Bab 176
Teman-Teman Sekelasku Melihatnya
Hari pertamaku sebagai anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya telah berakhir.
Walaupun ini merupakan hari pertama, rasa-rasanya tugasku selama Festival Budaya hampir selesai. Meskipun aku yang bertanggung jawab atas patroli pada hari pertama, Sasaki-kun lah yang akan bertanggung jawab atas patroli besok, pada hari kedua. Bisa dibilang kalau di hari kedua Festival Budaya, aku cukup bebas, kecuali pada upacara penutupan. Fakta bahwa aku bisa kelonggaran waktu kayak gini mungkin itu karena usaha para senpai di Panitia Pelaksana Festival Budaya dan juga bantuan dari OSIS dan Wataru.
"Eum, apa ada yang dapat aku bantu?"
"Ah, Natsukawa-san! Ini sudah hampir selesai, jadi tidak apa-apa!"
"Begitu ya..."
Aku melepaskan ban lenganku sebagai anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya dan kembali jadi anggota Kelas X-C. Aku menawarkan diriku untuk membantu dalam kompetisi teka-teki yang diselenggarakan oleh kelasku karena aku belum banyak terlibat di dalamnya, tetapi tampaknya mereka sudah selesai bersih-bersih buat hari pertama.
Saat aku menatap ke sekeliling, aku mendapati punggung seseorang yang sudah tidak asing lagi. Saat aku bertemu dengannya sebelumnya, ia masih mengenakan kostum kosplay anjing (*ia bilang padaku kalau itu merupakan kostum binatang), tetapi sekarang ia sudah mengenakan seragam sekolah biasa. Aku pun berjalan ke arahnya dan memanggilnya dari belakang.
"Apa yang sedang kamu lakukan?"
"Ah, Natsukawa—Wah."
"Ah—."
Saat Wataru berbalik dan menatap ke arahku, ia mengangkat punggungnya. Melihat reaksinya, aku sadar untuk pertama kalinya kalau aku sudah terlalu dekat dengan Wataru.
Aku pun panik dan mundur selangkah dengan tergesa-gesa. Wajahku terasa panas, tetapi aku langsung mengipasi wajahku dengan tanganku sampai-sampai itu tampak jelas. Aku harap wajahku tidak memerah, dan aku perlahan menurunkan pandanganku agar aku tidak melakukan kontak mata dengannya.
"Itu— Maafkan aku..."
"Ah, tidak, bukan apa-apa, kok..."
Meskipun suasananya jadi agak canggung, namun saat ini hal itu tampak kayak "kejadian yang lumrah". Aku merasa kalau hubunganku dengan Wataru memang telah banyak berubah. Karena suatu alasan, aku merasa kalau aku tidak perlu takut dengan hal semacam ini, dan juga ada perasaan positif yang menghinggapi diriku.
Saat aku sudah kembali tenang dan melakukan kontak mata dengannya seakan-akan aku mengajukan pertanyaan yang aku ajukan tadi padanya lagi, Wataru mengusap bagian belakang kepalanya seakan-akan ia merasa terganggu, dan ia berkata dengan raut wajahnya yang agak malu-malu.
"—Aku barusan menendang Sasaki..."
"Apa yang sedang kamu lakukan!?"
Eh, pikirku, dan saat aku mengintip ke belakang Wataru, aku mendapati ada Sasaki-kun yang mengenakan kostum anjing, sama kayak yang dikenakan Wataru saat aku bertemu padanya saat istirahat makan siang. Ia tampak kelelahan dan sedang duduk di bangku yang menempel dengan dinding sambil merentangkan kakinya. Caranya menatap ke arah lantai dengan tatapan mata yang kosong dan hampa seakan-akan merusak wajahnya yang tampan.
"Hei, bangunlah, dasar kamu b*jingan."
"Tung-Tunggu sebentar! Itu tidak bagus!"
Wataru menyerang jari-jari kaki Sasaki secara berirama dengan kakinya. Meskipun ia menendang Sasaki-kun, tetapi kayaknya itu memang tidak menimbulkan rasa sakit, namun tetap saja itu tidak mengubah fakta kalau itu merupakan hal yang mengerikan. Aku secara alami menarik lengan Wataru untuk menghentikannya, karena caranya memperlakukan Sasaki-kun yang sedang kelelahan dengan sangat kasar.
"Hah, aku rasa aku akan cukupkan saja sampai di sini..."
"Sudahlah... ....Sasaki-kun, mengapa ia jadi kayak gini padamu? Apa jangan-jangan kamu telah..."
"Tidak, tidak, memang selalu saja kayak gini sejak awal. Makanya aku telah bekerja keras kayak gini. Begitulah."
"Jangan berbohong!"
Kalau disimak lagi dari apa yang aku dengar dari cerita mereka, tampaknya Sasaki-kun merasa semakin merasa terganggu yang disebabkan oleh kehadiran adiknya. Kayaknya Wataru juga ikut merasa terganggu yang disebabkan oleh adiknya Sasaki-kun, dan ia melampiaskan kekesalannya pada abangnya, Sasaki-kun. Mereka sama sekali tidak melakukan upaya apapun untuk itu....
"Ada di mana adiknya saat ini...?"
"Aku tidak tahu. Aku rasa Sasaki mungkin sudah menyuruhnya pulang, tetapi aku berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya."
"Eh...?"
Wataru tiba-tiba bilang begitu dengan wajah datar. Ekspresinya memang menunjukkan sebuah kata yang memiliki makna yang agak tersirat.
Saat aku sedang memikirkan hal itu, karena beberapa alasan, rasa dingin menjalar di tulang belakangku. Aku merasa kayak aku merasakan tatapan yang kuat dari suatu tempat yang jauh di luar jendela. Aku memeriksa ke sekeliling, tetapi tampaknya tidak ada yang memperhatikanku. Apa ini cuma imajinasiku saja...?
"Eum... ...Apa yang akan kamu lakukan mengenai hal ini? Sasaki-kun?"
"Mari kita hubungi Pusat Kesehatan."
"Apa kamu serius?"
"Aduh!"
Wataru segera mulai bercanda saat kita sedang bicara soal Sasaki-kun ataupun Yamazaki-kun. Meskipun Sasaki-kun itu mengenakan kostum anjing sungguhan, terlalu berlebihan kalau ia tiba-tiba ditangani oleh Pusat Kesehatan. Aku pikir ia mungkin cuma bercanda, tetapi aku menyikutnya dengan sikuku.
"—Eum, aku yang akan mengurusnya."
"Eh?"
Saat itu, ada sebuah suara yang memanggil dari belakangku.
Aku menoleh ke belakang dengan terkejut karena kemunculan seorang calon orang tua asuh yang tidak disangka-sangka. Saitou-san menatapku dengan ekspresi ketakutan. Dia mungkin baru saja menyelesaikan acara Ekskul Upacara Minum Teh, atau mungkin dia membawa tas berisi semacam kostum di bahunya. Aku tidak tahu mengapa, tetapi anehnya dia tampak menatap lurus ke arahku. Tetapi aku tidak merasa merinding kayak sebelumnya.
"...Aku paham."
"Eh?"
Wataru bergumam dengan suara kecil. Ia kayaknya paham akan sesuatu, sedangkan aku tidak paham apa-apa. Mengapa Saitou-san yang pertama kali maju ke depan? Aku penasaran ini ada hubungannya dengan Sasaki-kun.
Kayaknya Sasaki-kun juga ada hubungannya dengan Wataru juga. Tanpa sepengetahuannya, Wataru mengajak bicara cewek yang belum pernah ia ajak bicara sebelumnya yang entah mengapa jadi kenalan Wataru sebelum ia mengenalnya...
"Eum... ...Mengapa kamu menatapku dengan mata setengah terbuka kayak gitu...?"
"Bukan apa-apa, kok..."
Aku rasa ia bersenang-senang setelah pergi berkeliling-keliling Festival Budaya dengan Ichinose-san dan cewek-cewek SMP hari ini, sementara aku sedang bertugas sebagai anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya. Aku mungkin telah memandang Wataru dengan sedikit kebencian, tetapi itu bukan berarti aku tidak menyukai hal itu, ya.
"Eum..."
"Ah, maafkan aku, Saitou-san. Sasaki ini. Jangan lupa untuk mengajaknya jalan-jalan dua kali sehari dan memberinya makan di pagi dan sore hari."
"Sasaki-kun itu bukan seekor anjing."
"Eh... ...Apa kamu benar-benar serius...?"
"Kamu cuma bersikap kasar, bukan?— —Eh, Tung-Tunggu sebentar..."
Saat kami sedang berbicara, aku merasakan ada sebuah tangan yang tiba-tiba diletakkan di punggungku. Jantungku berdegup kencang. Aku terdiam sebelum aku dapat menatap ke arah Wataru dengan heran. Yang dapat aku lakukan cuma menggerakkan mulutku untuk menyampaikan kegelisahanku.
"Sudah biarkan saja mereka..."
Ia bilang begitu sambil berbisik, lalu mendorong punggungku dan kami berdua melewati Saitou-san. Saat ia mengajakku ke lorong, tangannya yang ada di punggungku, sudah meninggalkan punggungku. Di saat yang sama, tubuhku yang telah didorong menjadi bebas.
"As-Astaga..."
Bukannya aku tidak menyukai hal itu, tetapi tubuhku menegang saat ada yang menyentuhku tiba-tiba kayak gitu. Aku jadi merasa gugup, jadi aku mohon jangan lakukan itu padaku secara tiba-tiba lagi. Aku merasa ingin marah padanya, tetapi entah mengapa aku tidak dapat memikirkan kata-kata yang tepat untuk aku ucapkan.
"Aku barusan cuma membaca suasananya. Maafkan aku."
"Kamu bilang kamu barusan cuma membaca suasananya... ...Eh?"
Apa itu yang kamu maksud dengan ini?
Mau tidak mau aku mencondongkan tubuhku ke depan dan mengajukan pertanyaan padanya. Apa ini memang sifat alamiku sebagai seorang cewek SMA? Atau, apa ini karena aku tiba-tiba semakin tertarik pada kehidupan cinta orang lain? Saat aku melakukan kontak mata dengannya untuk mendapatkan informasi lebih lanjut, Wataru tampak kayak merasa menyesal dan mengusap bagian belakang kepalanya kayak sebelumnya. Kayaknya, ia tidak mau bicara.
Aku mengintip ke dalam kelas untuk menyaksikan apa yang terjadi karena aku sudah penasaran, tetapi aku mendapati bahwa Sasaki-kun sudah dihidupkan kembali dan tampak kebingungan di depan Saitou-san.
"—Mata cowok yang sangat tampan."
"Tunggu sebentar!"
Aku rasa itu bukanlah kata-kata yang tepat untuk diucapkan di ruangan yang manis dan masam itu. Buatku, cuma dengan menyaksikan mereka dari luar saja sudah membuatku mau mendukung mereka. Tetapi tetap saja, aku tidak paham mengapa Wataru tampak sangat tidak puas.
Pertama-tama. Bagaimana pendapat Wataru saat mendengarkan seseorang mengucapkan kata-kata kayak gitu? Ia memandang Sasaki-kun dengan tatapan iri, tetapi aku dengar kalau Wataru menghabiskan sepanjang hari ini dengan pergi berkeliling-keliling dengan tiga orang cewek, termasuk adiknya Sasaki-kun. Hal ini merupakan sesuatu yang akan membuat iri cowok-cowok di sekelilingnya. Atau lebih tepatnya, bukannya rasio cowok : cewek di rombongan mereka agak sedikit aneh?
Semakin aku memikirkannya, semakin aku mulai khawatir dan bertanya-tanya. Aku penasaran kayak apa setengah hari yang Wataru habiskan dengan dikelilingi oleh tiga orang cewek. Aku mau sekali mendengar pendapatnya.
"Hei—"
"Aichi, kita nikah yuk."
"Eh...!?"
Aku terkejut dengan lamaran dan pelukan yang tiba-tiba itu. Aku melihat ke arah sentuhan hangat itu, dan sebelum aku menyadarinya, Kei sudah memeluk pinggangku dan membelai pipiku. Aku dapat mencium aroma jeruk yang harum dari rambutnya. Dia pasti baru saja mandi setelah menyelesaikan kegiatan Ekskul Bola Volinya.
"Hmm~"
"Tung-Tunggu sebentar...!"
Kei selalu ada dalam mode manja semenjak dia tahu kalau aku punya adik cewek. Terlebih lagi, aku rasa hari ini dia mungkin merasa sangat lelah dan kayaknya dia tidak mau pergi dariku. Saat dia mulai mengatakan hal-hal yang tidak dapat aku pahami, itu tandanya dia mulai tidak terkendali.
"Hei, Ashida, kamu.—"
"Diamlah."
"..."
Wataru tampaknya tidak dapat mengucapkan sepatah katapun, apalagi bertanya padanya.
♦
Wali Kelas kami, Ibu Ootsuki, datang ke ruang kelas kami dan mulai berbincang-bincang dengan asyik bersama sekelompok siswi. Rupanya tidak ada pembinaan Wali Kelas dan kelas telah dibubarkan dengan bebas sebelum kami menyadarinya.
"Kei, mari kita pulang ?"
"Mari kita pulang..."
Kei pasti akan bersenang-senang dengan semua orang kalau saja dia masih punya tenaga yang tersisa, tetapi hari ini dia tampaknya sudah tertidur. Aku mencoba membangunkannya dengan memaparkannya pada udara yang sedikit dingin di lorong tanpa jendela, tetapi kayaknya tidak terlalu banyak terpengaruh.
"...?"
"Hmm~...?"
Saat aku hendak berdiri dan menarik tangan Kei, aku mendengar suara lantang yang berasal dari ambang pintu lorong. Kayaknya ada seseorang yang mendekati kami. Di balik pintu kaca yang transparan itu, aku melihat sekilas wajahnya.
"Sasaki-kun...?"
"Eh? Sasakichi?"
"...Bukannya kamu memanggilnya dengan panggilan lain sebelumnya?"
Sementara aku penasaran dengan nama panggilan apa Kei memanggil Sasaki-kun sebelumnya, pintu masuk terbuka. Saat aku memperhatikannya, Sasaki-kun kayaknya menarik lengan seseorang. Sejauh yang aku lihat, orang yang ditarik lengannya kayaknya tidak terlalu tertarik untuk mengikuti Sasaki-kun. Aku penasaran apa itu mungkin Saitou-san? Tadinya aku kira begitu, tetapi segera menyadari kalau ternyata aku salah.
"Eh, bukannya itu Sajocchi?"
"Iya..."
Wataru bergerak maju seakan-akan ditarik oleh Sasaki-kun. Raut wajahnya tampak sangat kerepotan. Aku penasaran apa yang sebenarnya terjadi pada mereka.
'Tolonglah aku, Sajou — Cuma kamu saja yang aku punya!!'
"!?"
"!?"
Eh?