Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 5 Bab 136 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-5-ch-136-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 136
Permasalahan Lebih Lanjut

Topik obrolan ini terlalu berat buat orang kayak aku, aku baru setahun di sini... ...Kalau aku lengah, mungkin aku akan berpikir, "Eh? Apa yang kalian ingin aku lakukan sekarang mendengarkan cerita itu?" keluhku. Aku rasa Ishiguro-senpai akan melayangkan tinju panas ke arahku. Untung saja, saat ini aku dikasih makanan.

"Yang kedua."

Bukannya itu kejam?

Eh? Apa yang pertama sudah selesai? Menurutku, yang pertama itu memang hal yang cukup berat. Apa kalian merasa seperti kalian baru saja berbagi kenyataan denganku? Aku mulai khawatir kecuali kalau kalian menemukan solusi dan menjadikan itu sebagai makanan yang lezat. Tidak, bukannya aku penasaran apa kalian sudah menemukan solusinya atau belum, sih.

"Ini merupakan hasil penyelidikan Kai berdasarkan informasi yang kamu laporkan pada kami, Adik Sajou."

"Ha-Hah?"

Aku merasa mual.

Bagaimana kalau itu bukanlah informasi yang bagus? Aku dapat merasakan kalau bahan makanan dalam bekal makan siangku di perutku belum bisa dicerna sama sekali. Aku  mengandalkanmu, Kai-senpai...! Berikan aku... ...informasi yang berguna...!

"Aku dengar kalau kamu mengumpulkan dokumen dari Panitia Pelaksana Festival Budaya tiga hari yang lalu."

Begitulah caramu mengatakannya.

Tetapi sebenarnya aku belum mengumpulkan apa-apa. Aku kira sebut saja kalau aku cuma menjalankan tugas. Inilah pertama kalinya aku diberi tugas. Eh? Bukannya aku sudah berkali-kali disuruh menjalankan tugas oleh Kakak sebelumnya? Halo, itu tidak bisa disebut sebagai sebuah "tugas". Itu sudah jadi kebiasaan gaya hidup...

"Kayak yang kamu laporkan, memang benar ada sebagian besar dokumen yang diserahkan pada kami merupakan tulisan tangan. Ini bukan cuma mencakup dokumen dukungan eksternal, dan dokumen sukarelawan daja, tetapi juga seluruh dokumen internal."

"Hah...? ...Benarkah begitu?"

"Pelakunya yaitu Pembina Panitia Pelaksana Festival Budaya."

"Hah?"

Alasan mengapa seluruh dokumen itu ditulis tangan yaitu karena Pembina Panitia Pelaksana Festival Budaya...? Aku baru tahu kalau ada Pembina Panitia Pelaksana Festival Budaya. Harus aku akui, aku memang sudah mengintip ke dalam kelas itu beberapa kali. Tetapi aku tidak melihat siapapun yang tampak kayak seorang guru...?

Tidak, tunggu sebentar. "Semuanya ditulis tangan"...?

"Jangan bilang kalau itu, Pak Oneda yang mengajar mata pelajaran Masyarakat Modern...?"

"Lebih tepatnya, Oneda Hitoshi, yang mengajar mata pelajaran Masyarakat Modern dan Sejarah Jepang."

Dari apa yang aku dengar, beliau itu seorang bapak guru yang berusia di atas 60 tahun, dan tampak seperti seorang kakek-kakek. Kalau aku berusaha berbicara secara pribadi di kelas, beliau akan memulai ceramah yang panjang, jadi aku biasanya terpaksa menghabiskan waktu 50 menit dalam keheningan. Aku ingat saat Penilaian Tengah Semester dan Penilaian Akhir Semester dan fakta kalau semua kertas ujian itu merupakan salinan kertas yang ditulis tangan di atas kertas jerami menggunakan pena ajaib. Ada beberapa kejadian di mana seorang siswi dengan tulisan tangan yang kecil tidak dianggap memberi jawaban yang benar karena beliau tidak bisa membacanya...

"Jangan bilang kalau yang ini juga...?"

"Bukan, ini cuma soal perputaran guru. Pada dasarnya, kayaknya akan ada guru yang ditunjuk untuk bertanggung jawab Pembina Panitia Pelaksana Festival Budaya, tetapi, begini... ...Pak Oneda sebenarnya merupakan orang yang paling keras memihak ke Sisi "Timur" pada "gerakan" tahun lalu, terlepas dari tidak ada kutukan bagi semua orang yang tidak mau menyentuhnya, meskipun faktanya beliau... ...Iya, beliau cuma berkeliling sambil berteriak-teriak, tetapi beliau membiarkannya begitu saja karena itu nyaman."

Itu juga merepotkan.

Beliau itu cuma guru yang sudah sepuh, kalau kalian bertanya padaku. Beliau itu tampak kayak seorang guru sepuh yang sering dipindahkan berkali-kali sebelum akhirnya kembali ditempatkan di tempat yang sama di akhir karier mengajarnya. Maksudku, bukannya tema Festival Budaya tahun ini itu "Era Baru"? Mengapa penanggung jawab untuk Panitia Pelaksana Festival Budaya itu malah kakek-kakek yang bergaya Era Showa yang juga sangat tegas?

"Masalah pertama itu memang sama, tetapi... ...apa kalian punya solusinya?"

Saat aku bertanya padanya, Yūki-senpai menjawab pertanyaanku dengan dingin.

"Iya. Memang itu akan memakan banyak biaya, mau tidak mau kami meminta "kerja sama pihak eksternal" lagi tahun ini. Tentu saja, kami akan menggunakan anggaran yang dialokasikan untuk OSIS dan Panitia Pelaksana Festival Budaya."

"Anggarannya itu—"

"Aku dengar kalau Panitia Pelaksana Festival Budaya sedang terburu-buru... ...tetapi sayangnya, OSIS tahun lalu memang agak bobrok. Kayaknya sekolah ini salah mengira kalau anggaran dari tahun lalu "diperlukan", dan lalu anggaran tersebut diteruskan ke tahun ini. Kayaknya memang ada. Menurutku, bahkan orang-orang jahat pun tidak dapat memperkirakan sebanyak itu."

"...Tetapi tetap saja, aku yakin kalau ini masih agak mengkhawatirkan. Makanya mereka lebih memilih menggunakan istilah "keluarga" ketimbang "alih daya". Untungnya, Keluarga Renji punya perusahaan IT terkemuka yang aktif di garis depan."

Hei, hei, hei, hei! Aku merasa kalau kita sudah keluar jalur dari topik siswa-siswi SMA!? Yang benar saja, mengapa kalian memanggilku ke mari? "Aku tahu kalau kamu penasaran, jadi biarkan aku memberi tahumu!" Kayak begitulah rasanya, bukan!? Benar begitu, bukan!?

"Selain itu, buat Pak Oneda, kita akan mencoba menghasut beliau dan menjadikan beliau sebagai hiasan. Kalau beliau menyadari niat kita dan membuat keributan, kita cuma akan meminta beliau untuk bertanggung jawab. Beliau bertanggung jawab karena memaksa kita untuk melakukan "cara" mempersiapkan Festival Budaya dengan setengah hati dan lalu membiarkan masalah yang tidak terselesaikan berlalu begitu saja..."

"Hieh...!"

Menakutkan! Ishiguro-senpai memang menakutkan! Kamu tidak punya rasa hormat buat beliau! Iya, ataukah lebih mudah buatmu kalau beliau cuma diperlakukan sebagai hiasan secara diam-diam...? Bagaimanapun, mohon maaf atas ketidaknyamanan ini... ...Ini merupakan kerugian karena ketinggalan zaman, bukan?

"Apa Hanawa-senpai antusias dengan hal itu...?"

"Awalnya, menurutku, ia akan merasa keberatan, sih... ...tetapi itu ada kaitannya dengan masalah yang ketiga."

"Eh...?"

"Iya... ...Ini memang sesuatu yang aku takut untuk memberitahukan ini pada Kaede..."

Ishiguro-senpai tampak sangat acuh tak acuh, tetapi alis mata Yūki-senpai berkerut dan ia memasang wajah pahit. Ini kayak cemberut di wajah seorang protagonis tampan di beberapa gim video Barat. Apa pemandangan di depan mataku ini benar-benar nyata? Kalau aku memberinya senapan, suasana hatinya mungkin akan lebih mendingan.

Ishiguro-senpai memberi tahuku hal ini dengan nada bingung, sambil menatap ke Yūki-senpai dengan kaget.

"—Ketua Panitia Pelaksana Festival Budaya, Hasegawa Tomoka, jatuh cinta pada Hanawa Renji dari OSIS."

"Hmm...?"

Eh, kok tiba-tiba ada cerita yang terasa manis dan masam di sini...? ...Eh? Apa maksud sejati dari ia menceritakan seluruh kisah yang rumit yang mereka alami sejauh ini? Apa ia akan membicarakan hal ini hingga akhir...? Aku merasa kalau ini merupakan cerita yang tidak terlalu penting. Eh? Apa kamu serius...? Astaga, ini merupakan perasaan hampa....

Dalam perubahan total dari sikap dinginnya sebelumnya, Yūki-senpai menurunkan alis matanya dan ia menoleh ke arahku.

"Aku paham perasaanmu. Tetapi ini juga masih merepotkan... ...Kayaknya Hasegawa sengaja salah melaporkan perkembangan kemajuan Panitia Pelaksana Festival Budaya pada OSIS karena dia tidak mau Renji melihatnya dalam artian yang buruk. Beberapa waktu yang lalu, aku dengar kalau mereka sangat bersemangat."

"Aku berharap yang terbaik buat mereka."

"Tunggu. Dengarkan dulu!"

Saat aku mencoba untuk menyerah lebih awal, mereka segera menahanku dengan lumayan serius. Iya, aku memang sebenarnya tidak berniat untuk melarikan diri. Kalau saja aku tidak mendapatkan kotak bekal makan siang ini, mungkin akan lain ceritanya. Aku berharap aku bisa bertemu dengan mereka di lain waktu!

"Cewek itu mesti diperlakukan dengan sangat hati-hati dalam urusan cinta. Kita akan mendapatkan masalah kalau mereka diperlakukan dengan keterlaluan. Sejauh ini itu baik-baik saja, bukan?"

"...?"

"...Adik Sajou. Ini merupakan tingkat cerita yang cuma bisa dipahami oleh sebagian cowok. Itu bukan aku, tentu saja, tetapi mungkin itu bukan juga kamu."

...Hah?

Dengan kata lain, cuma cowok-cowok tampan saja yang memahami hal ini. Tidak apa-apa kalau aku yang mengatakannya sendiri, tetapi kalau cowok lain yang mengatakannya padaku, ada beberapa hal yang tidak bisa aku terima. Sudah aku bilang, meskipun kamu tampak tangguh dan menakutkan, tetapi kamu ini tetaplah seorang cowok yang sangat siap, bukan? Memangnya ada cewek-cewek di luar sana yang menganggap itu tidak apa-apa meskipun mereka tidak bicara langsung denganmu? Mereka cuma akan menaburkan garam ke lukamu dengan berpura-pura saling menjilat luka. Rasanya itu sakit, sangat sakit.

Dengan kata lain, apa cuma itu? Menurut kata-kata Yūki-senpai, saat ini melibatkan asmara, ada cewek-cewek yang mendekatinya dengan cara yang di luar nalar. Eh? Memangnya benar ada yang kayak gitu? Bukannya itu cuma terjadi di dunia manga shoujo dan semacamnya?

"Menerima hal itu, Renji bilang kalau ia siap untuk bertanggung jawab karena ia dicintai olehnya.—"

"Eh, hei, eh...? "Bertanggung jawab karena ia dicintai olehnya"?

"...? Apa yang kamu tanyakan? Tentu saja, bukannya itu sudah jelas?"

"...Eh...?"

"Adik Sajou, tidak usah terlalu dipikirkan. Biarkan saja itu mengalir begitu saja untuk saat ini."

Bu-Budaya Jepang? Apa ini budaya Jepang? Aku ini orang Jepang, bukan? Mengapa aku sangat terkejut dengan budaya Jepang? Apa aku menjadi terlalu terpengaruh oleh budaya Barat? Aku memang suka hamburger. Tetapi aku benci acar.

"—Dan, iya, kita tidak punya masalah dengan Renji."

"...Benarkah begitu?"

Tidak ada masalah. Iya, tidak ada masalah. Yūki-senpai yang bilang begitu, jadi itu tidak diragukan lagi. Aku baru menyadari kalau konsep semacam itu ada di dunia ini. Iya, itu berarti aku telah menaiki tangga menuju kedewasaan. "Bertanggung jawab karena ia cintai olehnya", mari kita terima saja kalau ada orang yang bertanggung jawab karena ia dicintai olehnya! Semua orang di seluruh negeri!

"Masalahnya itu ada pada Kaede... ...Tugas Hasegawa kali ini sudah termasuk salah satu dari kategori yang paling dibenci oleh Kaede."

"Itu sudah pasti."

Aku sangat setuju dengan hal itu. Itu karena sifatnya seorang cewek, atau seorang yankee. Pengabaian tugas ini demi menyelamatkan citranya sendiri merupakan masalah serius yang akan membangkitkan amarah yang nyata dari Kakak. Mungkin saja seorang cewek kayak Kakak memang dapat bersimpati pada sebuah hubungan asmara, tetapi itu tidak masuk akal buat Kakak yang tetap tenang meskipun Kakak berada di depan seluruh cowok-cowok tampan tersebut. Kalau itu tidak masuk akal, aku tidak puas dengan siapapun kecuali diriku sendiri.

Hei, Kakak. Bukannya tidak masuk akal kalau Kakak tidak membiarkan aku memisahkan paprika hijau? Kakak masih belum melupakan dendam karena Kakak terpaksa mendapatkan vaksinasi flu, bukan? Apa itu karena suntikan itu terasa sakit?

Author Note: Selamat tinggal, Chinjaorose.* 

(TL Note: Nama hidangan dari Jepang.)

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

Lihat juga:

• Nonton Perman Episode 5: "Pak Guru Datang!!" Takarir Bahasa Indonesia di Lintas Ninja Fansub

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama