latihan itu, menyeru terkejut.

Aku tahu apa yang mereka lakukan, tetapi aku tidak memiliki kewajiban untuk membiarkan mereka melakukan apa yang mereka mau.

"Bang, ada apa?"

"Kamu...!"

"Kamu di sebelah sana! Kamu tidak bisa mendorongnya seperti itu ketika dia membungkuk ke depan."

"Ini buruk..."

Guru itu menyadarinya dan meniup peluitnya. Para siswa yang membantuku mendapatkan teguran kecil dari guru itu dan diusir dari gimnasium.

"Terkadang ada saja anak-anak yang bermain jahil seperti itu, menyedihkan... Meskipun mereka sudah kelas dua belas."

"Tidak, kami juga minta maaf. Kami telah merepotkan Bapak."

"Jika kalian memiliki masalah apapun, beri tahu saja pada guru, ya? Pengukurannya, bisakah kalian melakukannya lagi?"

"Iya, itu tidak masalah."

Guru itu tertawa lega dan pergi kembali untuk mengukur lompatan berulang. Setelah anak kelas dua belas meninggalkan gimnasium, Takadera memanggilku dengan tatapan bersalah di wajahnya.

"Maafkan aku Senda, aku tidak bisa menghentikannya karena kakak kelas yang membimbingku...''

"Maafkan aku juga, aku hanya bisa menyaksikan... Senda-kun, apakah kamu mengenali para kakak kelas itu."

"Iya, semacam itulah. Tidak usah khawatir tentang itu, tidak ada yang terjadi kok."

"Kamu bilang 'tidak ada'. Kamu tadi didorong oleh seorang kakak kelas yang tangguh.... Apakah kakak kelas itu tidak sekuat kelihatannya?"

"Aku tidak tahu. Yang lebih penting, aku tidak punya siapapun untuk mengukurku. Bisakah kamu melakukannya?"

"Bahkan setelah didorong begitu keras, aku tidak berpikir kalau badanmu itu begitu kaku, kamu tidak akan mampu untuk bergerak..."

Ketika kamu melakukan perpecahan selangkangan di gimnasium, kamu akan secara alami bagus dalam latihan yang membutuhkan keluwesan (fleksibilitas).

Aku mencondongkan tubuhku sampai kepalaku berada di lututku, mengulurkan jari-jariku, dan mendorong alat pengukur sampai itu berada di atas jari kakiku.

"Bagaimana hasilnya...?"

"Betapa luwesnya (fleksibelnya) dirimu... Apakah kamu seekor moluska?"

"Tidak, keluargaku bahkan lebih luwes lagi..."

Ketika aku bilang keluarga, yang aku maksud itu kakakku, tetapi itu agak sulit untuk bilang kalau aku memiliki seorang kakak. Ketika kamu memiliki seorang saudara atau saudari, pasti akan ada saat seperti ini.

"Hei, hei. Para siswi dari kelas kita sedang melihat..."

"Apa...?"

Ketika aku melihat ke atas, beberapa siswi dari kelas kami, yang seharusnya tidak melihat kami, sedang memandang kami.

Di antara mereka ada Takane-san dan Asatani-san.

Takane-san berpaling ketika matanya hampir bertemu mataku, dan Asatani-san, yang juga sedang melihat, tersenyum dengan cara yang mengesalkan, seolah-olah dia melakukan itu pada seorang teman.

"Sudah kuduga, Asatani-san itu benar-benar baik hati. Dia khawatir karena Senda tampak seperti dia sedang terjerat."

"Iya... mungkin begitu..."

Aku begitu sibuk dalam berurusan dengan para kakak kelas dari klub tenis yang aku belum menyadari betapa lamanya mereka telah memantauku. Suhu tubuhku naik ke atas.

Apa yang lebih menggangguku adalah fakta bahwa Takane-san dan Asatani-san sedang melihatku 'bersama'.

(Haruskah aku merasa lebih lega itu tidak menjadi masam di antara mereka berdua... Apakah mereka menjadi akrab ketika bekerja bersama atau apalah?)

'Untuk saat ini, aku adalah mantan pacar Nagi-kun.... Benarkan?'

'Mulai dari sekarang ini, aku yang akan berpacaran dengan Senda-kun, jadi akulah 'pacar'-nya' yang sekarang'.'

Meskipun aku dan Takane-san masih belum mulai berpacaran saat itu, aku kira itu praktis merupakan sebuah deklarasi perang.

Namun, aku tidak bisa membayangkan kalau Asatani-san akan bersaing dengan Takane-san setelah dia mencampakkanku dengan mudahnya. Fakta bahwa dia bahkan bilang 'mantan pacar' sudah tidak terduga dengan sendirinya.

Itu tidak mungkin kalau Asatani-san berkata begitu untuk membuatku atau Takane-san kesal. Aku dan Takane-san pasti sudah semakin dekat, tetapi itu sulit untuk membayangkan telah menyadarinya atau bahkan peduli tentang itu.

Haruskah aku mengambil keputusan Asatani-san untuk datang ke perpustakaan sebagai indikasi dari keinginannya? Tetapi aku kira itu salah untuk membayangkan kalau dia masih tertarik padaku setelah mencampakkanku.

"Senda, mari kita pergi ke pengukuran berikutnya nanti. Tampaknya mereka akan mulai mengukur para siswi, juga."

"Takane-san dan Asatani-san akan mengambil pengukuran bersama. Kasihan sekali para kakak kelas itu tidak akan bisa melihatnya."

Tampaknya Ogishima juga memiliki beberapa pemikiran tentang para kakak kelas. Takadera mengangkat bahunya dan terlihat khawatir tentang pengukuran para siswi, tetapi dia meminta seluruh anggota kelompok untuk bergabung dengannya dan menuju tes kekuatan cengkeraman.

"Senda-kun, apakah sesuatu terjadi pada para kakak kelas itu?"

"Itu luar biasa. Jika seseorang menekanku seperti itu, aku akan panik."

Itu benar kalau teman-teman sekelasku sepertinya gugup di depan para kakak kelas. Itu hal yang bagus sehingga tidak membuatku menonjol dari seluruh anggota kelas. Jika aku telah menunjukkan sikap yang menantang, maka itu akan menarik perhatian padaku.

Aku penasaran apa yang Takane-san dan yang lainnya pikirkan tentang itu selagi aku melihat kembali mereka sambil menunggu giliranku untuk dites kekuatan cengkeraman.

"Wow, Baik Takane-san maupun Asatani-san keduanya sangat atletis... Dan gaya mereka berdua memang keren."

"Seorang gadis cantik akan tampak cantik tidak peduli apa yang dia lakukan."

Aku bisa mengerti mengapa Takadera kehilangan kosakatanya. Takane-san, yang telah melepas jersinya dan sekarang hanya menggunakan pakaian olahraganya, adalah yang paling lincah di kelas.

Asatani-san juga sangat atletis dan secepat Takane-san. Cara mereka berdua bersaing satu sama lain benar-benar indah. Tidak mengherankan bahwa semua orang di gimnasium sedang melihat mereka.

"Aku bangga bisa berada di kelas yang sama, tetapi aku merasa seperti aku seharusnya tidak melihat ke idola kita, Noarin terlalu sering. Ini perasaan yang rumit, benar Senda?"

"Ah...? Iya..."

"Senda-kun sepertinya lebih tertarik dengan Takane-san. Tidak boleh berkhianat (selingkuh), oke?

"... Tidak, itu mungkin?"

Aku yakin Ogishima hanya bercanda, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak marah, meskipun baik Takadera maupun Ogishima tampaknya tidak menyadarinya.

Karena beberapa alasan, ada putaran tepuk tangan setelah pengukuran diambil. Takane-san mengenakan jersinya kembali seolah-olah dia tidak peduli, dan Asatani-san melambaikan tangannya dengan penuh kasih sayang.

Kami, juga, selanjutnya akan melakukan lompatan samping berulang, tetapi Takane-san dan yang lainnya sudah harus meninggalkan gimnasium menuju ke luar ruangan untuk pengukuran latihan yang lain.

Akhirnya, Takane-san melihatku, dan ketika matanya bertemu dengan mataku, dia memberiku senyuman licik.

Takane-san mencoba untuk melambaikan tangan padaku, tetapi Asatani-san melambaikan tangan padaku dari samping.

"Oh, hei... Noarin melambaikan tangan padaku, kan?"

"Itu untuk Senda-kun, tidak peduli bagaimana kamu melihatnya. Mereka berasal dari SMP yang sama. Mereka pasti sudah dekat."

"Iya, itu normal... Atau sebaliknya, semua orang terlalu optimis."

"Itu karena kita memiliki selebriti sungguhan di sekolah. Meski, Takane-san juga luar biasa. Dia menonjol bahkan ketika dia bersama Noarin..."

"Iya..."

Aku baru saja menyadarinya. Aku belum memutuskan pendirian apa yang harus aku ambil ketika membicarakan tentang Takane-san dengan teman-teman.

Aku tidak membicarakan tentangnya dari sudut pandang seorang pacar saat ini, jadi aku menyadari kalau itu adalah yang terbaik untuk memikirkannya sebagai seorang teman sekelas. Meskipun itu bukan benar-benar sebuah rahasia, jika seseorang menanyakanku sekaligus apakah kami berpacaran. Aku seharusnya akan menjawab dengan tekad.

"Kami berada di kelas yang sama, jadi itu akan bagus jika kami bisa bersama kadang-kadang. Bukankah kamu berpikir begitu, Senda?"

"Iya... Kita memiliki banyak acara yang akan datang."

"Kecuali kalian berada di klub yang sama atau di komite yang sama, kamu mungkin tidak akan memiliki banyak kontak"

"Jangan bilang begitu. Aku tidak bisa mengganti klubku lagi... Ah, aku penasaran di klub mana Noarin akan bergabung..."

Asatani-san bilang kalau dia ingin berada di klub musik ringan, tetapi aku penasaran apakah dia telah benar-benar bergabung dengan klub itu.

Aku berpikir untuk bergabung dengan klub membaca, tetapi aku belum mengumpulkan aplikasiku saat ini. Aku menjanjikan Takane-san kalau aku akan memberi tahunya ketika aku telah memutuskan di klub mana aku akan bergabung, tetapi aku penasaran bagaimana reaksinya jika aku memberi tahunya kalau aku ingin bergabung dengan klub membaca. Aku juga penasaran klub apa yang Takane-san pertimbangkan untuk bergabung.

Setelah menyelesaikan pengukuran di gimnasium, kami diberi waktu istirahat makan siang lebih awal.

Takadera dan Ogishima di panggil oleh anggota senior dari klub yang baru saja bergabung di dalamnya, jadi kami memutuskan untuk berpisah buat makan siang. Ini secara otomatis berarti aku akan makan siang sendirian–.

Di hari-hari yang cerah, kafetaria dibuka ke dek kayu. Ada meja untuk lusinan orang, tetapi aku memilih tempat di mana matahari tidak bersinar langsung ke arahku dan duduk di ujung meja.

"Maaf telah membuatmu terus menunggu, Nagito-san..."

"Aku juga baru saja sampai."

Segera setelah dia melihatku menunggunya, Takane-san sangat bersemangat.

Ketika aku menerima sebuah pesan dari Takane-san ketika sedang ganti baju, aku kira dia ingin memberi tahuku tentang apa yang telah terjadi di gimnasium, tetapi setelah pertukaran singkat, aku mengerti niatnya.

[Aku membawa bekal makan siangku sendiri hari ini.]

[Jika Nagito-san juga membawa kotak bekalnya sendiri, mengapa kita tidak makan bersama?]

Pemikiran bahwa seseorang dari kelasku mungkin melihat membuat banyak pemikiran melintas di benakku, tetapi aku lebih dari sekadar bahagia bisa makan bersamanya.

"Em... Ketika aku melihatmu di gimnasium, aku sebenarnya ingin mengobrol denganmu..."

"Aku ingin melakukan hal yang sama, tetapi itu akan terlalu nyata."

"Bahkan jika itu adalah tes kebugaran fisik, itu masih berada di lingkungan kelas."

Kami telah mencoba untuk tidak mencolok, tetapi kami telah berangkat ke sekolah bersama seperti biasa, dan siswa-siswi lain bisa jadi sudah melihat itu. Jika aku mengobrol dengannya di gimnasium dengan seluruh anggota kelas yang hadir, aku yakin semuanya akan menebak apa yang sebenarnya terjadi.

"Maafkan aku... Karena aku, sesuatu terjadi dengan para kakak kelas dari klub tenis..."

"Dia tampaknya mengingatku, tetapi dia tidak melakukan sesuatu yang serius."

"Iya, kamu sangat luwes ya kan, Nagito-san? Ketika kamu sedang diukur, kamu tidak  berpindah ketika kakak kelas itu mendorongmu... Asatani-san juga terkejut."

"... Benarkah begitu? Iya, aku selalu meregang sehingga aku tidak akan terluka di gimnasium."

"Asatani-san juga sangat luwes. Aku mengambil les balet ketika aku masih anak-anak, jadi aku agak percaya diri, tetapi hasil membungkuk ke depan sambil duduk kami hampir sama."

Nama Asatani-san sudah keluar beberapa kali sekarang, tetapi aku penasaran apakah ini baik-baik saja untuk menanyakannya tentang itu. Itu adalah pemikiran yang tidak mudah untuk ditanyakan. Aku juga penasaran tentang pengalaman balet Takane-san, tetapi aku bertanya-tanya apakah aku akan didorong menjauh jika aku bertanya terlalu banyak.

"Kegiatan apa yang kamu kuasai, Takane-san? Lompatan samping berulang memang keren."

"Asatani-san bertanya padaku bersaing dalam latihan itu, jadi aku melakukannya..."

"Oh, benarkah? Asatani-san memang... agak kompetitif."

"Aku sedikit percaya diri. Aku menang beberapa kali dan kalah beberapa kali, kami tidak menyelesaikannya sampai akhir. Kami memiliki nilai yang sama pada lompatan berulang, tetapi aku memiliki kekuatan cengkeraman yang lebih bagus..."

Takane-san mengatakannya dengan suara yang terhenti. Aku penasaran mengapa, dan itu memukulku dengan cepat kali ini.

"Mungkin itu karena Takane-san biasa bermain tenis."

"Iya... Tangan dominanku adalah yang biasa digunakan untuk mencengkeram raket dan aku harus menaruh banyak usaha ke dalamnya..."

"Itu adalah cengkeraman yang cukup bagus, juga, tidak banyak digunakan untuk itu kan."

Fakta bahwa dia menang dari Asatani-san dalam kekuatan cengkeramannya... Aku kira itu  mungkin perasaan yang rumit bagi seorang gadis untuk dikatakan. Tampaknya, aku benar.

"Kalau begitu... Bagaimana kalau kita membandingkannya?"

Aku tidak menyangka kalau dia akan meminta untuk membandingkan kekuatan cengkeraman di sini. Itu akan berarti saling memegang tangan kami masing-masing.

"Em... Jika Takane-san tidak masalah dengan itu.."

"Fufu... Maafkan aku. Aku baru saja ingin melihat wajah terkejut Nagito-san."

"Ta-Takane-san..."

Takane-san tersenyum bahagia. Aku baru saja ingin melepaskan tanganku secara alami, tetapi aku menarik kembali seolah-olah tidak ada yang telah terjadi. Pergerakannya tidak normal sama sekali.

"Dibandingkan dengan anak cowok... aku tidak begitu kuat, kamu tahu?"

Selagi aku melihat Takane-san tersenyum padaku, aku memikirkan situasi yang aku alami ini. Itu mungkin seperti saat ketika orang-orang akan bilang 'Riajuu akan meledak'.

(TL English Note: Riajuu adalah istilah untuk orang yang memiliki kemampuan sosial yang tinggi. Idiom ini adalah ekspresi kecemburuan dan kebencian terhadap mereka.)

"Aku bersyukur kita memiliki waktu istirahat makan siang yang lama hari ini. Dengan begini kita bisa mengobrol lebih pelan..."

"Aku juga memiliki banyak hal untuk dibicarakan. Aku bersyukur kamu menghubungiku, Takane-san..."

"Iya, aku juga. Aku punya sesuatu untuk dibilang padamu, dan aku yakin Nagito-san ingin mendengarnya sekarang juga."

Apa yang Takane-san dan Asatani-san bicarakan? Bukan berarti bahwa itu semua yang ingin aku ingin dengarkan, tetapi aku ingin tahu jika memungkinkan.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama