Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 6 Bab 148 - Lintas Ninja Translation

Bab 148
Sekarang, Majulah!

"Na-Natsukawa...?"

"I-Iya..."

Mengapa? Kok bisa? Meskipun keraguan-keraguan itu berputar-putar menyelimutiku, tetapi aku tidak berpikir mengusap mataku untuk memastikan apa pemandangan di depan mataku itu cuma ilusi. Intuisi yang aku peroleh selama bertahun-tahun bilang padaku, kalau dia bukanlah ilusi. Tetapi tetap saja, aku merasa aneh bahwa Natsukawa masih ada di sini pada saat ini, saat-saat jam terakhir pulang sekolah sudah hampir tiba.

Saat aku memanggilnya, Natsukawa menghampiriku dengan perlahan dan canggung, lalu berhenti di depanku.

Di ruang kelas saat senja. Buat mataku yang sedang loyo, pemandangan itu saja sudah misterius dan luar biasa, apalagi Natsukawa yang berhenti di depanku. Mirip bagaikan rembulan yang bersinar indah di bawah sinar sang surya, Natsukawa tampak lebih imut dan cantik ketimbang biasanya saat sang surya sedang tenggelam.

"De-Dewi..."

"A...—Apa yang kamu bilang tiba-tiba...?"

"Tidak, iya, itu cuma... ...aku baru saja terkena koreksi senja."

"Be-Begitu ya.—"

Senja... ...Aku benar-benar sudah menirukan perbuatan orang yang berdosa. Aku tidak bisa tidak bilang dengan persis apa yang aku pikirkan. Jadi, apa ini yang orang sebut sebagai terkesan? Itu keluar dari mulutku tanpa aku sadari. Aku benar-benar mencoba melakukannya, mematahkan seluruh rasionalitasku. Kalau ini dilakukan antara cowok dan cewek yang belum pernah bertemu sebelumnya, itu akan jadi awal dari sebuah kisah romansa yang sederhana.

"...Begitu ya, jadi kamu belum pulang ke rumahmu? Aku kira Natsukawa sudah tiba di rumah, soalnya kamu bilang kalau kamu ingin bertemu dengan Airi-chan sesegera mungkin."

"I-Itu... —I-... ...Itu berarti, aku telah menunggumu..."

"Eh?"

"A-Aku sedang... ...menunggumu."

"Eh?"

Eh? Apa maksudnya itu? Aku sangat senang. Itu sangat imut. Itu sangat imut.

Mengapa kamu bilang begitu sambil gemetaran? Bukannya itu sebuah pelanggaran? Mau tidak mau aku bertanya kembali padanya karena aku tidak mau mendengarkan itu lagi....

"...Eh? Mengapa?"

Kata-kata itu keluar begitu saja dalam bentuk bisikan. Lagi-lagi, aku melakukannya tanpa aku sadari. Inilah yang aku katakan saat cewek yang aku sukai bilang, "Aku sedang menunggumu". Itu terlalu kurang ajar.

...Namun, memang benar kalau aku punya beberapa keraguan. Hubungan antara aku dan Natsukawa, dan kecanggungan yang timbul dari kejadian baru-baru ini. Dia pasti sudah tahu kalau obrolan itu tidak akan berlanjut saat kami cuma berduaan saja, jadi aku tidak paham mengapa dia mau repot-repot menungguku.

"...Aku ingin bicara pada Wataru..."

"..."

Jawabannya kembali pada pertanyaan yang tidak sabar aku tunggu-tunggu. Aku merasakan sebuah getaran keterkejutan di dalam dadaku yang tidak dapat aku sembunyikan. Jawabannya itu membuatku semakin bingung.

Mengapa kamu mau bicara padaku? Mengapa itu dilakukan di waktu-waktu kayak gini? Bukannya kita berdua sedang berada dalam hubungan yang canggung? Pertanyaan-pertanyaan dan keraguan-keraguan itu terus berdatangan dalam benakku.

"Eum, apa ada sesuatu yang membuatmu khawatir...?"

"I-Iya, ada sesuatu yang membuatku khawatir... ...Iya... ...Sesuatu semacam itu, mungkin."

Kayaknya prediksi jawabanku sudah mendekati jawabannya yang sesungguhnya. Setelah berpikir sejenak, Natsukawa mengangguk dengan agak tertekan. Iya, kalau itu memang ada sesuatu yang membuatnya khawatir, dapat dimaklumi kalau dia tiba-tiba ingin membicarakan itu denganku. Terlebih lagi, kalau itu merupakan sesuatu yang ada kaitannya dengan menjadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya, aku dapat mendengarkan ceritanya tanpa ada niatan buruk.

"Heh...? ...Ada apa?"

"Eum, baru-baru ini... ...Tidak. Mungkin itu sudah lumayan lama sekali, sih..."

Keraguan dalam diri Natsukawa tampak jelas saat dia bicara. Apa itu tidak apa-apa buatnya untuk membicarakan hal ini denganku? Apa dia tidak akan menyesal kalau membicarakan hal ini padaku? Kayaknya dia punya konflik semacam itu. Mungkin akan sama saja seandainya aku jadi Natsukawa. Lagipula, pihak lain yaitu Sajou Wataru yang ini... ...Saat aku memikirkan apa aku itu orang yang tepat untuk Natsukawa ajak bicara, mau tidak mau aku penasaran.

Tetapi tetap saja, karena aku diminta untuk melakukan sesuatu, aku akan melakukan yang terbaik untuk meresponsnya.

"—Aku penasaran, apa aku sudah membantu...?"

"Eh?"

Kali ini, suaraku keluar dengan sadar. Ini merupakan penyangkalan atas kegalauan Natsukawa. Apa Natsukawa sudah membantu? Itu sudah jelas. Menurutku dia sudah sangat membantu. Aku tidak paham mengapa dia sangat merasa pesimis setelah mengerjakan tugasnya dengan sungguh-sungguh.

"Aku penasaran apa aku sudah membantu... ...Bagaimana?"

"Kali ini... ...Kamu barusan melakukan apa yang telah diperintahkan dan membuat keputusan..."

"Tidak, aku ini masih siswi kelas sepuluh, jadi bukannya itu wajar saja?"

Menurutku dia itu orang yang hebat karena dia mau menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh. Biasanya, orang-orang tidak mau jadi anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya karena terlalu malas mengerjakan banyak tugas, dan kemungkinan besar, ada lebih banyak di antara mereka yang terpilih karena kalah dalam permainan suten. Dan meskipun mereka bisa saja disalahkan oleh teman-teman sekelas mereka karena bertanggung jawab secara kolektif, namun menurutku mereka patut diacungi jempol, karena mereka masih dapat terus mengerjakan tugas tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku penasaran, dari manakah motivasi itu berasal?

"Tetapi..."

"...?"

Namun, tidak ada kabar setelah itu, dan saat aku menoleh, aku mendapati Natsukawa sedang menatap lurus ke arahku. Meskipun kayaknya dia ingin bilang sesuatu, tetapi kayaknya dia tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menuangkannya. Apa jangan-jangan perbuatan yang telah aku kerjakan malah menyebabkan masalah buat Natsukawa...?

"Tidak, aku.—"

Dalam kasusku... ...O-Oh, benar juga. Kalau dipikir-pikir, aku merasa aku sangat bersemangat. Tidak mengherankan kalau orang-orang mungkin akan penasaran. Meskipun yang aku lakukan cuma mengikuti Gou-senpai ke mana-mana, kalau dipikir-pikir, menurutku itu bukanlah sesuatu yang wajar dilakukan oleh seorang siswa kelas sepuluh.

"Ah—... ...Eum, pertama-tama, aku ini orang luar, bukan? Terlebih lagi, apa yang aku lakukan agak di luar kebiasaanku... ...Malahan, itu sangat melenceng. Memang sangat tidak wajar buat seorang siswa untuk menyewa kontraktor dari tempat lain untuk membantu persiapan Festival Budaya... ...Tidak ada kata "bagus" untuk itu karena tidak ada gunanya terlibat dalam hal semacam itu dan mengerjakan tugas itu dengan baik."

"Mengapa...?"

"Tidak, makanya—"

Apa yang dapat aku katakan yaitu ini benar-benar tindakan yang sangat istimewa. Meskipun sampai tahun-tahun sebelumnya, siswa-siswi dari keluarga kaya di Sisi "Barat" telah memimpin dalam melakukan hal yang sama, namun pada dasarnya itu merupakan sebuah kecurangan. Kedengarannya memang bagus kalau bisa mengabaikannya ini dengan kata-kata kayak "memotong segalanya", namun pada kenyataannya, ini merupakan tindakan pemerasan yang dilakukan dengan uang. Hal ini tentu saja bukanlah hal yang bagus untuk dilakukan sebagai siswa-siswi. Meskipun ada beberapa bagian yang sulit, tetapi itu bukanlah sesuatu yang patut untuk dipuji sama sekali.

Namun, buat mengungkapkan keseluruhan kisah ini pada Natsukawa dengan apa adanya itu...

"—Mengapa kamu mau membantu kami sampai sejauh itu...?"

"Eh...? ...Eh?"

Ah, apa cerita itu yang kamu maksud sejak awal? Mengapa aku melakukan itu?

Kayaknya aku telah salah paham dengan pertanyaan Natsukawa. Kayaknya dia tidak mau aku menjawab pertanyaannya dengan menunjukkan sisi gelapku. Itu bagus, sih — Tidak, tunggu sebentar. Apa dia ingin aku memberi tahunya soal itu? Apa Natsukawa ingin aku memberi tahunya soal padanya? Bukannya itu akan jadi sesuatu yang berlebihan?

"Mengapa Wataru mau melakukan ini...?"

"Tidak, itu—"

"Mengapa...? ...Kok bisa kamu mau mengerjakan tugas itu sampai sekeras itu?"

"...Natsukawa?"

Aku rasa dia tidak bilang begitu karena dia sangat penasaran. Meskipun aku berpikir begitu, kata-kata Natsukawa tampaknya mengandung keputusasaan.

Aku sedang memikirkan cara untuk menghindar dari pertanyaan ini. Ini merupakan satu hal yang tidak boleh aku ungkapkan padanya. Menurutku kalau aku menyusun kata-kata semacam itu untuk mengalihkannya, Natsukawa mungkin akan yakin. Namun...

"Aku terkejut saat Wataru pertama kali datang ke mari. Kamu membantuku seakan-akan kamu sudah tahu segalanya, dan selanjutnya kamu memberikan instruksi pada kami bersama dengan seorang senpai, dan bahkan ikut serta dalam rapat yang kami adakan.... ...karena berbagai alasan. Dan saat aku mengetahui bahwa OSIS juga dalam bahaya karena berbagai alasan, aku kira kamu mencoba yang terbaik untuk membantu kakakmu."

"Ah—..."

"—Tetapi, Wataru dengan tegas bilang "Bukan!"."

"I-Itu, sih... ...Ah, begini, kami itu kakak beradik, loh. Aku tidak bisa bilang kata-kata yang memalukan padamu kayak "demi Kakak" secara langsung, bukan? Kita berdua tidak sedekat itu sejak awal."

"Itu bohong. Aku memperhatikanmu saat itu. Kamu tidak tampak seperti sedang memasang ekspresi bodoh atau marah di wajahmu. Aku sudah mengenal Wataru sejak kita masih SMP."

"..."

Sebuah suara yang terdengar kayak sedang mengejarku. Ini bukanlah situasi yang dapat dengan mudah aku kelabui. Tidak ada yang dapat aku lakukan sejak awal. Apa aku tidak punya pilihan selain membicarakan hal ini secara terus terang padanya dengan wajah memerah...?

Tidak, tetapi mengapa? Mengapa Natsukawa peduli dengan hal semacam itu? Aku memaklumi kalau dia penasaran mengapa aku, orang luar, berusaha keras terlibat dalam hal ini. Tetapi ini bukanlah soal Ashida ataupun Sasaki, ini soal aku. Ini soal aku yang tidak pernah dia ketahui sampai saat ini.

"...Mengapa kamu sangat ingin tahu lebih dalam soal itu?"

Aku memanjat untuk bersandar di meja, karena aku tahu kalau itu akan dianggap sebagai sikap yang tidak sopan olehnya. Aku tidak keberatan jadi agak tidak sopan demi aku dapat mengubah suasana ini. Aku memang tidak mau dia membenciku lagi, tetapi aku tidak keberatan kalau itu cuma sedikit saja.

"...A-Aku tidak tahu."

"Kalau begitu, bukannya itu bagus?"

Biasanya, aku akan langsung menjawab pertanyaan apapun dengan jawaban yang cepat, asalkan itu merupakan pertanyaan yang lain. Tetapi tidak untuk pertanyaan yang satu ini. Aku tidak bisa menjawabnya secara langsung saat ini. Memang sempat terasa canggung di antara kami berdua beberapa hari yang lalu, tetapi akhirnya kami sampai pada titik di mana kami bisa saling merasa nyaman. Kalau aku bersusah payah bilang sesuatu untuk menarik perhatian Natsukawa, dia akan menyadarinya lagi dan itu cuma akan membuat suasananya semakin aneh dan canggung.

Buat Natsukawa, saat ini aku cuma sebatas teman sekelasnya, temannya, tempat sementara untuk curhat buatnya. Bersama dengan Ashida, kami merupakan kelompok yang cukup sering berkumpul. Bagaimana dia akan bereaksi saat seorang cowok yang tidak dia sukai bilang padanya, "Aku melakukan ini demi kamu!" setelah dia menolakku berkali-kali? Terlalu lebai buatku untuk bilang begitu, karena kami cuma sebatas teman. Hal-hal semacam itu pasti akan menimbulkan kerumitan dan gangguan yang tidak perlu.

"Ti-Tidak..."

"..."

"Tidak".

Ini merupakan ungkapan yang umum digunakan saat anak-anak tidak menyukai sesuatu. Fakta bahwa kata-kata semacam itu keluar dari mulut Natsukawa, yang merupakan sosok seorang kakak terlalu berlebihan buat Gap Moe. Tampaknya aku akan dimurnikan. Tidak adakah batasan untuk serangan yang agak mendadak ini?

"..."

Aku merasa kecewa. Aku cuma bisa menghela napas kecil. Aku tidak bermaksud melakukan itu dengan cara yang buruk. Hanya saja rasanya memang agak konyol untuk memikirkannya. Kalau dipikir-pikir, aku penasaran apa yang sebenarnya telah aku khawatirkan. Mungkin aku tidak perlu khawatir soal hubunganku dengan Natsukawa saat ini.

Setelah melewati beberapa tikungan dan belokan, kami mulai bicara lagi. Itu merupakan kejadian yang tidak terduga dan hampir seperti kado terindah. "Aku tidak mau Natsukawa membenciku lagi." Itu merupakan kata-kata dari aku yang bertentangan dengan diriku sendiri. Itu sendiri merupakan bukti bahwa aku masih menaruh ekspektasi tinggi pada Natsukawa. Apa yang mesti aku lakukan untuk menata kata-kataku agar rapi? Pada akhirnya, aku tidak bisa melepaskan kecintaanku pada Natsukawa. Sebuah motif tersembunyi. Kedalamanku sangat dangkal itu sehingga membuatku tertawa.

Aku akan mengatakannya saja.

Apa itu akan terasa canggung? Aku tidak peduli. Kalau memang benar begitu, tidak masalah kalau hubungan kami akan jadi canggung dan aku akan diasingkan. Tidak ada gunanya buatku untuk berusaha menjaga jarak saat ini. Mengapa aku berjoget sendiri? Aku yakin Natsukawa pasti sudah melupakan hal-hal semacam itu dan melanjutkan hidupnya. Makanya aku berusaha keras untuk terlibat dengannya. Akulah satu-satunya yang memikirkan hal-hal jahat. Ayolah, sudah waktunya buatku untuk melangkah maju. Sekarang sudah terlambat. Sekarang sudah terlambat. Sekarang sudah terlambat.

"Natsukawa, begini—"

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-6-bab-148-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Inilah pemandangan sang surya tenggelam nan indah. Ini merupakan situasi yang sempurna. Di ruang kelas saat senja. Pemandangan yang mungkin tidak akan pernah aku lihat lagi dalam perjalanan pulang ke rumah. Jarang sekali aku mendapati kesempatan kayak gini. Makanya aku mesti meninggalkan beberapa kenangan dalam pandangan ini. Mari kita mengambil beberapa pemikiran dari dalam hati kita. Yang perlu dilakukan saat ini cuma menutupnya. Tidak apa-apa saat ini. Tidak peduli bagaimanapun jadinya, aku tidak akan menyesal. Maka dari itu—

" "

Mari kita kendurkan rantainya sedikit saja, untuk menemukan solusinya.

TL Note: Ini mungkin postingan terakhir kami sebelum Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah tiba. Kami dari Lintas Ninja Translation, Ninja Cross Translation, dan Lintas Ninja Fansub mengucapkan: "Taqabbalallāhu Minnā wa Minkum Shiyāmanā wa Shiyāmakum, Minal Ā'idin wal Fa'idzīn, Semoga Amal Ibadah Puasa dan Ibadah Lainnya di Bulan Ramadhan Diterima oleh Yang Kuasa, Mohon Maaf Lahir dan Batin, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah." Kalian yang ingin memberikan kami THR dipersilakan dapat dilakukan melalui Trakteer ya.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

Baca juga:

 [Manga Short Story Special Extra] - Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha - Okemaru-sensei Cerita Pendek Manga Jilid 5 Edisi Spesial

←Sebelumnya          Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama