Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 6 Bab 143 - Lintas Ninja Translation

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-seri-6-bab-143-bahasa-indonesia-di-lintas-ninja-translation

Bab 143
Bagaimana Jika...?

"—Sekian saja soal sejauh mana penyesuaian dan pengakuannya. Kami mohon maaf atas segala ketidaknyamanan ini, terutama buat tim Hanawa-senpai."

"Tidak perlu khawatir soal itu. Ini merupakan tanggung jawabku juga."

"Ngomong-ngomong... ...Aku mendengar sesuatu semacam itu dari Yūki-senpai, apa itu benar?"

Masih menjadi misteri mengapa Hanawa-senpai ada dalam posisi yang mengatakan "Tidak perlu khawatir soal itu", sih... ...Menurutku ia tidak bisa menonjolkan tim lain, bukan? Pertama-tama, ia barusan jatuh cinta pada Hasegawa-senpai, Ketua Panitia Pelaksana Festival Budaya, bukan? Apa sih yang ia maksud dengan, "Itu juga tanggung jawabku karena aku dicintai olehnya"? Aku tidak yakin apa itu cukup untuk menggerakkan tindakan orang dewasa yang tidak ada hubungannya dengan itu. Cowok-cowok tampan dan sopan dari K4 itu memang benar-benar berada di level yang berbeda.

Aku rasa mereka itu disebut... "Solusi Sistem Hanawa", bukan? Sayang sekali mereka mesti menempatkan staf mereka untuk bekerja sebagai unit terpisah dalam membantu siswa-siswi. Iya, kalau pekerjaan mereka dalam membantu siswa-siswi itu dibayar, maka harusnya tidak akan ada masalah. Mereka juga dibayar, bukan? Aku tidak tahu banyak soal itu karena ini merupakan cerita di perusahaan keluarga Hanawa-senpai. Kalau mereka ingin aku mengerjakannya secara cuma-cuma, aku akan memboikot mereka.

"Kalau begitu, tolong urus yang itu juga buatku, ya? Sajou-kun."

"Iya, aku cuma bertindak sebagai penghubung, sih, dan Gou-senpai yang paling berperan dalam menjalankan tim ini di sini, jadi mestinya tidak akan ada masalah. Pertama-tama, Hasegawa-senpai, Ketua Panitia Pelaksana Festival Budaya, juga ada di sini."

"Awalnya, menurutku Renji-san juga harusnya ada di sini, sih... ...Tetapi kami saja sudah dapat mengadakan rapat kayak gini, bahkan kita dapat berbagi informasi lewat layar dalam obrolan, jadi menurutku kamu tidak perlu untuk ada di sini."

"Hahaha... ...Aku merasa payah saat kamu bilang begitu, tetapi sebagai seseorang yang secara sepihak telah mengetahui isi hati Ketua Hasegawa, aku tidak bisa menemuinya dengan wajah kosong."

"Eh?"

Eh? Apa Ketua Hasegawa belum tahu kalau perasaannya sudah terungkap? Iya, kalau itu ditambahkan pada penyebab masalah kali ini, itu berarti ada seseorang yang membuat Hasegawa-senpai bilang "Aku sebenarnya menyukai Hanawa-senpai"... ...Itu merupakan cerita yang terlalu gelap. Akan menakutkan kalau ternyata memang benar bahwa temannya Hasegawa-senpai yang membocorkannya. Kalau dipikir-pikir, mereka sama sekali tidak menyebutkan hal ini dalam pengarahan hari ini. Itu benar sekali, akan memalukan kalau hal itu diketahui.

"Kalau begitu, silakan kalian ambil alih sisanya. Kalau kalian masih ada di sini, sapalah Hayato. Kaede... ...Kayaknya dia belum tahu apa-apa soal keadaan Ketua Hasegawa, jadi waspadalah."

"Aku sendiri yang akan memberi tahu Hayato-san. Aku akan berkunjung ke rumahmu nanti."

"Iya, Kakak tidak akan berusaha keras untuk bertanya padaku, bukan?"

Rapat itu berakhir dengan masing-masing dari kami saling mengingatkan semacam itu. Setelah aku memastikan bahwa ikon Hanawa-senpai telah menghilang dari rapat grup yang dibuat dalam obrolan, aku dan Gou-senpai juga menutup obrolan dan menyandarkan punggung kami ke sandaran.

"...Tidak, aku merasa gugup. Aku tidak pernah mengira kalau akan tiba masanya di mana aku akan bertemu dengan orang-orang yang benar-benar bekerja, meskipun mereka semua itu anggota keluarga Hanawa-senpai. Menurutku rasa gugupku akan berkurang kalau aku sudah bertemu langsung dengan mereka dan berbicara."

"Renji-san itu juga sudah seperti seorang bos buatku... ...Kalau aku membuatnya tidak senang, ia akan langsung melaporkannya pada Hayato-san juga."

"...Aku memang tidak banyak bertanya padamu, tetapi baru hari ini aku dapat sedikit memahami soal posisi Gou-senpai."

Aku memang tidak terlalu paham, sih, tetapi menurutku mereka bukan cuma seorang senpai dan seorang kouhai yang dekat, mereka sudah jadi seperti seorang majikan dan seorang pesuruh karena ikatan keluarga mereka. Dari apa yang aku dengar, kayaknya masih ada siswa-siswi lain yang serupa dengan mereka di suatu tempat. Misalnya, orang yang menggali informasi soal Hasegawa-senpai.

"—Mulai saat ini, ini akan jadi peranmu juga. Mulai saat ini, kamu mungkin mesti bersiap-siap untuk persiapan Festival Budaya kelasmu sendiri, jadi aku memang tidak bermaksud untuk menyerahkan segalanya padamu, sih... ...Tetapi aku juga akan memintamu untuk melakukan hal yang sama, Wataru."

"Oke. Iya, aku sudah pernah melihat hal yang serupa dari samping. Menurutku itu tidak apa-apa."

"Kalau kamu sudah pernah melihat hal yang serupa dari samping, menyerap itu dan menjadikan itu sebagai punyamu sendiri di masa sekarang, maka menurutku kamu dapat menyebut itu sebagai 'pengalaman' di masa lampau... ...Iya, selama kamu bilang itu tidak apa-apa buatmu, maka itu juga tidak apa-apa buatku. Kita cukupkan dulu buat hari ini."

Tampaknya Panitia Pelaksana Festival Budaya sudah selesai dan para anggota Panitia Pelaksana Festival Budaya sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah. Aku tidak dapat mendengar satu suara pun dari ruang kelas sebelah, dan satu-satunya siswa-siswi yang tersisa di sekolah saat ini cuma aku dan OSIS. Sudah hampir waktunya untuk pulang sekolah.

Saat kami kembali ke Ruang Kelas Panitia Pelaksana Festival Budaya, aku menyimpan laptopku, dan Gou-senpai segera mengemasi barang-barang bawaannya.

"Maaf, tetapi aku masih punya "tugas hari ini" yang mesti dituntaskan. Bolehkah aku menitipkan kunci ruangan ini padamu dan menyerahkannya agar kamu menguncinya?"

"Wah, apa kamu serius...? ...Misi harian macam apa itu? Bukannya kamu bekerja layaknya pekerja kantoran pada umumnya?"

"Ini lebih seperti tugas Hayato-kun ketimbang tugasku. Aku ini asistennya."

Keluarga-keluarga yang kaya. Orang-orang yang hebat. Yūki-senpai dan Hanawa-senpai, yang masuk dalam kategori yang merepotkan itu, pasti hidup di dunia yang tidak dapat aku pahami. Dalam hal ini, Ayah pasti seseorang yang dapat mengerjakan segala sesuatunya dengan baik. Beberapa waktu yang lalu, tidak masuk akal buatku saat aku mendengar kalau ada seseorang yang menolak kenaikan pangkat atau rekomendasi, tetapi saat ini aku sudah paham. Menurutku saat kalian terjun ke masyarakat luar, gaji yang akan kalian terima sebanding dengan jumlah mesti yang mesti kalian lalui, bukan? Meskipun kita sudah banyak bekerja banyak lembur. Tunggu sebentar? Eh? Aku saat ini sedang membicarakan soal siswa-siswi SMA, bukan?

"Sampai jumpa lagi."

"Oke, sampai jumpa nanti dan semoga sukses."

Setelah mengucapkan beberapa patah kata, Gou-senpai pun segera pergi dari sini. Saat area tersebut jadi hening, mode kerja di dalam diriku dimatikan. Tiba-tiba saja rasa lelah menghampiri diriku. Aku memang sedang mengemasi barang-barang bawaanku, tetapi aku rasa aku ingin beristirahat dulu sejenak....

Saat ini memang sudah awal musim gugur, tetapi hari masih terlalu dini untuk gelap. Di luar sudah sangat malam, dan cahaya yang masuk ke dalam ruang kelas tampak berwarna jingga kayak biasanya. Tidak, ataukah akan jauh lebih puitis kalau dikatakan bahwa langit itu berwarna jingga? Bagaimana kalau aku sebut saja itu sebagai warna sang surya yang tenggelam? Sesuatu soal itu merupakan hal yang paling keren.

Pemandangan di luar dari lantai tiga gedung sekolah memang indah saat senja, tetapi menurutku pemandangan kota di luar pekarangan sekolah tidak begitu mengesankan. Malahan, pemandangan ruang kelas saat malam hari dari ujung jendela tampak lebih menggetarkan hati. Kalian tidak dapat melihat pemandangan yang kayak gini kecuali kalau kalian menetap hingga malam atau lembur di sekolah.

Memang benar kalau aku sudah bersekolah selama sepuluh tahun, termasuk SD dan SMP. Namun, kayaknya ini merupakan pertama kalinya aku melihat pemandangan yang sedini itu. Itu benar, karena aku bergabung ke dalam Ekskul Pulang Pergi. Biasanya aku tidak akan lembur di sekolah ini. Kalau aku bergabung di ekskul apa saja, aku mungkin akan terbiasa, bukan?

"..."

Kalau dipikir-pikir, aku jadi teringat kembali dengan masa SMP-ku. Aku mulai mengetahui kalau aku tidak boleh seenaknya mengatakan apapun yang aku pikirkan, dan karena orang-orang yang bergaul denganku hampir seluruhnya kebetulan berada di Ekskul Pulang Pergi, jadi aku ikut juga bersama mereka. Berkat hal itu, saat orang-orang di sekitar kami menghabiskan waktu pulang sekolah mereka dengan mengobrol dan mengikuti kegiatan ekskul mereka, kami lebih dapat melakukan apa saja yang kami mau, misalnya bermain gim, membaca manga, atau bahkan bekerja paruh waktu.

Bagaimana jika orang-orang yang bergaul denganku pada saat itu merupakan orang-orang yang bergabung dengan suatu ekskul?

Bagaimana jika aku belum pernah bertemu dengan Natsukawa?

Aku yakin aku mungkin sudah bergabung dengan suatu ekskul, menyesuaikan diri dengan orang-orang di sana, dan terus bergabung di dalamnya sampai melanjutkannya lagi di SMA dengan minat tertentu. Aku mungkin akan jadi jauh lebih atletis ketimbang saat ini, dan aku mungkin tidak akan punya kesempatan untuk bertemu dengan Natsukawa. Tentu saja, aku mungkin tidak akan pernah punya pengalaman bekerja paruh waktu, jadi aku mungkin lebih kekanak-kanakan ketimbang saat ini dalam hal berbicara dengan orang dewasa. Tentu saja, aku tidak akan masuk ke SMA yang merupakan sekolah persiapan yang semaju ini, tetapi aku akan masuk ke SMA dengan standar yang lebih rendah, dan mungkin saja aku sudah mendapatkan pacar.

Aku mungkin tidak akan terlibat dalam tugas OSIS ini. Aku sadar kalau aku itu orang yang mudah sekali terpengaruh oleh berbagai macam hal, dan tergantung pada situasinya, kepribadianku mungkin sama sekali berbeda dari saat ini. Aku yakin mungkin akan sangat menarik untuk bertemu dengan diriku sendiri dari alam semesta alternatif. Mau tidak mau aku memikirkan hal ini.

"..."

Aku mengambil ponsel pintarku dan berhenti. Memotret segala sesuatu yang tampak dan mengunggah dan memostingnya ke media sosial bukanlah ide yang buruk. Namun, aku tidak berpikir kalau aku membagikan foto itu ke khalayak publik, aku akan mendapatkan kepuasan lebih dari yang aku rasakan saat ini.

"...Mari kita pulang."

Biarpun aku sendirian di tempat kayak gini, itu cuma akan membuatku memikirkan banyak hal. Ini bukanlah saat yang tepat. Peranku dalam hal ini baru saja dimulai. Aku akan memikirkan hal ini lagi nanti. Aku tidak dapat membiarkan perubahan motivasi ini menghalangiku.

Namun, kalau "saat itu" telah tiba. Mungkin bukan ide yang buruk untuk kembali ke sini untuk menghantui masa remajaku kayak gini.

Aku tertawa karena melihat bayanganku di jendela lorong bergerak lebih lambat dari yang aku duga.

Author Note: Diri sendiri di cermin ≠ Diri sendiri dalam swafoto.

TL Note: Setelah ini, kami akan menerjemahkan Bab 143.1, yang cuma akan kami terjemahkan ke Bahasa Indonesia, jadi jangan sampai terlewat ya.

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Follow Channel WhatsApp Resmi Kami: https://whatsapp.com/channel/0029VaRa6nHCsU9OAB0U370F

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya           Daftar Isi          Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama