Episode 2Dinding Pertama yang Harus Dihadapi Anak Laki-Laki dan Perempuan dalam Berbagi Kehidupan Baru
Narasi:
Asamura Yuuta: (Selera mereka berdua dalam makanan dan masakan tidak cocok? Apa yang akan mereka berdua lakukan untuk menghadapi masalah ini...?)
Intro <latar di ruang makan>:
Asamura Yuuta: (Karena orang tua kami akan pulang terlambat dikarenakan pekerjaan mereka, Ayase-san dan aku makan malam hanya berdua saja.) (...Mm, lezat. Bayam yang dilumuri dengan saus wijen <sesame sauce> sangat enak.]
Ayase Saki: [Benarkah? Senang mendengarnya.] [...Aah, bisa kamu berikan padaku kecap itu.]
Asamura Yuuta: [Ini dia... Tunggu sebentar?] [Di mana kamu akan menuangkannya?] [Kudapan dengan saus wijen, makanan goreng, dan salad... Bukanlah menu yang cocok untuk dituangkan kecap. Bukan?]
Ayase Saki: [Eh? Asamura-kun, Apa yang kamu katakan?] [Kudapan dengan saus wijen akan sangat bagus jika dituangkan kecap, bukan?]
Asamura Yuuta: [...Apa?]
Tema Pembuka:
Asamura Yuuta: "Abang tiri yang asosial dan biasa-biasa saja"
Ayase Saki: "Adik tiri yang tidak asyik dan terlihat seperti gyaru dari luar."
Keduanya: "Apa yang akan terjadi jika dua kutub yang berlawanan itu bersatu menjadi adik kakak. Hari-Hari Bersama Adik Tiri (Gimai Seikatsu)."
Cerita Utama:
Asamura Yuuta: (Saus wijen dicampur kecap...? Apa sih yang Ayase-san pikirkan?)
Ayase Saki: [Eh? Apakah kamu memakannya tanpa menaruh apapun di atasnya?] [Ini mungkin pertama kalinya aku melihat orang melakukan itu...]
Asamura Yuuta: [Apakah itu semacam kejutan besar? Aku akan menerima saja jika kita makan rebusan sayur hijau dibumbui dengan kecap...]
Ayase Saki: [... Asamura-kun? Apa kamu serius sekarang?] [Kalau begitu kamu bisa menuangkan saus wijen di atasnya, bukan?]
Asamura Yuuta: (...Maaf, kamu bilang apa barusan?) [E-Eh, selama orang itu berpikir itu enak, itu tidak masalah, bukan?]
Ayase Saki: [Benar. Semua orang punya selera masing-masing ketika membicarakan makanan...]
Asamura Yuuta: (Lagipula itu hanya yang ada di mangkuknya sendiri. Masih mendingan daripada menaruh perasan lemon pada ayam goreng.]
Ayase Saki: [Oh, iya. Aku sudah menaruh beberapa perasan lemon ke ayam goreng itu.]
Asamura Yuuta: (Haaaaaaah!?)
Ayase Saki: [Ada apa? Mengapa kamu tiba-tiba loncat-loncat begitu?]
Asamura Yuuta: [Eh?] [A-Ah, tidak, tidak ada apa-apa kok... Iya.]
Ayase Saki: [Aku mengerti... Makanlah sebelum nanti keburu dingin. Oke?]
Asamura Yuuta: (Di-Dia menaruh perasan lemon... di ayam gorengku...?)
Ayase Saki: [Ada apa? Apa kamu tidak mau memakannya?]
Asamura Yuuta: [Ti-Tidak, ... Aku akan memakannya, kok... Wah, tampaknya ini lezat~] (A-Aku akan memakannya, tetapi apa itu wajar jika dikasih perasan lemon? Terlebih lagi dia langsung menaruhnya pada sepiring besar dan penuh ayam goreng itu...) (Ha-Haruskah aku berterus terang padanya? Sebagai abangnya dan semua...? Url?)
Ayase Saki: [... Fiuh, tadi itu sangat lezat. Sepertinya aku telah makan ayam goreng ini agak sedikit lebih banyak, deh.] [Hei, Asamura-kun, jangan-jangan kamu sebenarnya, pemakan ringan...]
Asamura Yuuta: [Ti-Tidak, bukan itu masalahnya. Aku hanya berpikir aku sudah memakan ayam goreng itu... dengan jumlah yang cukup.] (Ujung-ujungnya, aku tidak bisa bilang padanya... Tidak ingin dianggap olehnya sebagai orang yang suka pilih-pilih...) (Tetapi, karena kami juga akan makan bersama mulai sekarang, mungkin aku hanya harus jujur padanya.)
Ayase Saki: [Em, aku bertanya-tanya sejenak sekarang...] [Asamura-kun, apa kamu tipe orang yang tidak menaruh perasan lemon ke makanan goreng?]
Asamura Yuuta: [...Hah?] [Mengapa kamu pikir begitu?]
Ayase Saki: [Habisnya kamu bertingkah aneh sejak aku melakukannya.] [Tentu saja aku jadi berpikir begitu.]
Asamura Yuuta: [Eeh, kamu tahu... Kamu benar, kamu biasanya tidak menaruh perasan lemon ke makanan goreng...]
Ayase Saki: [Aku mengerti... Tebakanku benar.] [Maaf, karena telah melakukannya tanpa bertanya padamu.] [Tetapi, kamu bisa saja bilang padaku lebih awal.] [Kita juga akan makan malam bersama mulai sekarang, bukan?] [Kupikir itu penting, untuk memperjelas masalah semacam ini.] [Itulah mengapa, aku senang mengetahuinya sekarang, lebih baik daripada tidak sama sekali.]
Asamura Yuuta: [Begitu pula aku. Maaf karena telah membuatmu memikirkan tentangku. Aku akan berusaha untuk memperhatikan masalah semacam ini juga.] (... Kurasa, Ayase-san juga harus mengkhawatirkannya. Aku sama sekali tidak ingin membuat orang yang makan bersamamu tidak nyaman.) (Terlebih lagi, ini cuma tentang perasan lemon dalam makanan goreng. Bukan masalah besar sama sekali, sih...]
Ayase Saki: [Semuanya akan berjalan lancar kalau kita tetap saling menghargai satu sama lain.] [...Ah, benar.] [Ini bukan cara meminta maaf yang baik, sih... Tetapi, apakah kamu mau memakan yang manis-manis.]
Asamura Yuuta: [Benaran nih? Tentu saja aku mau.]
Ayase Saki: [Bagus ...Em, di mana aku menyimpannya ya?] [Ah, ketemu. Aku sangat suka ini, kamu tahu.] [...Ini, Asamura-kun, ... Ambil sendiri beberapa... Cokelat Takenoko.]
Asamura Yuuta: [Tunggu tahan sebentar?] [Kinoko lebih enak, tidak ada debat <no debat>.]
Ayase Saki: [... Kita harus mendiskusikan itu.]
Pesan Penutup:
Asamura Yuuta: "Terima kasih sudah menonton, pastikan untuk B*rl*ngg*n*n, ikuti kami di T**tt*r."
Catatan Penerjemah Asli:
*Takenoko no Sato* dan *Kinoko no Yama* adalah dua makanan ringan cokelat populer di Jepang, nama mereka diambil dari masing-masing bentuk. Takenoko: Rebung, Kinoko: Jamur, yang selalu diperdebatkan mana yang lebih enak di antara keduanya.
Bonus:
Asamura Yuuta: [... Bagaimana kalau kita makan sampai tengah. Lalu beralih ke K*tK*t.]
Ayase Saki: [Kedengarannya bagus.]