Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 7 Bab 170

Bab 170
Cuma Satu Kali Saja

Setelah matanya bertemu dengan mataku, Natsukawa memutar matanya sedikit, lalu tiba-tiba dia memasukkan kukis berbentuk kucing itu ke dalam mulutnya. Natsukawa, yang telah memasukkan kukis itu ke mulutnya, mulai mengunyah sepotong kecil kukis itu. Aku merasa ingin merekam video. Lagipula, layar perekam video di ponsel pintarku sudah terbuka di saku sebelah kananku.

"...!"

Seakan-akan aku sudah terlalu banyak menatapnya, Natsukawa dengan malu-malu menutupi mulutnya dengan ujung tangannya sambil membelakangiku. Iya, dia memang imut. Itu membuatku sangat bersemangat begitu saja. Peringkat teratas itu paling cepat naik buatku. Saat ini ada di peringkat nomor satu dalam hal retweet.

Seakan-akan dia telah menelan kukis itu, Natsukawa membalikkan badannya dan mendekat padaku sambil mengeluarkan suara keras. Wajahnya tampak agak cemberut, mungkin karena dia merasa acuh sebelumnya. Gawat, dia agak merasa marah padaku...?

"..."

"Wah!"

Tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia memukulku dengan telapak tangan kanannya ke dadaku. Ketimbang serangan sepele semacam itu, aku lebih terkejut dengan sentuhan tubuh yang tidak terduga, dan aku pun mengeluarkan suara kayak seekor anak anjing. Di sebelah mana dia menyentuhku?

"...Bu-Bukan apa-apa... ...Aku sedang tidak bermalas-malasan, loh...!"

"Eh...?"

"A-Aku sedang bertanya-tanya pada seseorang di Ekskul Ekonomi Rumah Tangga apa ada masalah, dan mereka malah memberikan kukis ini padaku...!"

Instingku menyuruhku agar aku membuat-buat alasan di suatu tempat. Kalau kalian perhatikan dengan seksama lebih dekat, kalian dapat melihat bahwa dia mengenakan ban lengan enamel di lengan kirinya dengan tulisan "Panitia Pelaksana Festival Budaya" tercetak di atasnya. Dia punya semacam protofon (walkie-talkie) yang tergantung di pinggangnya. Dia memang bilang kalau dia hendak patroli berkeliling-keliling selama Festival Budaya berlangsung, jadi dia mungkin sedang dalam perjalanan ke sana. Aku paham, apa dia benar-benar ada di dalam posisi di mana dia tidak boleh makan makanan yang manis-manis dan semacamnya sambil berkeliling-keliling?

"Bagian tubuhku yang kamu pukul barusan...?"

"Itu... ...karena caramu berpakaian, caramu menatapku, mengapa kamu malah sendirian saja di sini...? ...Aku tidak tahu mesti mulai dari mana!?"

"Jadi begitu."

Kayaknya, serangan tersebut merupakan ekspresi ketidakpuasan dengan berbagai pertanyaan yang dia punya. Aku bisa memahaminya. Kalau saja ada seorang cowok yang mengenakan kostum anjing kayak gini menatapku saat aku sedang makan, aku mungkin akan kayak sedang diolok-olok olehnya. Kalau saja yang menemukan orang kayak gitu itu aku, aku akan menyerahkannya ke Panitia Pelaksana Festival Budaya yang sedang berpatroli. Eh... ...Apa jangan-jangan aku akan ditangkap dan dipenjara saat ini...?

"Apa-apaan ini? Mengapa kamu jadi kayak gini...? ...Anjing jenis apa ini...?"

"Tidak, aku tidak tahu ini anjing jenis apa... ...Mungkin saja ini seekor anjing gembala."

"Dasar Pembohong."

Ini cuma seakan-akan kayak sepasang piyama dengan bulu coklat dan bagian perut yang berwarna putih.—Ini memang bukan piyama, tetapi ini merupakan kostum boneka binatang. —Natsukawa menatapku, mengorek-ngorek kain kostumku, seakan-akan sedang memeriksa bahannya. Paling tidak aku bisa bilang sesuatu yang sama modusnya soal kostum anjing jenis ini... ...Aku rasa ini mungkin benar-benar meniru model seekor anjing gembala sungguhan...

"...Mengapa kamu sendirian saja? Bukannya kamu harusnya pergi berkeliling-keliling bersama Ichinose-san dan kouhai cewek kalian...?"

"...? Tidak, kalau soal itu, kami mesti berpencar dulu buat saat ini.—Oke, ah!?"

"Kya!? A-Ada apa...?"

Gawat! Ini bukan waktunya buatku untuk mengobrol santai dengan Natsukawa! Tidak, ini penting juga karena ini menyangkut soal asupan seumur hidup! Kalau kita tidak segera menemukan Sasaki, kita tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Yuki-chan padanya! Aku mesti menemukan Sasaki secepatnya...!

"Natsukawa... ...Eum, cowok itu! Apa kamu tidak melihat Sasaki?"

"Eh!? ...Eh, Sasaki-kun?"

Tanya Natsukawa. Mungkin ada seorang cewek di Ekskul Ekonomi Rumah Tangga yang pergi bersama Sasaki. Dari obrolan soal dia mendapatkan kukis dari Ekskul Ekonomi Rumah Tangga, kayaknya Natsukawa sudah ada di sekitar sini untuk waktu yang cukup lama, jadi mungkin saja dia sudah melihat Sasaki.

"Memangnya ada apa dengan Sasaki-kun...?"

"5DSKS!" *5 detik sebelum kurungan serius.

"Eh?"

"Tidak, bukan begitu, eum...!"

Aku tidak bisa! Karena aku sangat terburu-buru, sampai-sampai aku malah menceritakan krisis Sasaki dengan cara yang sesingkat mungkin! Mana mungkin dia akan paham kalau seseorang kayak aku bilang begitu secara tiba-tiba. Bagaimanapun, pertanyaannya yaitu apa Natsukawa tahu di mana keberadaan Sasaki.

"A-Adiknya Sasaki ada di sini, dan dia sedang mencari abangnya."

"Jadi begitu..."

Tenanglah, tidak ada gunanya panik di sini.

Natsukawa mungkin tahu kalau Sasaki dikagumi oleh adiknya. Namun, dia mungkin tidak tahu kalau adiknya seorang penyayang abang. Aku tidak tega memintanya untuk bekerja sama saat ini, dan bilang kalau Yuki-chan mungkin akan menimbulkan masalah. Yang terpenting, kalau seorang cewek cantik selevel Natsukawa mencari Sasaki, perhatian Yuki-chan mungkin akan tertuju pada Natsukawa. Itu sangat berisiko.

"Maaf, aku rasa aku belum melihatnya..."

"Be-Begitu ya..."

Tidak usah panik, mari kita tenangkan diri sejenak dan mencarinya.

Festival Budaya merupakan ajang khusus. Ada kemungkinan cewek yang bersamanya bukan cuma mau berkencan dengan Sasaki saja, dia mungkin sudah mempersiapkan banyak hal. Kalau perasaan mereka dapat bersatu hari ini, mereka akan dapat menghabiskan hari kedua Festival Budaya bersama sebagai sepasang kekasih. Ini mungkin bisa saja terjadi—.

"Terima kasih, Natsukawa. Aku sedang buru-buru."

"Ah, tung-tunggu sebentar...!"

Saat aku hendak berlari keluar, sambil merasa menyesal, aku dihentikan oleh Natsukawa. Aku sangat bahagia mendengarnya, apa yang membuatku berpikir begitu? Aku merasa prioritas Sasaki tiba-tiba saja sudah hilang dalam benakku.

Mau tidak mau aku berbalik dengan sedikit seringai di wajahku, lalu Natsukawa berkata dengan raut wajah yang agak sedikit kesal.

"Itu... ...Itu, loh!"

"Itu...?"

"Kostum itu... ...Apa kamu akan mengenakannya juga besok?"

"Tidak, aku tidak akan mengenakannya lagi, loh!"

Aku tidak akan mengenakannya lagi, loh?! Lagian, siapa juga yang mau dengan sengaja mengenakan kostum anjing kayak gini? Aku, yang bukan cowok yang tampan pun tidak mau, apalagi seorang cewek cantik, jadi tidak ada tuntutan khusus buatku untuk terus mengenakan kostum kayak gini ke mana pun. Aku benar-benar dijadikan lelucon.

"Kalau begitu... ...A-Aku mau mengambil fotomu cuma satu kali saja!"

"Hah...? Tidak, tunggu, mengapa kamu mengeluarkan ponsel pintarmu? Tunggu, bukannya kamu itu anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya?"

Natsukawa menghampiriku dengan panik sambil terburu-buru sambil mengutak-atik, ponsel pintarnya. Saat dia tiba tepat di depanku, dia berhenti sambil mengoperasikan ponsel pintarnya. Wajahnya agak merah, seakan-akan dia sedang buru-buru. Apa yang mendorong Natsukawa sampai berbuat kayak gitu?

...Eh, apa ini merupakan dua potretan pertama Natsukawa padaku dengan posisiku yang mengenakan kostum kayak gini? Seriusan? Ada apa dengan perasaan bahagia tetapi sedikit tidak nyaman ini...? ...Ini kayak saat aku sedang menata rambutku tetapi tidak punya waktu untuk melakukannya sebelum berangkat ke sekolah. Dapatkah aku punya waktu tiga jam untuk mengganti pakaianku?

"O-Oke? Kalau Natsukawa berkata sebanyak itu sampai-sampai kamu bersikeras.—"

"Ti-Tidak usah ganti pakaianmu!"

"Eh?"

"Tidak usah ganti pakaianmu!"

Saat aku berhenti sejenak dan berdiri kayak yang dia perintahkan padaku. Sedangkan Natsukawa, tidak berbaris di sampingku, tetapi dia terus mengarahkan lensa ponsel pintarnya ke arahku dari arah depan. Eh... ...Natsukawa-san? Bukannya itu posisi yang berbeda? Kalau kamu tetap membiarkannya kayak gitu, kamu cuma akan dapat melihatku seorang saja, bukan?

Saat aku merasa kasihan pada diriku sendiri karena tidak dapat mengikuti perkembangan yang pesat ini, dia terus memotretku kayak gini. Setelah beberapa saat, lalu dia memotretku dengan cepat dari jarak yang agak jauh. Tunggu sebentar, bukannya itu lain lagi ceritanya?

Eh, apa kamu memotretku...? Apa kamu barusan memotretku? Eh, cuma aku sendirian saja? Bukannya barusan itu cuma dua kali potretan saja?

Satu kali pemotretan buatku saat aku berubah jadi seekor anjing yang cacat?

"Eum — Natsukawa?"

"Iya... ...Iya. Aku berhasil memotretnya."

"Tidak... ..."Aku berhasil memotretnya", bukan begitu maksudku... ...Lalu, bukannya tadi kamu bilang itu cuma satu kali pemotretan saja?"

"Potretan yang pertama itu belum memasukkan seluruh tubuhmu, bukan?"

"Ah, iya."

Itu dikembalikan padaku secara normal dan aku tidak punya selain menganggukkan kepalaku.

Eh, memangnya ada yang salah dengan diriku...? Bukannya cewek-cewek biasanya mengambil swafoto dengan memasukkan diri mereka sendiri di dalamnya, kayak mereka mestinya akan tampak menarik dengan pakaian itu atau semacamnya? Bukannya dia mestinya tidak mengambil fotoku yang mengenakan kostum aneh ini bersama dengannya, menyuntingnya,  memutar ruang, lalu mempostingnya di media sosial? Namun, Natsukawa mungkin tidak perlu melakukan hal semacam itu.

Saat aku memiringkan kepalaku, Natsukawa memasang wajah terkejut dan berkata dengan nada meminta maaf.

"Eum, terima kasih... ...Maaf, aku terlalu buru-buru."

"Tidak, hmm... ...Aku tidak terlalu keberatan, kok."

Oke, kalau begitu, tenangkan dirimu. Sekarang, aku sudah sampai pada tugasku yang sebenarnya. Mari kita memasang ekspresi wajah. Dalam lima detik, aku akan memasang ekspresi wajah yang paling indah yang pernah aku pasang. Aku cukup yakin sudut terbaik yaitu dari sebelah kiri depan. Aku sudah mencari hal itu saat aku masih kelas delapan SMP.

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-7-bab-170-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

"Kalau begitu, aku mesti kembali ke sif patroliku juga, oke..."

"Eh, kamu sudah selesai — Eh?"

"Sampai jumpa lagi."

Natsukawa segera meletakkan ponsel pintarnya dan berjalan pergi sambil mengibaskan tangannya. Gawat, tetapi dia benar-benar sangat imut! Meskipun tidak sebanyak yang dia inginkan, aku mau memotretnya juga —Maksudku, eh? Apa ini benar-benar sudah selesai? Tidak ada dua kali pemotretan lagi? Apa yang mesti aku lakukan dengan seluruh kegembiraan ini? Pikiranku masih ada di hatiku yang seperti kereta luncur (roller coaster), dan aku menyangkut di puncaknya.

"...Eh?"


Author's Note: Carilah itu!


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama