Yumemiru Danshi wa Genjitsushugisha [WN] - Seri 4 Bab 100 - Lintas Ninja Translation

Bab 100
Cewek yang Bangkit

Aku akan menerima fakta bahwa aku tidak sengaja memperlakukan Ichinose-san kayak anak kecil yang barusan menyelesaikan perintah pertamanya ke makamku, tetapi ini memang awal yang baik. Kalau dia sudah bisa menangani pelayanan pelanggan setelah ini, maka menurutku dia sudah dapat dipastikan bisa melakukan pekerjaan paruh waktu ini. Memangnya ada pekerjaan paruh waktu lain yang mudah kayak gini? Iya, pekerjaan paruh waktu yang satu ini memang mudah.

"Selamat datang!"

Dia menyambut pelanggan pertama dengan suara yang tidak terlalu keras. Pelanggan itu tampak seperti pembaca buku setia pada umumnya. Aku melihat wajah Ichinose-san yang tegang dan gemetaran dari jarak yang agak lebih jauh. Setelah apa yang terjadi kemarin, mungkin aku saja dulu yang mesti jadi kasir selama beberapa waktu.

Aku berhenti menata buku-buku bekas yang sudah selesai aku periksa dengan cermat dan pergi ke meja kasir. Lalu tiba-tiba Ichinose-san muncul di depanku dan memintaku untuk tidak ke meja kasir. Hah? Apa-apaan itu, bukannya dia itu agak kekanak-kanakan dan imut? Bisa tidak dia berhenti membuatku terangsang sebagai sesama pekerja paruh waktu?

baca-yumemiru-danshi-wa-genjitsushugisha-wn-ch-100-di-lintas-ninja-translation

"A-Aku saja yang akan melakukannya..."

"Eh?"

Eh, tunggu sebentar, Abang, maksudnya aku, sangat terkesan. Bukannya pertumbuhan ini sangat cepat? Apa dia sudah berlatih di Ruang Jiwa dan Waktu sejak kemarin? Kalau memang benar begitu, sekarang giliranku untuk bermain gim di sana. Aku tidak punya cukup waktu untuk berburu.

Ichinose-san buru-buru berjalan ke meja kasir dan berdiri di sana dengan ekspresi tenang di wajahnya. Kalian masih bisa membaca ketegangan yang ada di wajahnya. Ah, pelanggan yang terhormat, kalau Anda mau membeli sesuatu, silakan lakukan secepatnya. Ichinose-san, kamu perlahan semakin gugup.

Ah, pelanggan kita sedang dalam perjalanan ke meja kasir.

"..."

"...Ah..."

Ckck..! Apa itu tipe pelanggan yang meletakkan barang begitu saja di meja kasir tanpa mengucapkan sepatah kata pun? Mungkin lebih baik kalau dia tidak mengucapkan apa-apa. Tetapi kekuatan serangan semacam ini mungkin juga cukup sulit buat ditangani oleh Ichinose-san sendirian...

"Se-Selamat datang— To-Total harganya 130 yen, ya... ...bisa dibayar tunai."

Ah...

"U-Uang Anda 500 yen, eum, eum... ...Ah, kembaliannya 370 yen, ya."

Eh, tunggu dulu, Abang jadi terkesan (untuk kedua kalinya). Bukankah dia tumbuh begitu cepat (untuk kedua kalinya)? Apa dia benar-benar berlatih di suatu tempat? Apa Ruang Jiwa dan Waktu itu benar-benar ada!? Kasih tahu aku di mana tempatnya! Tentu saja aku tidak akan bilang itu gratis! Dengan harga yang sama seperti karaoke, deh!

"Ah... ...eum."

"Maaf. Buku seukuran ini bisa disampul juga loh, apa Anda mau buku ini saya sampul juga?"

"Iya."

"Aku mengerti."

Aku bisa melihat Ichinose-san cuma terbatas pada tahap pengemasan, jadi aku segera turun tangan untuk tahap penyampulan dan bertanya pada pelanggan itu. Jawabannya "Iya," dengan logat yang misterius, jadi kalau dia langsung memasukkan ke dalam kantung kresek bersama buku dan pelanggan itu tidak akan mendapat keluhan apa-apa. Lihat, aku selesai juga menyampul buku ini. Aku tidak berbohong.

Aku menunduk dan berkata "Maaf". Dari sudut mataku, aku melihat Ichinose-san sudah mengikutiku tanpa menunda-nunda. Hei, hei, hei, itu benar-benar membuatku terangsang!

Saat pelanggan meninggalkan toko, Ichinose-san menatapku dengan tatapan yang agak kesal.

"...Me-Mengapa kamu malah membantuku?"

"!"

Apa kamu serius...? ...Kamu tidak membutuhkanku lagi? Apa kamu mau aku pamit sambil tersenyum? Jadi aku bisa pergi sekarang tanpa rasa khawatir. Aku mau bersujud di lantai dan meminta maaf atas kejadian kemarin. Orang itu bisa berubah kapan saja, loh...!

Tidak ada gunanya, tidak usah terlalu bersemangat dalam menahan diri.

"Ada apa denganmu, Ichinose-san!? Kamu benar-benar lain dari yang kemarin, loh! Sungguh luar biasa!"

"Wah...!?"

Aku saking semangatnya sampai-sampai hampir saja aku menepuk bahunya terlalu keras. Aku ini bersemangat dan tidak akan pernah melakukan pelecehan seksual. Aku ini seorang lelaki sejati. Mungkin suaraku terlalu keras, tetapi Ichinose-san tampak terkejut dan mundur selangkah.

"Apa kamu melakukan sesuatu untuk memperbaiki kualitasmu!?"

"Ah... ...Eum, iya... ...Aku menonton video soal pelayanan pelanggan..."

"Ada juga yang kayak gitu, ya?!"

"Iya..."

Bukannya dia itu hebat? Bukannya ini bagus? Aku tidak bisa mengalahkannya sedikitpun, padahal dia ini masih pemula. Aku tahu kalau dia memang bukan Airi-chan, tetapi aku mau memberikan sekantung permen padanya. Aku mau di-gulat belakang seperti yang dilakukan oleh Kakak padaku kemarin.

"Itu bagus... ...Mari kita terus melayani pelanggan kayak gitu! Lama kelamaan kamu mungkin akan terbiasa!"

"I-Iya."

Ichinose-san, yang sedang dalam suasana hati yang bagus, bilang kalau dia akan kembali menata buku-buku bekas di rak, dan saat dia menjauh dariku, dia memasang senyuman tipis padaku. Tampaknya, dia senang bisa menggunakan apa yang sudah dia pelajari sendiri. Aku juga senang, jadi tidak ada yang salah soal itu! Penting buat seorang cewek remaja kayak Ichinose-san untuk punya kepercayaan diri, jadi menurutku ada baiknya kalau dia bisa terus maju.

Dorongan dariku tampaknya berhasil — Aku harap ini berhasil, tetapi Ichinose-san sudah mulai melaksanakan tugasnya secara aktif, meskipun dia mengalami beberapa kesulitan di awal. Apa dia bilang begitu dengan jelas atau tidak, mungkin akan jadi masalah, tetapi cara dia berkembang itu sungguh luar biasa. Benar, itu memang sungguh luar biasa!

Masalahnya yaitu apa dia sudah dapat menghadapi pelanggan yang merepotkan kayak kemarin, tetapi dia mesti membiasakan diri dengan pelayanan pelanggan yang biasa saja terlebih dahulu, jadi ada baiknya kalau kita mengesampingkan hal itu untuk saat ini. Lagipula, memang bukan itu yang aku khawatirkan sejak awal, bukan? Aku juga tidak bisa membuat permainan kecil dengan mengubah nada bicaraku sejak awal, bukan?

Dalam kasusku, hal itu terjadi karena Kakek terus-menerus meneriaki pelanggan, "Itu tidak benar," sampai-sampai aku memutuskan untuk melakukan sesuatu sendiri. Hal itu memang tidak dapat dihindari.

"Sajou-kun, Mina-chan, sudah waktunya buat kalian untuk beristirahat."

"Iya."

Aku beristirahat sejenak dan pergi menuju pintu belakang. Dalam perjalananku ke ruang tamu, aku bertemu dengan istri Manajer yang sedang menuju ke dapur. Dia tampak rapi, seakan-akan dia akan pergi ke kursus komputer setelah ini.

"Ah, Nyonya. Aku lupa bilang pada Anda kemarin."

Aku meminta Ichinose-san untuk pergi duluan saja, dan kami (aku dan istri Manajer) mendiskusikan soal bahaya bangku tangga yang kita gunakan untuk bekerja paruh waktu. Kalau aku bilang pada Kakek, ia cuma akan mengabaikanku dan bilang kalau kita tidak butuh itu. Aku yakin itu pasti cuma akan merepotkan.

Saat aku pergi ke ruang tamu, Ichinose-san sudah mengeluarkan sebuah buku dari tas kecilnya. Tampaknya keinginannya untuk membaca masih sama kayak kemarin.

...Tidak, tunggu sebentar? Bukannya ini satu-satunya waktu istirahat yang kita punya, dan bukannya ini satu-satunya waktu di mana aku bisa mengobrol pada Ichinose-san? Dia kayaknya tipe orang yang akan segera pulang setelah menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya. Oh tidak, aku tidak bisa menjalani hukuman yang diberikan oleh Natsukawa, kalau tidak memanfaatkan waktu saat ini. Nanti, dia pasti akan bertanya padaku lagi soal ini, bukan?

Ah, eum,

"Ichinose-san, aku kira kamu pada akhirnya akan berhenti bekerja paruh waktu."

"Eh?"

Hei! Apa yang barusan aku bilang!? Itu bukan hal yang bisa aku bilang pada seorang cewek yang sudah bekerja keras, bukan!? Aku bilang sesuatu yang sangat jahat, bukan? Iya, aku memang serius dengan apa yang aku bilang, namun!

Inilah yang aku maksud saat aku bilang kalau mulutku terasa kering..., ...aku pasti kebanyakan memakai pelembab bibir..., ...tetapi kalau aku pikir-pikir lagi, aku tidak pernah memakai pelembab bibir sejak awal. Margarin pada rotiku untuk sarapan pagi merupakan lapisan terakhir.

Saat aku mengalihkan pandanganku ke arah Ichinose-san dengan takut-takut, lalu aku mendapati tampak raut wajahnya yang kesal. Maafkan aku, ya? Aku memang tidak punya sopan santun. Aku membuang semua itu ke toilet pagi ini. Aku memutar kepalaku ke kiri dan dia mengalihkan kepalanya menjauh.

"...Aku tidak bisa berhenti dari pekerjaan paruh waktu ini."

Saat mata kami bertemu, Ichinose-san berkata begitu sambil memalingkan wajahnya beberapa saat kemudian. Kayaknya dia punya tekad yang kuat untuk tidak berhenti dari pekerjaan paruh waktu ini. Kejadian kemarin tidak membuatnya patah semangat, bukan?

...Eh? "Aku tidak bisa berhenti dari pekerjaan paruh waktu ini"? Bukannya itu agak aneh untuk dikatakan? Mungkin ada alasan mengapa dia tidak bisa berhenti dari pekerjaan paruh waktu ini meskipun dia kayaknya ingin berhenti...?

Kalaupun aku bertanya padanya "Mengapa kamu tidak bisa berhenti dari pekerjaan paruh waktu ini?", dia mungkin akan membalas "Mengapa aku harus membicarakan ini padamu, sih?" ...Aku penasaran apa tidak ada cara yang lebih natural untuk menanyakan pertanyaan itu...

"Ah..., ...mengapa kamu memutuskan untuk mencari pekerjaan paruh waktu sejak awal?"

"..."

Ada apa ini? Itu kayak alasan mengapa kamu termotivasi untuk bekerja paruh waktu, bukan? Itulah jenis pertanyaan yang akan ditanyakan oleh senpai-mu di pekerjaan paruh waktumu. Aku yakin dia pasti sudah menceritakan hal itu  pada Manajer saat wawancara, jadi menurutku akan lebih mudah untuk menjawab pertanyaan ini.

Ichinose-san meletakkan buku yang sudah dia keluarkan ke tas kecilnya, duduk kembali dan menoleh ke arahku, matanya berkeliaran ke mana-mana.

"—...Karena aku ingin jadi orang yang mandiri..."

"Apa?"

"Eh?"

Eh? Karena dia ingin jadi orang yang mandiri? Bukannya itu hebat? Aku saja tidak pernah benar-benar memikirkan alasanku untuk bekerja paruh waktu. Mengapa aku mau bekerja paruh waktu di sini, ya? Aku datang ke sini untuk mendapatkan pengalaman kerja, ditambah aku bisa punya uang untuk bermain gim, bukan? P*rsetan denganku, p*rsetan denganku. Keajaiban yang sebenarnya yaitu rekan kerja yang punya niat dan tekad yang kuat.

"Eh? A-Apa kamu ingin jadi orang yang mandiri?"

"I-Iya..., aku ingin jadi orang yang mandiri."

Saat aku bertanya lagi padanya, aku mendapatkan jawaban yang sama. Jadi begitu ya... ...inilah alasan mengapa dia tidak bisa berhenti dari pekerjaan paruh waktu ini bahkan setelah dihujat begitu banyak kemarin. Aku rasa dia ini punya sikap yang lain pada pekerjaan paruh waktu ini ketimbang aku. Mungkin ada alasan khusus untuk itu, atau mungkin Ichinose-san melihat pekerjaan ini sebagai pekerjaan orang dewasa. Kalau memang begitu, aku rasa dia tidak akan berhenti begitu saja dari pekerjaan paruh waktu ini.

...Tetapi kita masih siswa-siswi kelas sepuluh SMA, bukan? Kita ini cewek SMA atau dikenal juga sebagai Joshi-Kousei atau disingkat JK. Ah, kalau dipikir-pikir, aku ini bukan JK, loh. J (Jiishiki / Sadar diri) K (Kajou / Berlebihan)? Diamlah, dasar bodoh. Kamu ini cuma seorang cowok SMA atau dikenal juga sebagai Danshi-Kousei atau disingkat DK. Dengan kata lain aku ini seekor gorila*. Wukwuk.

(TL Note: Yang dimaksud MC di sini yaitu penggunaan singkatan DK yang lain selain Danshi-Kousei (cowok SMA), yaitu Donkey Kong, sebuah gim video asal Jepang dengan karakter utama bernama sama, yang merupakan seekor gorila.)

Author's Note: ...Wukwuk?

TL Note: Tidak terasa sudah Bab 100 saja ya, itu artinya tinggal 80 bab lagi yang belum kami terjemahkan ke Bahasa Indonesia. Mohon supportnya dari kalian semua agar kami bisa terus melengkapi cerita ini hingga tamat. 🙏

Support kami: https://trakteer.id/lintasninja/

Baca juga dalam bahasa lain:

Bahasa Inggris / English

←Sebelumnya         Daftar Isi           Selanjutnya→

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama