Danjoru? - Prolog Jilid 1

Catatan: Halaman ini sudah kadaluarsa, versi baru bisa dibaca melalui link berikut 


 Prolog
Dua Bunga

Kalau ada masanya untuk jatuh cinta, tentu ada pula masanya untuk hanya berteman saja.

Itu adalah di saat kelas delapan SMP, pada saat festival budaya.

Di antara beberapa festival budaya SMP di pelosok desaku, festival budaya di SMP-ku adalah yang paling terkenal. Kegiatan-kegiatan klub akan bekerja sama dengan rumah-rumah makan atau para petani, lalu membangun kios-kios untuk menjual makanan, minuman ataupun produk lainnya. Setiap tahunnya, siswa-siswi dari sekolah-sekolah lain, datang sebagai tamu dalam jumlah banyak.

Kegiatan klub sains adalah "Pameran Bunga". Klub ini bersekutu dengan pemilik toko bunga di kota, dan menjual aksesoris wanita yang indah yang dirangkai dengan bunga yang masih segar.

Hari pertama dari festival yang berlangsung selama tiga hari ini. Sekarang... Jam menunjukkan hampir pukul 16 tepat.

Aku membawa sebuah kotak berisi penuh dengan perhiasan wanita, dan berkeliling ke seluruh sekolah dengan susah payah.

[Permisi, klub sains di sini. Kami menjual aksesoris yang dibuat dari bunga...]

[Itu dia--. Waktu keseharian Senpai di sore hari adalah yang terbaik--.]

[Ah! Aku lupa!]

...Apa yang harus aku lakukan.

Ah, aku tahu apa yang harus aku lakukan. 

Tidak, aku tahu apa harus aku lakukan. Sebuah suara keluar sangat kecil sehingga tidak ada yang bisa mendengarnya.

Aku benar-benar tidak karuan. Jika aku memasang harga seperti yang biasanya, mustahil untuk menjualnya bahkan 1 dari 10 buah.

Seorang yang tidak memiliki teman, dapat berbicara dengan orang lain secara lancar di lapangan?

[Apa ini? Apa ini dari bunga asli? Sangat indah.]

[Ah, ini dibuat dari bunga yang diawetkan. Hasil penjualannya akan didonasikan ke kelompok sukarelawan...]

Bunga-bunga ini telah diawetkan.

Sebuah bunga diproses secara kimiawi, seperti diberi etanol, agar tidak mudah layu. Aku dengar kalau orang-orang yang melakukan pemanasan untuk membuat mahakarya ini, adalah mahasiswa tingkat pertama dan kedua, yang masih muda dan bergelora.

Benda-benda ini bisa dibilang sebagai perhiasan.

[Heh~ Benda seperti ini, dapat dibuat dengan cara yang sederhana. Berapa harganya?]

Seorang siswa memegang anting-anting itu dengan tangannya.

Akhirnya ada juga seseorang yang ingin membelinya. Aku mengumpulkan keberanianku dan memberitahukan harganya. 

[Satunya itu lima ratus yen.]

[Eh! Itu kemahalan! Aku tidak jadi beli deh!]

Ditolak, anting-anting itu diletakkan kembali ke kotaknya.

Aku tahu itu sulit untuk melakukan pekerjaan pemasaran untuk pertama kalinya.

Lima ratus yen bagi seorang pelajar SMP bukanlah uang yang sangat sedikit. Uang tersebut lebih baik digunakan untuk makan di MekDi daripada dipakai untuk beli perhiasan kerajinan tangan dari siswa-siswi yang seangkatan.

Pada akhirnya, aku hanya bisa menjual lima dari semuanya. Dalam seharian penuh, hanya lima buah yang terjual dari jumlah total seratus buah.

(Hanya tinggal sehari saja... Tidak, itu mustahil untuk menjual semuanya.]

Aku menggendong kotak perhiasan itu seperti orang bodoh dan pergi kembali ke ruang klub sains.

Hanya Himari yang berada di sana.

Tubuh ramping dengan kulit putih.

Matanya yang sebesar kacang kenari (almond), berwarna biru, seakan pupilnya berubah menjadi transparan.

Rambutnya yang biru dan lebat.

Gadis yang secantik peri, bisa terasa kemurniannya.

Dalam ruangan yang kosong, dia fokus perhiasan yang sudah aku siapkan. Duduk di dekat konter jajakan yang berwarna-warni membuatnya semakin menonjol.

Jepit rambut batang yang dia pakai di kepalanya yang dililitkan dengan tiga kuncup bunga. Menatap ke cermin di atas meja, aku bergumam "Waa. Itu tampak seperti kebun bunga di atas kepalanya. Sangat imut--" and aku berdiri sambil tersenyum padanya.

(Sebuah lukisan)

Seketika, aku berpikir begitu. 

Jika ini adalah Instragram, aku tidak akan ragu untuk menekan tombol [Like] sebanyak seratus kali.... Tidak, itu benar-benar tidak mungkin untuk mengkliknya sebanyak seratus kali.

Dia membalikkan kepalanya selagi aku berdiri sambil termenung seperti orang bodoh.

[Ah, akhirnya kamu kembali juga. Apa kamu, Natsume Yuu dari klub sains?]

Aku merasa gugup ketika dia tiba-tiba memanggilku seperti itu. Aku belum pernah berjumpa dengannya. Seorang wanita yang cantik jelita bahkan suaranya pun demikian <sama cantiknya>, aku hanya terpaku dan termenung begitu. 

[Ah, ini aku, sini, tetapi......?]

Karena aku tidak tahu dia dari kelas teratas <9> atau kelas terendah <7>, aku tidak tahu cara menjawabnya. Mengapa sekolah ini tidak membedakannya dengan warna atau apalah.

[Kamu tidak harus meninggalkan kios klubmu dengan kosong. Baru saja, aku lihat beberapa siswi membawa brosur-brosur--]

[Eh!?]

Itu takkan bisa. Klub sains ini, anggotanya hanya aku. Tentu saja, bagaimana bisa seseorang menjagakan kiosnya? Jadi bagaimana bisa aku menjualnya...

[...Tidak, tidak bisa.]

[Mengapa?]

Himari menanyaiku seolah-olah masih tidak mengerti.

[... Kalau kamu tidak bisa menjual apapun, itu sama saja dengan tidak menjualnya sama sekali.]

[....]

Himari memilih minuman kotak. Itu adalah sekotak yoghurt. Ketika aku masih SD, aku juga sering meminumnya. Dia mengambil sedotan dan menyesapnya.

[Tidak--, Kamu sudah menjualnya bukan---?]

[Eh.... ?!]

Dia berkata dengan suara yang aneh. Sebuah jeritan melengking.

Aku telah digoda. Tidak, itu tidak terasa seperti itu.

[Tidak, bagaimana... Aku kan tidak di sini tadi?!]

[Ah, ini ada beberapa pesanan. Karena aku membantumu!]

Himari masih meminum sekotak minuman yogurt tadi. Lalu secara perlahan melipat kotak kosong itu dan memasukkannya ke tasnya. Tingkah laku yang benar-benar mirip dengan orang-orang terpelajar.

Lalu dia mengeluarkan amplop biru, lalu menunjukkannya dan berkata.

[Ini, pendapatan yang terbagi dari lima belas orang.]

[Lima...]

Aku dengan cepat membuka amplopnya.

Seribu, dua ribu, tiga ribu.... Sebelas ribu lima ratus yen.

Wow. Benar-benar jumlah yang besar, aku hanya pernah melihatnya saat aku menerima amplop Tahun Baru...

[Hei, tunggu, ini, ehhhh...]

[Ah, dari lima orang yang membeli totalnya sebanyak dua puluh tujuh buah.]

[Kamu. Sudahkah kamu menghitung ulang...]

[Apa aku salah hitung?]

Aku dengan cepat menggangguk.

[Tidak salah kok--, biar kulihat. Yuri Rin membeli anting-anting dan jepitan rambut. Mappi membeli sampul buku dan penanda buku, Azumi-senpai membeli tiga dari ini...]

Dia tersenyum kering selagi mendata semua orang yang telah membelinya.

Apa benar satu orang membeli segitu banyak? Bagi para pelajar SMP, lima ratus yen itu jumlah yang benar-benar penting, bukanlah begitu?

Tetapi betulan,  jumlah barang yang sudah tidak ada sesuai dengan yang dia bilang...

Mengapa mendadak ada banyak pembeli? Seharian, aku bekerja keras untuk menjualnya tetapi hanya laku lima buah? Dan sekarang, hanya dalam satu jam, dia bisa laku sebanyak dua puluh tujuh buah.

...Apa ini karena wajahku ini? Bukan berarti aku tidak percaya diri terhadap wajahku, tetapi ini menyakitkan.

[Hei!]

Dia menatap ke arahku.

Ditatap secara langsung seperti ini, membuatku terkejut ke titik di mana jantungku hampir terhenti.

... Secara umum, dia memiliki wajah yang imut.

Tanpa dandanan sama sekali. Tetapi bagaimana dengan kepribadiannya, dari cara orang ini memperlakukan orang lain, sepertinya dia adalah anak dari keluarga terpelajar.

Rambut halusnya tergoyang selagi dia menunduk ke bawah. Bagaikan pohon Shidare-Zakura yang terkenal di Kyoto tergoyang oleh angin... Apa yang akan dia pikirkan membuat perbandingan itu. Tetapi bagiku, bunga adalah benda yang paling akrab, jadi aku harus menanggungnya.

[Natsume-kun, mengapa kamu tidak menatap ke arahku?]

[Eh, bukan apa-apa...]

Aku secara tidak sengaja memalingkan wajahku... Aku tidak terbiasa bersama dengan gadis-gadis cantik.

[Ah. Yang terpenting, ini adalah rasa terima kasihku padaku karena telah membantuku menjual barang-barang ini....]

[Tidak tidak, tidak usah. Itu hanya karena aku bosan...]

[I-Itu alasannya...]

[Em... Kalau begitu... Bagaimana kalau kamu berikan saja padaku satu buah dari perhiasan itu...]

Himari berkata demikian lalu meletakkan tangannya di tong.

[Mengapa kamu masih harus menjual sisa dari seratus ini?]

[Eh, bagaimana kamu bisa tahu?]

[Satou-sensei dari klub sains, yang memberi tahuku.]

[P-Privasiku....!?]

Bapak tua itu bilang padanya, karena dia seorang yang cantik.

Aku berdiri sendiri secara canggung. Himari menatap ke arahku, meskipun aku berusaha untuk menghindarinya. 

[Hei. Mengapa kamu terus saja menghindariku?]

Dia tersenyum secara lembut.

Senyum yang sangat manis. Itu terasa seperti dia bilang "Ufufu--. Kalau kamu ingin bilang kalau aku itu imut, katakan secepatnya." Tidak, dia memang imut sih, tetapi tekanan keheningan ini lebih menyeramkan.

[.......]

Sejujurnya, aku tidak ingin bilang apa-apa. Bagaimanapun juga, aku diperlakukan seperti orang bodoh.

Tetapi... Dua puluh tujuh buah, itu sangat mahal.

[Aku, punya mimpi untuk membuka sebuah toko perhiasan bunga seperti ini. Aku bilang ke orang tuaku setelah aku lulus dari SMP, aku ingin bekerja untuk menghasilkan uang. Tetapi, orang tuaku untuk pergi ke SMA agar aku bisa menjadi seorang pejabat pemerintah. Jadi, kupikir dengan menjual seratus buah perhiasan buatan rumahan ini, adalah cara terbaik untuk memenuhi mimpiku...] 

[......]

Eh, mengapa dia tidak bilang apa-apa?

Himari berkedip terkejut dengan wajah yang puyeng. 

Tunggu. Aku mengatakan sesuatu yang memalukan seperti itu, mustahil kalau tidak ada reaksi darinya. Aku mengerti perasaan itu. Tetapi, bahkan kalaupun aku bilang begitu...

[....Fuha...!]

[Eh!]

Himari tiba-tiba tertawa dengan keras.

[Hahahaha! Itu tentu saja bukan masalahnya. Anak-anak sepertimu selalu saja gegabah tanpa berpikir panjang, jadi wajar saja kalau orang tuamu melarangnya.... Itu lebih baik daripada nanti kamu jadi seorang pramuniaga di sebuah toko besar....]

Dia tertawa terbahak-bahak.

Seorang wanita cantik memegang perutnya tertawa bahagia. Kesan dinginnya yang sebelumnya tiba-tiba hancur. Aku diliputi oleh banyak pikiran... Tetapi, bahkan tindakannya memperlihatkan betapa cantiknya dia. Aku tidak tahu mengapa aku merasa cemburu.

Himari berkata sambil menyeka air matanya.

[Bodoh!]

[Itu tidak berlebihan?]

[Kamu benar-benar orang yang bodoh. Sangat bodoh.]

Meskipun aku digoda oleh seorang gadis yang berdiri di depanku, tetapi aku tidak merasa tidak nyaman..... Tidak, bukan berarti aku seorang masokis.

Perasaan senang yang sangat akrab membuatku memahami gadis yang bernama Himari ini.

[Perhiasan-perhiasan ini, tinggal berapa sisanya?]

Himari tiba-tiba bertanya padaku.

[Eh, dari jumlah total seratus buah, sisanya masih ada enam puluh delapan buah lagi....]

[Apa masih ada lagi selain itu?]

[Apa maksudmu?]

[Bunga-bunga yang diawetkan itu mudah hancur, jadi kamu harus menyiapkan cadangan bukan?]

[Untuk saat ini, hanya ada lima puluh buah barang pengganti....]

[Jadi, masih ada seratus delapan belas buah tersisa ya.... Kalau begitu, kalau hanya segitu, itu baik-baik saja...]

Aku tidak bisa memahami perkataan yang dia ocehkan. 

[Besok, bersiap-siap untuk menjual semuanya...]

Setelah bilang begitu, Himari melambaikan tangannya dan berjalan keluar dari ruang klub sains.

Aku ditinggal di ruangan itu sendiri, selagi aku masih berdiri dalam keadaan linglung.

....Dan setelah itu, keesokan harinya.

Enam belas jam lagi dari hari kedua festival budaya.

Baru saja kemarin, aku bertemu dengan Himari pada waktu ini. Aku berbaring telungkup di atas meja dalam ruang klub sains.

Di atas meja tersebut terpampang sebuah poster.

[Perhiasan bunga, terjual habis.]

Walaupun itu seru, aku tidak berpikir itu memenuhi mimpiku. Konter perhiasan yang menghiasi ruang klub sains sekarang kosong. Gudangnya juga sekarang kosong.

Aku tidak punya waktu untuk berkeliling-keliling seperti kemarin. Hari ini, aku hanya harus berdiri di konter kasir. Makan siang pun belum sempat dimakan. Walaupun aku sangat lapar, aku tidak punya banyak energi tersisa untuk membeli makanan.

(Mengapa penjualannya sangat laris hari ini...?!)

Ini tidak bisa dimengerti.

Bukan hanya para siswi, tetapi para tamu undangan juga turut membelinya, karena hari ini hari Minggu. Semua orang terfokus ke sini. Terutama para mahasiswi dari Universitas Fukushi.

Kakak-kakak yang mengenakannya dan masuk ke dalam sekolah semuanya sangat menonjol. Para siswi di angkatanku yang mendengar rumor tentang itu semuanya berbondong-bondong datang ke klub sains. Mereka adalah orang-orang yang berada di band atau grup teater, terlebih lagi banyak dari mereka adalah para siswi terkenal.

Pada akhirnya, semuanya terjual habis.

[Ah~! Apa kamu sudah selesai dengan bagianmu!?]

Aku menatap ke orang yang bicara padaku dengan suara keras.

Himari menatap ke arah kios kosong dengan wajah yang kosong. Dia tetap menggoyangkan punggungku ketika aku runtuh kelelahan di atas meja.

[Hei, apa itu!? Benda kuning itu?]

[Tidak ada, bahkan kalau kamu bilang begitu, ada banyak benda kuning di sini....]

[Kalung itu! Bukankah itu, ada gelembung di bintangnya!]

[...Kalung dengan gelembung di dalamnya?]

Mengingat itu kembali. Aku mengeluarkan perhiasan terakhir dari inventaris.

Sebuah bunga dengan benang sari berwarna kuning dan lima kelopak berwarna putih yang indah.

Nirinsou

Itu adalah rumput abadi yang tumbuh secara abadi di dataran tinggi. Karena hanya ada dua di tiap tangkai, makanya bunga itu dinamai demikian. Ini bukan bunga yang aku urus, tetapi itu sudah mekar entah sejak kapan.

Ada banyak getah di bunga Nirinsou yang telah diawetkan. Dikerjakan ulang bagaikan bunga amber yang dililitkan di kalung.

Namun, itu hanya barang cacat produksi. Ada banyak gelembung udara di getahnya. Jujur saja, benda-benda yang dijual sudah berkurang. Hanya butuh dipercantik dari luarnya karena tujuannya adalah untuk menghiasi kios perhiasan.

Himari mengilaukan matanya dan menatap ke kalung itu.

[Ah--, semoga beruntung! Aku lupa untuk membelinya kemarin--!]

[Ini, hanyalah sebuah produk yang cacat produksi.]

[Mengapa!? Itu tampak lucu begini!]

[Em, kalau kamu mau itu kalau begitu ini buatmu saja aku kasih. Aku tidak ingin menerima uang dari menjual barang jelek....]

[Benarkah!? Natsume-kun sangat baik hati.]

[Uwa!?]

Aku hampir melompat ketika dia memelukku dari belakang.

... Terlalu menegangkan. Pemikiran buruk mulai berdatangan.

[Ada baiknya juga menolongmu. Sangat beruntung.]

[Menolongku.... Sudah kuduga kamu telah melakukan sesuatu?]

[Ufufu--. Apa yang telah aku lakukan---?]

Himari menerimanya dengan puas hati dan dengan cepat memakainya di lehernya.

Itu cocok dengan orang yang aktif seperti dirinya juga. Tepatnya karena kalung itu memiliki gelembung udara, kupikir itu akan cocok dengan kemurniannya yang murni.

....Itu seperti reaksi kimia. Meskipun ini barang yang cacat produksi, itu tergantung kembali ke pemakainya, itu bisa saja sangat indah. Aku benar-benar mengaguminya. 

Hanya saja perkataan Himari selanjutnya membuat perasaan itu hilang.

[Kalung ini, sebenarnya aku sudah memperhatikannya sejak awal--. Aku melihatnya ketika kamu menuangkan getahnya di dalam ruangan ini.

[Apa? Dari sebelah mana...?]

[Dari lorong jendela oi. Natsume-kun apa kamu benar-benar mengabaikanku?]

[Aku tidak memperhatikannya...]

[Walaupun aku memanggilmu....]

[Benarkah?!]

[Kamu tidak menatap ke arahku sama sekali, apakah kamu--- tidak dapat dipercaya, sampai kemarin kamu belum mengenaliku.]

[Ten-Tentang itu. Mohon maaf....]

Aku tidak mengingat apapun sama sekali.

Sejak dulu aku hanya fokus akan satu hal, aku tidak dapat memberikan perhatian terhadap sekelilingku... Tanpa diduga, aku dilihat oleh seseorang.

[Lalu, haruskah kita pergi?]

[Eh? Mau pergi ke mana?]

Lalu Himari tersenyum.

[Mari pergi bersama, Tampan ❤️.]

....Lalu aku akhirnya menyadari sesuatu.

Gadis yang bernama Himari ini adalah teman seangkatan yang sangat populer di sekolah.

[Si Gadis Bandel, Inuzuka Himari.]

Semua orang di sekolah, dari laki-laki sampai perempuan, dari senpai sampai kouhai, bahkan guru pun mengenalinya. Dia terkenal karena memiliki segalanya di telapak tangannya.

Hubungan darahnya <keluarganya> rata-rata memiliki status yang tinggi.

Keluarga Inuzuka sudah menjadi pemilik tanah sejak Zaman Taishou.

(TL Note: Zaman Taishou dimulai 30 Juli 1912, dan berakhir pada 25 Desember 1926.)

Kakeknya adalah seorang mantan anggota parlemen. Ayahnya adalah seorang diplomat.

Abangnya yang sudah lama terpisah adalah seorang pengusaha sukses dan anggota parlemen daerah yang energik.

Tampaknya tadi malam, sebuah artikel dari koran populer memosting perhiasan bunga ini di Twitter. Juga, disebutkan bahwa perhiasan itu dijual di festival budaya. Orang yang memosting ini adalah seorang teman dari Abangnya Himari, dan para kouhai wanitanya dari universitas yang melihatnya datang berkunjung.

Kami pergi bersama...., Singgah di M*s Burger dengan maksud ingin berterima kasih padanya, aku melihat akun bank-ku dengan bangganya. Diminta untuk membeli lewat Twitter, itu cukup banyak. Atau ada juga pertanyaan-pertanyaan seperti [Di mana aku bisa membelinya?]. Aku merasa khawatir tentang privasiku.

[Kamu hebat....]

[Tidak, aku hanya, ahli dalam mengemis---]

Senyuman polosnya, benar-benar membuat damai.

[Mengapa kamu membantuku?]

[Hm?]

Dia menyesap sedikit smoothie itu, lalu mengatakan kalimat yang aneh.

[Aku tidak membantumu. Karena aku tidak bersimpati padamu.]

Himari memeriksa Twitter dan melanjutkan.

[Kupikir aku hanya ingin menjual ini. Makanya aku meminta abangku untuk melakukannya. Itu bukan karena aku melihat Natsume-kun sebagai orang yang menyedihkan lalu membantumu. Jangan salah paham--]

[.....]

Dia secara acuh tak acuh mengucapkan kata-kata itu.

Lalu dia membuka matanya lalu mengatakan sesuatu yang tidak dapat dipercaya.

[Mari kita lakukan bersama--. Toko perhiasan bunga itu. Aku juga akan membantumu.]

[Apa?]

Apa yang dia bilang barusan?

Dia menatapku dengan kedua matanya dan mengucapkan kata-kata yang sedikit sombong.

[Itulah aku, dulu kurasa aku bisa melakukan banyak hal-- olahraga dan belajar keduanya sangat bagus, dan juga imut. Dikenal luas, dicintai, dan imut?]

[....Inuzuka-san, sekarang kamu telah menyebutkan kata imut itu sebanyak dua kali, bukan.]

Tidak, bahkan jika ditertawakan olehnya sudah terasa canggung.

Maaf, aku bukan tipe orang yang bisa bilang "Iya, gadis tercantik di dunia." dengan mudahnya.

[Tetapi yang aku lakukan, hanya meminjam kekuatan dari orang lain. Jadi aku ingin mencoba seperti Natsume-kun.]

[Tidak, kamu masih belum tahu apa-apa tentangku...]

Matanya berbinar bahkan lebih.

Dia malah melanjutkan berbicara daripada menungguku menyelesaikan kata-kataku.

[Setelah klub bonsai bubar, kebun di belakang halaman jadi terbengkalai, dan aku tahu Natsume-kun datang untuk merawat tanaman-tanaman itu setiap hari. Perhiasan-perhiasan itu, dibuat langsung dari mereka...]

Tebakan yang hebat.

Terlebih lagi, Himari menceritakan semua sejarah gelapku.

[Aku tahu kamu bahkan menamai bunga-bunga. Ketika menyiapkan festival budaya, kamu bahkan menangis lalu memotong pohon itu satu per satu--]

[A-Apa kamu melihatnya?]

[Juga, kamu menyirami sambil berbicara kepada bunga-bunga ya---. Seperti, "Kalian sangat cantik hari ini.", "Hanya kalianlah rekan-rekanku", "Aku masih mencintai kalian bahkan kalau kita harus saling terpisah." benar? Mengapa kamu harus menggunakan kata-kata yang menggoda kepada bunga-bunga itu?]

[Kamu harusnya membunuhku saja....!?]

Himari tertawa selagi aku aku kesakitan.

[Sebenarnya, aku tadinya hanya ingin membeli perhiasan, tetapi ternyata lebih buruk dari yang aku kira. Hal ini sangat hebat, aku menggunakan kehendak hidupku tanpa pikir-pikir lagi.]

[Harapan, seumur hidup....?]

[Em. Aspirasi seumur hidup. Ini benar-benar penting.]

Dia dengan malu-malu menatap ke arahku.

[Jadi, aku ingin Natsume-kun bertanggung jawab.]

[Ah.....]

Kata-kata ini, seperti pukulan, memukulku dengan keras di perutku. Tepat sekali, bagaimana jika aku membiarkan semua itu berlalu begitu saja waktu itu.... Tidak, tentu saja aku memahaminya.

Aku hanya bisa melihat bayanganku berdiri sendiri di depan gunung inventaris.

[Tanggung jawab, secara khusus....!?]

[Hm...?]

Himari meletakkan dagunya di atas jari telunjuknya dan memiringkan kepalanya dengan penuh pemikiran.

Himari bicara terus terang dengan mata berkilau.

[Maukah kamu memberikanku kedua matamu?]

Rasa santai berlari keluar dari tulang punggungku.

Menatapku secara tidak sengaja merusak hamburger yang ada di tanganku dan berkata selagi Himari mencoba untuk menahan tawanya.

[Apa kamu yakin tidak suka semburan?]

[Tidak, aku mengerti. Tetapi aku akan berada dalam masalah kalau aku tidak melakukannya....]

Himari mengambil kentang goreng untuk menangkap saus teriyaki yang jatuh dari pembungkus hamburgerku. Aku tidak tahu apa dia memujiku atau meremehkanku selagi dia menaruh kentang goreng itu di mulutnya dan berkata [Natsume-kun itu hebat, kamu punya reaksi yang berlebihan tanpa terlihat di wajahmu. Itulah poin yang aku suka.]

Himari lalu mengambil sedotan di cangkir smoothie. Smoothie itu bercampur dengan saus teriyaki yang menempel di bibirnya.... Karena beberapa alasan, aku merasa itu sedikit erotis.

Seolah tidak tahu apa yang terjadi, Himari berkata dengan wajah serius.

[Aku menyukai mata Natsume-kun, ketika kamu membuat perhiasan itu. Sepasang mata yang berbinar dan penuh gairah menatap ke arah perhiasan itu. Itu sangat indah.]

[Mataku....?]

Suara *slurp* datang dari cangkir smoothie Himari lagi.

Dengan cerianya dia memegang sedotan sambil tersenyum "Ufufu". 

[Jadi, maukah kamu memperlihatkan padaku tatapan itu secara sukarela? Apa itu sulit? Kalau begitu, aku akan membeli perhiasanmu, sebanyak yang kamu mau. .... Jadilah teman dekatku, oke?]

[.....]

Aku tidak mengucapkan satu patah katapun dan hanya mengangguk.

Jujur saja, aku masih belum memahami perkataan Himari. Itu bukan karena pernyataan anehnya bahwa aku harus setuju dengan permintaannya, tetapi aku hanya takut [Ah, aku penasaran apa yang akan dia lakukan kalau aku menolaknya.].

Tetapi karena beberapa alasan---, aku memiliki perasaan "ingin berteman" dengan Himari.

Karena sejak aku lahir, aku akhirnya bertemu yang melihat kelayakanku <sebagai teman>. Dia bilang dia menyukai keantusiasanku yang bahkan teman-temanku dan anggota keluargaku tidak mengertinya.

Kalung itu tampak mencoba untuk lebih menyoroti keberadaannya.

Makna dari bunga nirinsou adalah "Persahabatan", "Kerja Sama" dan "Tidak Pernah Berpaling".

Bunga nirinsou itu tak lain hanyalah penggambaran dari seorang manusia yang baik rupa dan dapat dipercaya.

Aku punya perasaan kalau gadis yang bernama Himari ini adalah bunga nirinsou yang muncul dalam wujud manusia. Itu sangat salah kalau aku tidak terpukul jatuh olehnya.

[Ah.] Bisikan Himari membuatku lebih semangat lagi.

Setelah itu, suasananya tiba-tiba menjadi lebih ringan.... Seharusnya itu bisa dibilang begitu dari awal daripada memudar. Dan suasana serius itu menghilang, dan dia menunjukkan senyum cerianya yang sudah aku lihat di ruang klub sains.

[Tentu saja tidak ada yang namanya cinta di sini--. Apa itu sangat mengganggu? Cinta itu, bagaikan kuman yang bisa merusak segalanya. Jadi tidak ada hubungan cinta di antara kita.]

Kata-kata yang bagaikan sajak yang mengesankan sebelumnya sudah berubah sepenuhnya, sedikit melonggar.

...Ya, aku mengerti apa yang dia ingin katakan. Secara umum, itu sangat penting untuk memisahkan antara cinta dengan bisnis.

[Natsume-kun, bagaimana menurutmu? Apa itu baik-baik saja?]

Di bawah meja, Himari mencubit kakiku menggunakan telapak kakinya.... Ya, jika seorang gadis cantik secara spontan melakukannya kepada seorang anak laki-laki seperti yang Himari lakukan, normalnya anak laki-laki itu akan menyukai gadis itu. Seperti ada rasa kedekatan. Atau apakah kamu memiliki kepribadian yang ceria?

Himari menaruh kedua tangannya di dagunya dan menggelengkan kepalanya sepertinya dia bersenang-senang. Rambut cantiknya bergoyang ke kiri dan kanan.

[Atau, mungkinkah kamu sudah jatuh cinta padaku? Sudahkah kamu jatuh cinta padaku?]

[.......]

Himari mengerutkan dahi.

Menatap ke arah muka terkejut itu.... Aku menyadari bahwa situasi yang kemarin telah kembali lagi.

[Aku, aku tidak akrab dengan para gadis cantik. Kakak-kakakku begitu cantik dan populer tetapi... Aku pernah dimintai oleh mereka untuk bertanya perasaan sejati dari pacar-pacar mereka sejak aku masih SD. Bunga-bunga mawar itu, menyeramkan.]

[........]

Himari menatap kosong ke arahku.

Lalu secara perlahan menggelengkan bahunya, tidak bisa apa-apa selain berkata dengan keras.

[Puha---! Bunga mawar!? Boleh juga, ya. Seperti yang kuduga Yuu itu memang hebat!]

Berkata demikian, Himari tertawa selagi aku menggaruk hidungku.

Tampak sepertinya, aku lulus "Permintaan Tes" ini pada akhirnya.... Tetapi, dipanggil dengan nama "Yuu" secara alami membuatku tidak nyaman. Walaupun aku tidak sedang mencintainya, mendadak dipanggil dengan nama panggilan oleh seorang gadis membuatku ingin meninggal.

[Akan lebih baik, jika semua anak laki-laki seperti Yuu...]

[Tidak, itu tidak mungkin. Kalau itu anak laki-laki normal, kupikir akan ada sekitar tiga orang yang jatuh cinta padamu saat ini, dan ada sekitar lima kali pengakuan.] (TL Note: Pengakuan =  Confession = Penembakan; kalau pakai penembakan seram amat ya.)

[Mengapa pengakuannya lebih banyak!?]

[Mungkin saja, karena sudah menjadi prioritas untuk bilang apa yang kamu ingin lakukan dengan gadis cantik....?]

Himari menjentikkan jarinya tampak puas.

[Ah--! Iya! Banyak orang berkata demikian beberapa kali. Banyaknya para senpai dan kouhai. Tetapi Yuu, kalau kamu merasa malu, bukankah tidak apa-apa tidak usah bilang begitu?]

[Tidak, Inuzuka-san, orang yang murni. Menjadi orang yang dengan seperti itu....]

[Ahahaha. Kamu tidak harus mencoba sekeras itu---. Tetapi, mungkin aku ingin membuat malu orang-orang seperti Yuu dengan cara terlibat imut---.]

[Aku, aku sangat bersyukur tentang yang satu itu.... tetapi, ini restoran jadi bisakah kamu tidak melakukannya di sini?]

Kalau itu pria sepertiku, aku akan membiarkan gadis seperti Himari berkata demikian, tetapi aku ingin dia berhenti karena semua orang menatap ke sebelah sini.

.... Tetapi, Apakah itu karena perasaan damai di pikiranku ini muncul di depan "Teman Ideal"-ku ini.

[Tetapi, terus terang saja, aku sudah terkenal sebelum aku merasakan cinta. Itu mustahil untuk dimengerti bukankah begitu--. Aku punya firasat kalau aku tidak akan memiliki cinta yang bertahan lama di masa depan.]

[Eh. Apa maksudmu?]

[Itu lebih seperti dicintai oleh semua orang--. Setelah itu, aku ditembak, dan aku menjadi lebih dewasa ketika aku sadar bahwa "Ah, ini hanya karena aku populer--". Mungkin saja, sampai sekarang aku masih menemukan cinta pertamaku.]

[Bagiku, cinta itu cukup menderita, selain itu sepertinya juga sangat melelahkan.]

[Apa Yuu pernah punya pacar?]

[Bagaimana bisa aku tertarik dengan hal yang seperti itu. Tetapi, jika itu dengan gadis yang aku suka...]

Mata Himari melotot.

Himari membungkuk dan terdengar sedikit penasaran.

[Apa itu baik-baik saja? Siapa orang itu? Kalau aku kenal, mungkin aku bisa membantumu, bukan?]

[Tidak, tentu saja tidak mungkin. Benar-benar tidak mungkin. Pertama-tama, aku tidak tahu aku benar-benar menyukainya atau tidak... Gadis itu yang dulu aku kenal ketika aku jalan-jalan waktu aku masih SD.]

Himari ingin mengeluarkan suara "Cin".

[Cinta yang murni...!?]

[... Begitulah ceritanya, tidak.]

.... Bagaimana mungkin.

Himari tidak menyerah pada kelemahannya dan terus menggodaku. Tetapi, bahkan yang lebih mengejutkan tidak ada niat jahat. Itu murni, karena rasa aman yang aneh ini bahwa aku terasa seperti kawan lama, jadi aku bisa bilang semua hal.

[Iya, tidak peduli apapun, bukankah kita akan sangat cocok? Yuu ternyata lebih mudah untuk diajak bicara daripada yang kupikir. Ini seperti takdir--]

[Ah, apa benar kita cocok--.?]

[Seolah-olah itu tidak akan menjadi pernikahan yang normal.]

Kalau benar begitu, itulah yang benar-benar kurasakan.

Himari memisahkan dirinya dari dunia yang penuh dengan penderitaan, dan aku hanyalah orang bodoh yang menyukai bunga. Tampaknya dia mencoba untuk berbaur dengan teman-teman sekelasnya, sementara aku tidak.

Kalau kami bilang pertemuan di antara kami itu sudah ditakdirkan, lalu itu hanya kami secara tidak sengaja cocok <sebagai teman>. Himari dan aku sudah cocok sejak pertama kali kami bertemu.

[Yuu begini. Kalau kamu sudah berumur tiga puluh tahun, dan kamu masih melajang, maukah kamu tinggal bersamaku?]

[Cukup sampai di situ saja, tetapi mengapa harus menunggu sampai berumur tiga puluh tahun...?]

[Hmm. Jadi haruskah ada batas waktu di awal? Secara umum, mari kita tetap fokus pada tujuan kita sampai waktunya, oke?]

[Ah, begitu ya...]

Itu benar kalau semua hal harus dibedakan dengan jelas. Harus bertaruh dengan nyawa, itulah kegagalan... Dengan kata lain, ini dibutuhkan untuk mempersiapkan segala hal dalam rangka agar dapat memulai lagi.

[Kalau kamu sudah berumur tiga puluh tahun, maukah kamu memilihku <sebagai istrimu>?]

Danjoru? 1-1

Himari menatap ke arahku dan bicara secara santai. Perlahan mengocok cangkir smoothie-nya di udara.

Melihat melalui harapan yang bersembunyi di dalam hati secara sederhana, aku mengeluarkan desahan panjang.

[.... Dengan Himari, tentu saja tidak. Aku, aku lebih memilih gadis yang sangat feminim. Maafkan aku ya.]

Himari mengeluarkan ketawa [Fuha] seperti yang kuduga. Lalu Himari berkata, [Mungkin saja, ini pertama kalinya aku ditolak--.], tertawa sangat keras begitu, hampir tercekik.

Aku tidak tahu apa yang dia tertawai tetapi... Tampaknya, aku sudah tahu kegemaran gadis ini.

Dan seperti itulah, akhirnya aku menjalin persahabatan.

Aku dan gadis yang bernama Himari ini, akan bersama seumur hidup sebagai dua pasang sahabat.

Kepercayaan mendadak yang dramatis itu, tanpa terduga runtuh hanya dalam jangka waktu dua tahun.... Tidak, sebenarnya kehidupan manusia tidak akan berjalan dengan sangat lancar, bukan.


←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama